Konten dari Pengguna

Surat Kabar Bintang Hindia dan Perannya di Masa Pergerakan Nasional

Erlangga Fikri Imtiyaz
Mahasiswa pendidikan sejarah UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG
6 April 2022 16:47 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Erlangga Fikri Imtiyaz tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
gambar surat kabar,  sumber: Dok. Pribadi
zoom-in-whitePerbesar
gambar surat kabar, sumber: Dok. Pribadi
ADVERTISEMENT
Pelaksanaan program politik etis pada awal abad 20 menyebabkan Indonesia yang Ketika itu masih bagian dari koloni Belanda mengalami banyak perubahan signifikan dalam bidang sosial dan politik.
ADVERTISEMENT
Pendidikan sebagai salah satu dari program politik etis ternyata merupakan faktor utama kemunculan kaum bumiputra yang terpelajar yang pada perkembangan berikutnya akan memiliki peran penting dalam menyebarkan kesadaran nasionalisme dan perjuangan kemerdekaan Indonesia.
Salah satu upaya kaum bumiputra terpelajar dalam menyebarkan semangat nasionalisme dan perjuangan kemerdekaan adalah dengan menuliskan pemikiran mereka melalui media massa atau pers. Oleh karena itu pers merupakan faktor penting dalam penyebaran ide-ide nasionalisme. Banyak pers bumiputra yang muncul, diantaranya Bintang Hindia, Medan Priyayi, utusan hindia, dan masih banyak lagi. Bintang Hindia sebagai salah satu dari surat kabar yang menyebarkan ide-ide pembebasan bangsa melalui pendidikan dan kemajuan atau modernisasi.
Bintang Hindia pertama kali terbit pada 1 Januari 1903, dengan pimpinan redaksi seorang Belanda Bernama HCC Klockner Broussons. Meski dipimpin oleh seorang Belanda tulisan - tulisan Bintang Hindia banyak diisi oleh pemikiran dari seorang bumiputra Bernama Abdul Rivai yang merupakan lulusan dari sekolah dokter STOVIA. Surat kabar ini diterbitkan oleh perusahaan penerbitan asal NJ Boon asal Amsterdam sehingga surat kabar itu harus dikirim dari negeri Belanda sebelum tiba di Indonesia. Bahasa yang dipakai dalam surat kabar Bintang Hindia pada 1903 hingga 1904 dan 1906 menggunakan bahasa melayu tinggi dan ditahun 1905 serta 1907 menggunakan bahasa melayu rendah untuk memperluas pembaca mereka.
ADVERTISEMENT
Bintang Hindia mengalami perkembangan pesat hingga puncaknya tahun 1904 sebagai surat kabar yang paling banyak dibaca dengan sirkulasi mencapai 27.000 eksemplar. Hal tersebut dikarenakan Bintang Hindia mendapatkan dukungan finansial dari pemerintah kolonial karena dianggap mampu menarik golongan terpelajar Indonesia untuk mendukung program politik etis, yang menunjukan bahwa pengaruh Bintang Hindia di kalangan elite pribumi cukup besar.
Bintang Hindia dianggap berperan penting dalam memberikan identitas kolektif melalui tulisannya. Salah satu contohnya adalah penggunaan diksi “Bangsa Hindia” dalam surat kabarnya untuk memisahkan orang Indonesia dengan orang Eropa. Selain itu, Abdul Rivai, melalui Bintang Hindia memberikan idenya mengenai perhimpunan kaum muda untuk membangun dan memperjuangkan bangsa Hindia demi mencapai kemajuan. Namun ide ini kemudian ditolak oleh pimpinan redaksi Bintang Hindia. Meski ditolak ide perhimpunan dan organisasi ini bisa dibilang sangat visioner, mengingat Budi Utomo yang dianggap sebagai penanda titik balik kebangkitan nasional bahkan belum hadir pada masa Ketika Bintang Hindia masih aktif (1903-1907).
ADVERTISEMENT
Ide mengenai kesadaran kolektif, identitas, dan kemajuan dianggap sebagai pola awal nasionalisme yang kemudian berkembang ditahun - tahun berikutnya. Namun sayangnya surat kabar ini tidak bertahan lama karena sempat masuk daftar merah karena dianggap berbahaya sehingga akhirnya berhenti terbit ditahun 1907.