Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.95.1
Konten dari Pengguna
Indomie, Nenek Moyang, dan Polinesia
31 Agustus 2020 1:03 WIB
Diperbarui 8 September 2020 0:17 WIB
Tulisan dari erlita p anwar tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Kia Ora!
Kia Orana!
Ia Orana!
Sapaan ‘halo’ nan ramah di atas menyambut penulis ketika berkesempatan mengunjungi tiga negara yang terletak di wilayah Polinesia. Rangkaian untaian bunga kamboja (frangipani) dan untaian cangkang kerang kecil dikalungkan oleh penduduk lokal ketika penulis tiba di Kepulauan Cook (Cook Islands) serta Tahiti dan Polinesia Perancis (French Polynesia).
ADVERTISEMENT
Kira-kira di manakah letak wilayah Polinesia ini? Bagaimana asal usul dan kehidupan masyarakat Polinesia? Mari mengenal budaya dan masyarakat Polinesia, yuk.
Polinesia merupakan salah satu bagian kawasan dari Oceania yang bermakna banyak pulau. Wilayah Polinesia terdiri dari negara-negara kepulauan kecil yang terletak di kawasan Pasifik Selatan dan Pasifik Tengah. Beberapa negara yang ada di kawasan ini antara lain Samoa, Tonga, Tuvalu, Kepulauan Cook, Amerika Hawaii, Polinesia Perancis, Niue, dan Selandia Baru sebagai negara terbesar di kawasan ini.
Menariknya, dari beberapa penelitian dan studi genome DNA dan linguistik yang dilakukan, diketahui bahwa penduduk negara-negara di kawasan Polinesia berasal dari Cina daratan yang berlayar ke Taiwan, lalu ke Filipina, kemudian ke laut lepas dari Vanuatu, Tonga, Tahiti dan Polinesia Perancis, Kepulauan Cook, hingga ke Selandia Baru.
ADVERTISEMENT
Fakta ini diketahui setelah adanya penelitian genome DNA atas kerangka manusia yang ditemukan 3100 tahun yang lalu. Masyarakat Polinesia saat ini juga membawa genome DNA keturunan bangsa Melanesia dari sekitar 500 sampai 2500 tahun yang lalu.
Masyarakat Polinesia memiliki kesamaan dalam pengaplikasian tato di tubuh sebagai bagian dari budayanya. Tato pada tubuh memiliki arti yang cukup penting sebagai bentuk komunikasi. Tato yang diaplikasikan mengindikasikan pangkat, status sosial, serta silsilah keluarga.
Selain itu, dalam tato masing-masing individu menggambarkan harapan atas kesehatan, perlindungan, keseimbangan, hingga kekuatan dan energi kehidupan. Penempatan tato pada tubuh juga memberikan arti khusus, seperti tato pada kepala yang mencerminkan spiritualitas, pengetahuan dan intuisi. Sedangkan tato pada tangan dan lengan menandakan hasil karya dan kreativitas
Dari sisi bahasa, beberapa kata dalam bahasa di negara-negara Polinesia memiliki kemiripan dengan Bahasa Indonesia dan Bahasa Jawa yang merupakan rumpun bahasa Austronesia. Budaya sehari-hari masyarakat Polinesia juga serupa dengan beberapa budaya Indonesia, utamanya di bagian Timur Indonesia.
Walaupun negara-negara di Polinesia memiliki budaya kepulauan yang serupa, tetapi ciri khas masing-masing negara juga tetap ada di dalam keseharian masyarakatnya. Apa saja ya?
ADVERTISEMENT
1. Polinesia Perancis (French Polynesia)
Suku Mā'ohi atau Tahiti datang dan berdiam di Tahiti lebih dari 2300 tahun yang lalu dari sekitar wilayah Polinesia. Pada tahun 1800an, misionaris dari Inggris dan Perancis berebut untuk menguasai Tahiti yang kemudian mempengaruhi budaya suku Mā'ohi hingga saat ini. Dengan adanya kekuasaan koloni Perancis di wilayah ini tahun 1880an, praktik kanibalisme dihapuskan dan sebagian besar masyarakatnya memeluk agama Kristen Protestan dan Katolik serta berbahasa Perancis.
Terkenal dengan pantai dan lautan yang biru, bersih, dan indah serta bungalow di atas laut yang menawan, Polinesia Perancis yang ibukotanya terletak di Pulau Tahiti, merupakan negara tujuan populer di antara pasangan yang berbulan madu, utamanya Pulau Bora Bora. Jika Pulau Tahiti terkenal dengan pantainya yang berpasir hitam dari letusan vulkanik, maka pantai-pantai di Pulau Bora Bora berpasir putih nan cantik.
