Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.102.2
Konten dari Pengguna
Penjelasan Toxic Relationship Melalui Pendekatan Transaksional dan Relasional
22 Mei 2023 5:29 WIB
·
waktu baca 4 menitTulisan dari erlynmegita tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan

ADVERTISEMENT
Toxic relationship atau hubungan yang toksik adalah hubungan yang tidak sehat, tidak seimbang, dan merugikan salah satu atau kedua belah pihak yang terlibat.
ADVERTISEMENT
Hal ini dapat ditandai dengan bagaimana masing-masing pihak menganggap pihak lain sebagai objek atau benda yang tidak memiliki esensi manusiawi. Fenomena ini dapat dilihat melalui 2 pendekatan, yaitu secara transaksional maupun relasional.
Penjelasan mengenai transaksional dan relasional dapat disadari bahwa interaksi manusia ini merupakan interaksi subjek dengan subjek maupun objek dengan objek.
Bagaimana bisa? Hal ini dideterminasi oleh bagaimana penempatan individu, bisa sebagai subjek maupun objek, hal ini bisa terlihat dari bagaimana hubungan tersebut bersifat subjektif (personal, relasional, irasional) maupun objektif (umum, transaksional, rasional).
Untuk membedakan bagaimana sifat dari hubungan transaksional dan relasional ini dapat merujuk pada 2 konsep yang dikemukakan oleh 2 filsuf dari eropa, yaitu wesenwille (Schopenhauer) dan kurwille (Nietzsche).
Konsep wesenwille merupakan konsep bagaimana tindakan manusia didorong oleh kehendak alamiah dan tidak dapat diukur. Secara konsep pertukaran, konsep ini dapat dikontekstualisasikan ke dalam sifat hubungan relasional, di mana pada intinya merupakan hubungan yang tidak memiliki konsep pertukaran (jual-beli, mengasih-menerima, dan lainnya), contoh dalam suatu keluarga, jarang sekali saat orang tua memberikan tagihan kepada anaknya dengan biaya yang telah mereka keluarkan untuk perawatan.
ADVERTISEMENT
Sebaliknya, konsep kurwille yang dikemukakan oleh Nietzsche merupakan sifat yang mendorong manusia untuk melakukan tindakan yang mengharuskan pertukaran.
Hubungan ini dapat terlihat dari relasi antara pegawai dan pemilik perusahaan, pemilik perusahaan mengupah hasil kerja yang telah dilakukan pegawai, maka terdapat hubungan timbal-balik atau kausal di dalamnya.
Mengenal Lebih Dalam Toxic Relationship
Toxic relationship ini dapat berdampak negatif secara signifikan pada kondisi emosional, fisik, dan psikologis seseorang. Beberapa ciri dan contoh hubungan percintaan yang toksik antara lain:
Kontrol Berlebihan
Salah satu pasangan secara dominan mengendalikan dan membatasi kehidupan pribadi pasangan lainnya. Mungkin secara sederhana dapat dipahami sebagai sifat ‘posesif’.
Adanya perbuatan yang mendominasi ini menandakan hubungan yang vertikal atau tidak sejajar. Posisi yang dapat terukur ini menandakan bahwasanya telah terjadi hubungan transaksional, antara objek dengan objek.
ADVERTISEMENT
Manipulasi Emosional
Salah satu pasangan memanipulasi perasaan dan emosi pasangan lainnya untuk mengontrol mereka. Mereka bisa menggunakan pemerasan, ancaman, atau pemaksaan untuk mendapatkan apa yang mereka inginkan. Terlihat jelas bagaimana hubungan objek dengan objek ini dapat diklasifikasikan sebagai hubungan transaksional
Kekerasan Fisik atau Verbal
Terjadi kekerasan fisik atau verbal dalam hubungan, termasuk ancaman, pelecehan, atau penghinaan. Hal ini disebabkan oleh objektifikasi (pembendaan) subjek dari salah satu pihak terhadap pihak lain.
Kebiasaan hubungan yang secara transaksional, membawa salah satu pihak untuk tertanam di pikirannya bahwa pasangannya adalah suatu objek pelampiasan dan juga objek yang ‘dapat’ dipojokkan sesuai dengan keinginan. Terdapat pertukaran yang terjadi dengan emosi yang dilontarkan, dan rasa lega yang didapatkan pihak tersebut dari pasangannya.
ADVERTISEMENT
Ketidakseimbangan Emosional
Salah satu pasangan memberikan lebih banyak cinta, perhatian, atau dedikasi daripada pasangan lainnya. Rasa cinta yang diberikan merupakan hal yang tidak terukur atau irasional.
Kebiasaan yang tidak terukur ini lama kelamaan akan menciptakan suatu kebosanan, dan pada akhirnya menciptakan suatu kebutuhan transaksional yang dapat mempengaruhi keseimbangan emosional salah satu pihak. Hal ini tetap disebabkan oleh hubungan relasional yang berlebihan.
Solusi
Lalu bagaimana kita dapat mencegah atau mengatasi hubungan toxic? Idealnya kita harus menentukan titik tengah antara hubungan transaksional maupun relasional. Dalam hubungan kita membutuhkan kedua jenis pendekatan tersebut.
Telah dijelaskan pada contoh di atas, bahwasanya keseimbangan pendekatan diperlukan agar kita sebagai pasangan dapat tetap memahami bahwasanya hubungan yang telah dijalani merupakan hubungan manusia antar manusia daripada benda dengan benda.
ADVERTISEMENT
Dari penjelasan kedua konsep di atas, sebetulnya kita dapat memahami bahwasanya seluruh interaksi yang kita lakukan dapat dibagi menjadi 2 pendekatan, yaitu transaksional dan relasional. Dampak yang terjadi telah dijelaskan di atas.
Maka dari itu dinamika atau pertengkaran yang terjadi merupakan hal yang normal demi tetap mencapai titik tengah antara transaksional dan relasional di dalam suatu hubungan.
Namun tentunya pertengkaran tersebut memiliki batas, jangan sampai perdebatan atau pertengkaran berujung pada kekerasan. Sadari sedari awal jika hubungan kalian tidak begitu sehat dengan memahami kedua konsep ini.