Peran dan Keikutsertaan Perempuan Dalam Sederet Peristiwa Sumpah Pemuda

Erma Eliyani
Mahasiswa Ilmu Sejarah, Universitas Negeri Semarang
Konten dari Pengguna
14 November 2022 19:11 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Erma Eliyani tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Sumpah Pemuda 1928. Sumber : Dokumen Pribadi
zoom-in-whitePerbesar
Sumpah Pemuda 1928. Sumber : Dokumen Pribadi
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Sumpah Pemuda merupakan peristiwa yang berisi pengakuan dari pemuda pemudi Indonesia yang mengikrarkan tanah air, bangsa dan bahasa. Hasil Kongres Pemuda Kedua adalah kata-kata yang dibacakan pada acara Sumpah Pemuda tanggal 28 Oktober 1928 yang setiap tahun diperingati sebagai Hari Sumpah Pemuda sampai sekarang. Isi Janji Pemuda yang dijanjikan adalah sebagai berikut:
ADVERTISEMENT
Pertama, kami Poetera dan Poeteri Indonesia, diakui memiliki darah Jang Satoe, tanah Indonesia. (Kami putra dan putri Indonesia mengakui satu pertumpahan darah, tanah Indonesia).
Kedoea Poetera dan Poeteri Indonesia kami, mengakui Jang Satoe sebagai bangsa, bangsa Indonesia. (Kami putra dan putri Indonesia mengaku berbangsa yang satu, bangsa Indonesia)
Ketiga Kami Poetera dan Poeteri Indonesia, Mendjoendjoeng Bahasa Persatoean, Bahasa Indonesia. (Kami Putra dan Putri Indonesia, Menjunjung Bahasa Persatuan, Bahasa Indonesia).
Acara Sumpah Pemuda merupakan bukti tak terbantahkan bahwa pemuda Indonesia adalah pelopor dan praktisi aktif persatuan dan kesatuan Indonesia. Melalui ikrar ini para pemuda berkomitmen untuk menjunjung tinggi persatuan bangsa, berhenti menjadi daerah dalam arti persatuan untuk menjadi Indonesia yang utuh, karena esensi dari Sumpah Pemuda adalah keinginan para pemuda yang berasal dari berbagai suku bangsa untuk bersedia mendapatkan menyingkirkan keinginan individu dan menjadi satu untuk Indonesia.
ADVERTISEMENT
Asal muasal acara Sumpah Pemuda bukan hanya karena peran pemuda (laki-laki) dari seluruh daerah di Indonesia, namun ada beberapa sumber yang mencatat kehadiran dan partisipasi perempuan dalam Kongres Pemuda. Pada Kongres Pemuda II, ada 10 perempuan yang mengikuti kegiatan berdasarkan kesaksian Wage Rudolf Supratman, namun berdasarkan literatur lain disebutkan ada 6 perempuan peserta yaitu Poernamawoelan, Emma Poeradiredja, Siti Sundari, Bu Tumbel , Dien Panrope dan Johanna Masdani Tumbuan. Selanjutnya, 3 orang diantaranya diikutsertakan sebagai pembicara aktif dalam forum Kongres Pemuda II.
Pada Kongres Pemuda II, Bu Poernamawoelan naik ke mimbar sebagai pembicara pertama. Seorang guru yang aktif dalam pendidikan dan pembinaan kepemudaan, ia membacakan rekomendasinya bahwa upaya mencerdaskan kehidupan bangsa harus dibarengi dengan upaya menciptakan suasana tertib, disiplin, dan peningkatan pendidikan. Memperbaiki pendidikan merupakan bentuk kepeduliannya terhadap pendidikan di Indonesia saat itu. Sebagai guru dan perwakilan Taman Siswa, Poernamawoelan tentu saja memahami permasalahan pendidikan di Indonesia dan aktif mengadvokasi pendidikan bagi pribumi.
ADVERTISEMENT
Setelah Poernomowulan, Sarmidi Mangunsarkoro (tokoh pendidikan) juga membacakan nasehatnya tentang pendidikan. Dari kesaksian Wage, Rudolf Supratman, Poernomowulan dan Sarmidi hadir sebagai keynote speaker pada konvensi tersebut. Saat acara dibuka untuk umum, tidak sedikit peserta yang juga antusias menanggapi saran para pembicara.
Tak hanya nona Poernomowulan, Siti Sundari, Emma Poeradiredja, Suwarni Pringgodigo, Johanna Masdani Tumbuan, Dien Panrope dan nona Tumbel turut hadir dalam konvensi yang memunculkan Sumpah Pemuda tersebut. Dari 10 wanita yang hadir, tujuh bisa dilacak. Total kehadiran 750 orang dan hanya 75 orang yang namanya terdaftar. "Lebih banyak anak perempuan yang hadir daripada Kongres Pemuda Indonesia pertama tahun 1926," tulis Bambang Sularto dalam Wage Rudolf Supratman.