Untuk mencapai ke kepulauan ini tidaklah mudah karena terbatasnya pilihan penerbangan dan harus melalui beberapa transit serta biaya hidup yang cukup mahal. Guna menyiasati biaya makan yang tinggi di restoran (sekitar Rp. 200.000-600.000 sekali makan), penulis tidak lupa membawa bekal mie instan yang berguna pada saat darurat. Tapi jangan khawatir, karena di beberapa toko kelontong di Bora Bora, Indomie dapat ditemukan dengan mudah. Cukup bangga dapat menemukan Indomie di gugusan kepulauan kecil nun jauh disana.
Hal unik lainnya dapat dirasakan ketika mendarat di Bandar Udara Motu Mute. Karena kontur tanah Pulau Bora Bora berbukit-bukit dan terbentuk dari letusan gunung vulkanik, maka bandaranya terletak di satu pulau kecil yang dikhususkan untuk bandara saja. Untuk mencapai pulau utama dan pulau kecil lainnya, wisatawan akan diantar menggunakan kapal.
ADVERTISEMENT
Kuliner khas di Polinesia Perancis merupakan perpaduan antara masakan Perancis dan Polinesia dengan menggunakan bahan makanan yang mudah ditemui di pulau. Kuliner berbahan dasar kelapa, ikan, seafood, talas, dan sukun merupakan makanan khas di wilayah Polinesia.
Selain itu, Polinesia Perancis terkenal sebagai penghasil vanila dengan kualitas tinggi dan mutiara hitam (black pearls) yang menjadi komoditas ekspor utama dari Polinesia Perancis hingga sebesar 55% dari total ekspornya. Mutiara ini dapat dibeli dengan mudah di ibukota Polinesia Perancis, Pape’ete. Bergantung dari warna, bentuk, ukuran, dan kehalusannya, satu buah mutiara hitam ini dihargai mulai dari XPF 10.000 (Rp. 150.000).
2. Kepulauan Cook
Penduduk Kepulauan Cook berasal dari Polinesia Perancis yang datang pada abad ke-6. Suku Māori di Kepulauan Cook memiliki keterikatan budaya dengan suku Mā'ohi dari Tahiti dan suku Māori dari Selandia Baru. Serupa dengan Polinesia Perancis, Kepulauan Cook didatangi oleh misionaris dari Inggris dan Tahiti pada tahun 1800an. Kemudian, Pemerintah Inggris mendeklarasikan Kepulauan Cook sebagai wilayah protektorat Inggris.
ADVERTISEMENT
Istimewanya, penduduk Kepulauan Cook juga memiliki paspor sebagai warga negara Selandia Baru dan menggunakan mata uang NZD akibat aneksasi yang dilakukan Pemerintah Selandia Baru pada tahun 1900an. Kini, Kepulauan Cook menjadi negara bagian terpisah dari Selandia Baru dan memiliki mata uang koin yang khas, berbeda dengan mata uang koin NZD yang ada di Selandia Baru. Wisatawan dapat menggunakan koin NZD dari Selandia Baru, tapi koin khas Kepulauan Cook tidak dapat digunakan di Selandia Baru.
Suku Māori di Kepulauan Cook juga memiliki budaya yang serupa dengan suku Māori di Selandia Baru yang menghasilkan karya seni pahat dan anyaman. Selain itu, masyarakatnya juga bernyanyi dengan ditemani oleh petikan ukulele dan tabuhan gendang (pa’u) dan drum (paté). Tarian khas Kepulauan Cook, ura, terkait erat dengan hura, tarian dari Tahiti dan hula, tarian dari Hawaii yang diiringi oleh tabuhan gendang.
Di Pulau Rarotonga, ada beberapa pasar yang dapat dikunjungi untuk mencoba makanan khas Kepulauan Cook. Penulis berkesempatan mengunjungi Pasar Punanga Nui yang buka pada hari Sabtu pagi dan Pasar Malam Muri yang buka mulai pukul 5 sore pada hari Minggu, Selasa, Rabu, dan Kamis.
ADVERTISEMENT
Kuliner khas Kepulauan Cook juga menggunakan bahan makanan yang segar yang mudah ditemukan di pulau, seperti ikan, seafood, buah, dan sayur. Penulis berkesempatan mencicipi ika mata (ikan tuna mentah dengan saus kelapa), umu ayam (ayam panggang), dan rukau (daun talas yang direbus dengan santan). Nikmat sekali.
