Konten dari Pengguna

Ibu, Sosok Ajaib di Dalam Hidup

Erlinda Septiawati
Mahasiswa Politeknik Negeri Jakarta
11 Juli 2021 9:23 WIB
·
waktu baca 3 menit
clock
Diperbarui 13 Agustus 2021 14:00 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Erlinda Septiawati tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Ilustrasi foto: pixabay.com
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi foto: pixabay.com
ADVERTISEMENT
Di muka bumi ini, setiap manusia dikandung dan dilahirkan dari rahim seorang ibu. Dengan mempertaruhkan nyawa antara hidup dan mati. Ibu berjuang melahirkan anaknya. Di iringi kesakitan luar biasa, demi sang buah hati tercinta.
ADVERTISEMENT
Setelah tiba, merawat dan mendidik anaknya. Sejak hari pertama seorang anak hadir di dunia. Roda tawa dan tangis seorang ibu berubah menjadi anaknya. Mengelus sampai sang anak tertidur lelap serta hati-hati dalam setiap tindakan.
Ibuku, wanita tangguh dan tegas terhadap anaknya. Raut wajahnya menampilkan kekuatan. Apapun yang bisa dikerjakan sendiri akan dilakukannya. Tidak boleh terlalu bergantung pada orang lain. Salah satu yang ditanamkan padaku.
Karakternya memang sedikit galak dan cerewet. Bila melanggar yang perlu dipatuhi diberi imbauan olehnya. Salah berarti harus diberi nasihat. Tidak boleh mengulangi lagi. Walaupun demikian, ibuku ketika marah tidak pernah benar-benar marah. Cepat membaik.
Aku percaya bahwa ocehan ibu kepada anak demi kebaikan. Marahnya seorang ibu bermakna sayang. Cerewetnya berarti peduli. Diam justru tak memberi perubahan pada anak.
ADVERTISEMENT
Bagiku ibu bagai bumi yang satu. Tidak akan ada cinta seperti itu. Surga di bawah telapak kakinya. Do’a mujarab darinya. Semesta raya menjadi kunci. Tuhan kirim bidadari dengan cara terindah.
Ketika sang anak belum makan, ibu rela kelaparan. Di saat sang anak meminta dibelikan sesuatu tanpa pengertian. Ibu rela membelikan, sekali pun harus berhutang. Demi anak, pengorbanan seorang ibu tak ternilai harganya. Rela mendahulukan kepentingan anaknya. Betapa mulia dan tulusnya hati seorang ibu.
Sepasang bola mata yang selalu ingin ditatap. Kesakitan dalam batin jika bersisian dengannya. Hilang sekejap. Asal ada ibu, besok masih bisa coba lagi. Penenang yang begitu berarti.
Ego, emosi, dan ambisiku yang kadang belum stabil menjadikan argumen beradu. Seorang anak pasti pernah beradu pendapat dengan ibunya. Apalagi jika keinginan dirinya dan ibunya bertolak belakang. Keras kepala yang menyerangku membawa akhir penyesalan. Tak mendengarkan kata ibu. Ya, kadang ada saja.
ADVERTISEMENT
Suatu malam, demi sebuah perguruan tinggi negeri. Aku belajar tiada henti. Berusaha memahami materi, mencoba mengisi soal sampai penuh terisi. Aku terus saja mempelajari.
Hingga malam sudah semakin larut. Ibu datang menyuruhku tidur jangan belajar lagi. Ibuku bilang aku lebih baik masuk swasta saja daripada sakit. Tangan yang bergerak jadi diam mendengarnya bicara. Apapun bentuknya bagi seorang ibu, anaknya lebih berarti dari apa pun.
Dengan motivator dan penyemangat terbaik yang kumiliki. Ibu memberi keajaiban dalam setiap langkah. Kegagalan yang menyeramkan terlihat mudah bersamanya. Kondisi tersedih dalam hidup sekali pun damai dengan sentuhannya.
Bila ditengok segala peristiwa. Meski tangis air mata menetes, keringat bercucuran. Tidak ingin nasib anaknya sama dengan dirinya. Berjuang dan berkorban sekuat tenaga. Tanpa kehadiran sosok ibu pasti sulit untuk dilalui.
ADVERTISEMENT
Cita-cita serta mimpi sang anak sumber kebahagiaannya. Semangat dan senyum yang berkobar. Doa yang tak putus dipanjatkan. Ibu sampai kapan pun jejaknya akan selalu mengiringi. Tuhan, terima kasih telah menghadirkan sosok ajaib dalam hidupku.
Oleh: Erlinda Septiawati / Mahasiswi Politeknik Negeri Jakarta