ADVERTISEMENT
Para wanita yang menghadiri Kongres Pemuda Kedua aktif dalam gerakan tersebut. Siti Sundari, adik Dr. Sutomo (pendiri Budi Utomo) belajar lebih tinggi di Leiden University di Belanda dan memperoleh gelar Master in the Ritchen (Sarjana Hukum). Saat itu tidak mudah bagi perempuan untuk mengenyam pendidikan tinggi. Padahal, Siti merupakan perempuan kedua yang menerima gelar tersebut. Selain sukses di bidang pendidikan, Siti juga pernah menjabat sebagai pengelola bank. Peran Siti Sundari pada Kongres Pemuda II adalah aktif dalam gerakan dan menerbitkan Sworo Perempuan. Majalah bahasa dan tulisan Jawa ini terbit tahun 1912 di Pacitan. Selain itu, Siti Sundari juga memberikan orasi dan gagasan tentang cinta tanah air. Dalam sambutannya, ia menyarankan untuk menanamkan rasa cinta tanah air, khususnya di kalangan wanita. Perempuan juga harus dididik sejak dini, tidak seperti kebiasaan di Indonesia yang hanya mendidik laki-laki. Dengan cara ini, perempuan dapat berpartisipasi aktif dalam mendukung gerakan untuk kepentingan negara kita.
ADVERTISEMENT
Sedangkan Emma Poeradiredja aktif di Jong Java, Jong Islaminten Bond, dan mendirikan Istri Pasundan. Ia belajar di (MULO) Pendidikan Dasar Lanjutan Lanjutan. Dalam kesempatannya di Kongres Pemuda, Emma menyampaikan belasungkawa kepada Kongres dan mendorong perempuan untuk aktif dalam gerakan, tidak hanya dalam kata tetapi juga dalam tindakan. Dia menekankan pidatonya tentang kemajuan dan kesetaraan perempuan dan pendidikan. Semasa hidupnya ia aktif di berbagai organisasi yang berkomitmen untuk memperjuangkan kemerdekaan Indonesia dan kesetaraan bagi perempuan. Ia juga pernah menjadi anggota Dewan Pertimbangan Agung dan anggota DPR/MPR Indonesia.
Suwarni Pringgodigo dikenal sebagai pendiri gerakan Sadar Istri. Setelah Indonesia merdeka, ia menjadi anggota DPR. Saat Kongres Pemuda, Johanna Masdani Tumbuan berusia 18 tahun, aktif dalam perjuangan kemerdekaan. Beberapa penghargaan yang diperolehnya dari era Sukarno hingga Habibie antara lain Medali Sewindu TNI (1953), Bintang Satya Gerilya (1958), Bintang Penegakan Satya Lencana (1967), Bintang Mahaputera Utama (1998) dan beberapa penghargaan lainnya. penghargaan. Sedangkan Dien Pantouw adalah istri dari Sunario Sastrowardoyo. Keduanya pertama kali bertemu di Kongres Pemuda Kedua dan beberapa waktu setelah itu mereka saling berkirim surat hingga akhirnya menikah. Sedangkan Miss Tumbel adalah anggota Jong Celebes.
ADVERTISEMENT
Kongres Pemuda memainkan peran penting dalam Kongres Perempuan. Karena selain Sumpah Pemuda, tujuan utama Kongres Pemuda adalah menyatukan pemuda dalam satu organisasi. Sedangkan topik wanita tidak banyak dibahas.
“Jadi Kongres Pemuda menginspirasi perempuan untuk membuat kongres perempuan karena pada saat itu Kongres Pemuda fokus membahas gerakan pemuda, tidak banyak membahas isu perempuan,” kata sejarawan Amurwani Dwi Lestariningsih kepada Historia.
Suyatin Kartowijono, salah satu penggagas Kongres Perempuan, tidak hadir dalam Kongres Pemuda karena berada di Yogyakarta. Namun, ia mengikuti perkembangan persidangan melalui pemberitaan media massa dan berita dari rekan-rekannya di Jakarta.
Dua bulan setelah Kongres Pemuda, Kongres Perempuan diadakan di Yogyakarta. Kongres membahas isu-isu dan hak-hak perempuan dan gerakan kemerdekaan. Hasil kongres menyepakati bahwa perempuan harus ikut serta dalam perjuangan kemerdekaan dan ikut serta dalam memajukan organisasi kepemudaan.
ADVERTISEMENT
Berdasarkan pembahasan di atas dapat dikatakan bahwa peran perempuan Indonesia dalam memperjuangkan dan mempertahankan kehidupan bangsa sangatlah penting dan berdampak baik dan tidak dapat diabaikan. Sejak lama perempuan terlibat dan bahu-membahu dengan laki-laki untuk memperjuangkan dan mewujudkan cita-cita bangsa, termasuk dalam momentum Pergerakan Nasional.