Mengunjungi Kepulauan Cook dapat dijangkau dari Sydney, Australia atau dari Auckland, Selandia Baru dengan jadwal penerbangan yang rutin. Dengan mudahnya, berkunjung ke Kepulauan Cook tidak membutuhkan visa, cukup dengan menunjukkan tiket pulang ke negara asal dan wisatawan dapat tinggal hingga 31 hari. Pulau utamanya, Rarotonga, yang sejauh 32 km dapat dikelilingi dengan berkendara selama 45 menit.
3. Selandia Baru
Suku Māori yang datang ke Selandia Baru sekitar tahun 1300an dari wilayah Polinesia Timur menyebut Selandia Baru sebagai Aotearoa, yaitu negeri dengan awan putih yang panjang (Land of the Long White Cloud). Suku ini memiliki budaya tari seremonial yang khas, yaitu Kapa Haka. Dalam sejarahnya, tarian ini dilakukan berkelompok pada saat persiapan perang tradisional di antara prajurit.
Pada acara seremonial resmi, tarian kapa haka ini diikuti oleh seremoni selamat datang yang disebut pōwhiri terdiri dari pidato sambutan, tarian, nyanyian, dan salam hongi. Ternyata, salam hongi atau henge’do juga dipraktikkan oleh masyarakat kita di Nusa Tenggara Timur, lho.
Budaya Māori juga serupa dengan beberapa budaya Indonesia yang menggunakan seni pahat (whakairo) dan anyaman (raranga). Beberapa karya seni suku Māori tersebut banyak ditemukan di sudut-sudut kota di Selandia Baru, antara lain totem (pouwhenua), liontin (tiki), serta jubah (korowai) Māori yang indah.
Dengan datangnya bangsa Eropa, utamanya Inggris, pada abad ke-18, suku Māori kemudian berasimilasi dengan budaya Barat. Kedua bangsa lalu menyepakati Perjanjian Waitangi yang memberikan suku Māori hak untuk mengolah kepemilikan tanah leluhur dan hak-hak dalam pemeliharaan budaya lainnya. Hingga saat ini, budaya dan bahasanya tetap diapresiasi dan digunakan sebagai budaya Selandia Baru yang menggunakan tiga bahasa nasional, yaitu Bahasa Inggris, Bahasa Māori, dan Bahasa Isyarat.
ADVERTISEMENT
Sebagai bagian dari bangsa Polinesia, suku Māori di Selandia Baru juga memiliki makanan khas, hāngi, yang terdiri dari ikan, ayam, kentang, labu, kol, dan ubi (kumara) dibungkus daun jerami dan dikukus di dalam tanah dengan memanfaatkan panas bumi.
Panas bumi (geothermal) dimanfaatkan secara luas penggunaannya antara lain untuk memasak, pasokan listrik, maupun berendam. Dalam pemetaannya, Selandia Baru memiliki 129 lokasi panas bumi. Bahkan, di daerah Coromandel, terdapat pantai yang menghasilkan air panas, Hot Water Beach, dimana pengunjung dapat mencari sumber mata air panas secara mandiri tanpa dipungut biaya. Tapi, jangan lupa membawa sekop atau bisa juga menyewa sekop di lokasi seharga NZD 5 (Rp. 50.000).
Selain itu, berkeliling di Selandia Baru sangatlah aman dan nyaman. Wisatawan dapat melakukan hiking dan camping dengan tenang karena tidak terdapat ular maupun binatang predator lainnya. Pemerintah Selandia Baru melakukan pemberantasan predator guna melindungi habitat burung kiwi, burung penguin, serta jenis burung asli (native) lainnya yang langka dan hanya terdapat di Selandia Baru, seperti kākāpō, kea, pūkeko, dan tūī.
Menarik juga ya, negara-negara di kawasan Polinesia ini. Walaupun wilayah negaranya sangat kecil, namun di dunia internasional dan di organisasi Perserikatan Bangsa Bangsa, negara-negara ini setara dan memiliki hak yang sama. Negara-negara inilah yang berupaya keras mengangkat isu perubahan iklim (climate change) guna melindungi pulau-pulaunya dari peningkatan permukaan laut yang dapat mengakibatkan tenggelamnya pulau-pulau tersebut.
ADVERTISEMENT