Konten dari Pengguna

Kemelut Gunung Sampah di Bantargebang

Erlinda Septiawati
Mahasiswa Politeknik Negeri Jakarta
16 Juli 2021 10:11 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Erlinda Septiawati tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Ilustrasi foto gunung sampah di Bantargebang | Dokumen pribadi
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi foto gunung sampah di Bantargebang | Dokumen pribadi
Ilustrasi foto situasi di TPST Bantargebang | Dokumen pribadi
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi foto situasi di TPST Bantargebang | Dokumen pribadi
ADVERTISEMENT
Mendengar Kota Bekasi pasti tak asing dengan kata ‘sampah’. Sajian realita ikon menarik sekaligus bahan perbincangan. Terlepas dari ungkapan sampah berserakan hingga membentuk gunung menjulang. Sampah memiliki makna tersendiri bagi masyarakat dengan sumber mata pencarian tersebut.
ADVERTISEMENT
Berlokasi di Kecamatan Bantargebang, panorama perbukitan sampah terlihat bersisian. Tidak bisa dipungkiri sampah dengan tingkat intensitas tinggi ini mengganggu lingkungan tempat tinggal warga. Selain itu, baunya menyerbak hingga ke berbagai penjuru wilayah.
Menelusuri sejarah, lahan Tempat Pembuangan Sampah Terpadu (TPST) Bantargebang sudah ada sejak 1986. Memiliki luas sekitar 110,3 hektar. Timbunan sampah ini seiring dengan perjalanan waktu, jumlahnya turut bertambah. Hingga tak terkendali dan pengelolaannya pun belum terlaksana secara maksimal.
Tumpukan sampah yang menggunung tersebut memang diolah. Namun, pada dasarnya antara jumlah sampah masuk dengan yang diolah tak berimbang. Sehingga menimbulkan pertanyaan, bagaimana jika sampah terus dibuang sedangkan pengelolaan masih sangat terbatas? Bukankah tempat pembuangan akan penuh.
Meskipun sudah diolah menjadi kompos dan pembangkit listrik. Tetapi, sampah tersebut tidak kunjung menyusut justru semakin meninggi. Kondisi dan keadaan memprihatinkan yang jadi objek utama Bantargerbang. Kenyataannya gerakan untuk mengurangi pasokan sampah belum bisa jadi jawaban untuk sampah-sampah ini ke depannya.
ADVERTISEMENT
Bertempat tinggal di Kelurahan Sumur Batu. Satu dari empat kelurahan yang meliputi Kecamatan Bantargebang. Saya melihat situasi bahwa selama sebagai penduduk setempat. Truk-truk sampah berwarna oranye bertuliskan ‘Pempov DKI Jakarta’ memang tidak bosan berkeliaran dan berjejeran memenuhi antrean.
Ilustrasi foto mesin alat berat | Dokumen pribadi
Kemudian, pada proses penimbunan dilakukan dengan menggunakan mesin alat berat, seperti buldoser dan ekskavator. Bagian pendukung penggalian dan pengerukan sampah. Di gunakan untuk mempercepat waktu serta mempermudah penurunan sampah dari truk.
Letak pembuangan sampah yang dekat dengan pemukiman warga. Di manfaatkan untuk mencari pundi-pundi rupiah. Tempat sebagian orang mengais rezeki demi bertahan hidup. Bagi mereka yang membutuhkan, sampah tidak berakhir begitu saja. Walaupun, setiap tarikan napas dan tubuh mereka berada di lingkaran kuman bakteri.
ADVERTISEMENT
Pembicaraan mengulik tentang sampah memang cukup meluas. Sampah yang sudah dibuang jadi sangat berarti serta melimpah ruah bagi segelintir orang. Semoga sampah yang sudah memenuhi wilayah Bantargebang ini segera menemukan solusi. Bukan sekadar ditimbun membentuk gunung, melainkan diperhatikan daur ulangnya.
Oleh: Erlinda Septiawati / Mahasiswi Politeknik Negeri Jakarta