Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.97.0
Konten dari Pengguna
Konsep Hybrid: Pergerakan Alternatif Berkarya Seni dalam Keberagaman
19 April 2023 15:14 WIB
·
waktu baca 4 menitTulisan dari Erna Wati tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
![Pengunjung melihat karya seni yang ditampilkan dalam Art Jakarta Gardens di Hutan Kota Pelataran, Senayan, Jakarta pada Selasa (7/2). Foto: Iqbal Firdaus/kumparan](https://blue.kumparan.com/image/upload/fl_progressive,fl_lossy,c_fill,q_auto:best,w_640/v1634025439/01grnmz3qzsm0rhpcqc9vzggrq.jpg)
ADVERTISEMENT
Menyoal perihal seni rupa sebagai salah satu kekayaan budaya Indonesia, masih menjadi hal yang menarik untuk ditelusuri. Salah satunya Kriya yang dekat dengan tradisi, keteknikan tertentu, dan lingkup media yang ditentukan.
ADVERTISEMENT
Jika dilihat dari sudut pandang masa kini, terutama realita perwujudan karya seni kriya oleh seniman yang lebih fleksibel, dan cenderung hybrid menjadi hal yang cukup kompleks karena membuka peluang transformasi pendefinisian dari sudut pandang pada ruang dan waktu saat ini. Misalnya konsep hybrid karya seni kriya kontemporer seniman Lejar Daniarta Hukubun pada karya wayang KK Lejar karakter hybrid yang ditonjolkan berangkat dari multikulutralisme budaya. Wayang KK Lejar merupakan Kreasi Karya seniman Lejar Daniarta hukubun.
Seniman Lejar telah melalui berbagai pengalaman personal estetik dan artistik dalam kekaryaannya. Berbagai kegiatan kesenian dan karya seni pun sudah cukup banyak tercipta dari kreativitas yang dimilikinya. Namun, ada yang unik dan khas yang sampai sekarang terus ditekuni oleh seniman yaitu karya seni dengan aktualisasi yang berangkat dengan mengusung konsep akulturasi budaya jawa dan Papua melalui teknik dan media yang beragam.
ADVERTISEMENT
Mengingat jumlah karya perupa yang cukup banyak, berikut diambil beberapa sampel karya perupa dengan media yang berbeda namun berangkat dari semangat dan spirit seniman untuk mengkomunikasikan budaya lokal dalam setiap karyanya dengan konsep hybrid sebagai jalan perwujudannya dalam merespons dialog seni kontemporer di era budaya global. Karya yang ditampilkan yaitu konsep lokal pada karya seni rupa kontemporer dan desain dengan aktualisasi bentuk re-aktualisasi berdasarkan re-imajinasi tradisi dari seniman.
Tentu saja karya wayang KK Lejar merupakan visual bentuk baru pada ruang masa kini. Karakter visual karya sebagai bentuk baru sebagai seni terpengaruh dari latar belakang budaya seniman, yang terlahir dari cinta kasih terhadap budaya Jawa dan Papua. Sementara dalam teknik ilustrasi penokohan seniman juga menerapkan multi-teknik yaitu karakter dengan manual dan komputasi.
ADVERTISEMENT
Berdasarkan beberapa sampel karya dari Lejar Hukubun, dapat dirasakan dengan konsep hybrid kekhasannya disisi lain tetap mendukung kontinuitas dari tradisi serta budaya yang mengalami akulturasi. Akulturasi budaya berarti proses percampuran antara dua budaya atau lebih. Percampuran budaya jelas dipaparkan melalui narasi karya KK Lejar, yaitu pengalaman artistik dan rasa cinta kasih seniman terhadap Budaya Jawa dan Budaya Papua.
Keberlanjutan atau kontinuitas dihayati oleh perupa melalui konsep lokal budaya yang terus tumbuh dan berkembang tanpa putus melalui kreativitas berkarya. Dengan benih tumbuh dan berangkat dari titik yang sama dengan berpegang teguh pada proses penyadaran budaya lokal dan pewarisan nilai, pembelajaran berinovasi dari tradisi serta mitos (melalui cerita mitologi dalam karakter wayang baru), serta nilai yang berkesinambungan.
ADVERTISEMENT
Begitu juga memungkinkan peluang konsep hybrid dengan seniman lainnya dalam berkarya seni, walaupun berangkat dari tradisi namun perwujudannya menerapkan konsep hybrid yang sudah melampaui batas karakteristik seni di masa lalu. Tarik-menarik antara kutub tradisi dan era kontemporer masa kini, menyebabkan adanya sintesis yang perlu kita ciptakan, sesuai dengan kemanfaatan dan kemajuan semangat zaman.
Secara konseptual, hibriditas budaya, pembuatan seni, dan misi secara unik terjerat dalam kreativitas seniman. Untuk beberapa waktu hibriditas telah menjadi tema yang menonjol dalam studi budaya. Dalam studi budaya, hibriditas menunjukkan daftar luas identitas ganda, persilangan, pilihan-campuran, pengalaman dan gaya yang melintasi batas, komunikasi antar budaya yang intensif, multikulturalisme sehari-hari dan erosi batas. Karya seni sebagai bagian dari produk budaya, seyogyanya begitu dekat dengan konsep yang inovatif dengan pola berpikir hibrid.
ADVERTISEMENT
Pandangan optimis tentang berkarya seni kriya dengan pemikiran hibriditas, 'dianggap sebagai pelumas yang meleburkan dalam benturan budaya sebagai dialog negara Indonesia dengan keberagaman/multikulturalisme; menyatukan masa lalu dan masa kini dalam ruang baru;gagasan, teknik, dan media dalam kreativitas yang inovatif. Hibriditas adalah terminologi dan kepekaan ruang serta waktu dalam batas dan penyeberangan yang menandai zaman kita.
Hibriditas hal yang wajar untuk ditelusuri dan patut diperhatikan dari sudut pandang batas-batas kategori seni yang pakem dan diistimewakan. Pada perspektif masa kini, kenyataannya dalam berkarya seni sudah lebur dan melewati batas-batas yang ada. Plural keberagaman diterima, dan direspons dalam dialog re-aktualisasi tema tradisi seni kriya kontemporer dengan konsep hibrid sebagai kebaruan.
Pentingnya hibriditas adalah bahwa ia mempermasalahkan batas-batas tertentu, dari kanonisasi pengkotak-kotakan ataupun skat pendidikan kolonial. Selain itu, dengan menganalisis beragam praktik aktivis, orang dapat melihat bagaimana seniman menunjukkan bentuk-bentuk perlawanan terhadap cara berpikir imperialis budaya postkolonial tentang perbatasan kategori keilmuan.
ADVERTISEMENT
Di sisi lain bila menjawab tantangan globalisasi, berkarya seni dengan pola pikir hibriditas menciptakan iklim antisipasi dan pembaruan dalam ruang seni, eksistensi, dan teknologi. Peranan seniman kriya/kriyawan menjadi media penerjemah antara bidang ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni secara proporsional.