Konten dari Pengguna

Potret Wajah Kelam Hegemoni Kapitalisme dalam Narasi Serial Squid Game

Ernani Dewi
Pengawas Farmasi dan Makanan BPOM RI // Mahasiswa Master of Arts in Digital Transformation and Competitiveness, Hubungan Internasional, UGM
30 Desember 2024 16:31 WIB
·
waktu baca 9 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Ernani Dewi tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
source : doc Netflix
zoom-in-whitePerbesar
source : doc Netflix
ADVERTISEMENT
Penayangan serial Squid Game Season 2 kembali merajai peringkat Top Global Netflix di 92 negara hanya beberapa hari setelah dirilis. Menyusul kesuksesan season pertama yang berhasil mencetak sejarah seperti Penghargaan Emmy 2022 untuk Hwang Dong Hyuk sebagai Sutradara Terbaik dan tiga nominasi di Golden Globe Globes 2022 untuk Serial Drama Terbaik, Aktor Terbaik untuk Lee Jung Jae, dan Aktor Pendukung Terbaik untuk O Yeong Su, penayangan kembali Squid Season terbaru ini juga membawa berbagai fenomena global.
ADVERTISEMENT
Narasi Squid Game yang kembali hadir tidak hanya hiburan memperkenalkan berbagai kebudayaan Korea Selatan yang dikemas dalam bentuk pertandingan “hidup-mati”, namun juga menyimpan kritik sosial mendalam terhadap wajah kelam dominasi hegemoni dan kapitalisme yang menyertai alur cerita di dalamnya. Berlatar penuh ketegangan, serial ini menggambarkan bagaimana masyarakat termarjinalkan menjadi korban dari sistem ekonomi yang tidak adil, sementara para elit global terus menikmati keuntungan dari penderitaan mereka.

Kritik Sosial Terhadap Kapitalisme

source : doc Netflix
Di berbagai belahan dunia, kapitalisme telah menjadi sistem ekonomi dominan yang membentuk industri, masyarakat, dan kehidupan manusia. Dalam dunia modern, kapitalisme tidak hanya menjadi sistem ekonomi dominan yang membentuk industri dan masyarakat, tetapi juga semakin menciptakan kesenjangan sosial yang mencolok. Serial Squid Game berhasil menggambarkan wajah kelam dari eksploitasi kapitalis dalam bentuk hiburan. Dengan narasi yang mengguncang, serial ini menunjukkan bagaimana penderitaan manusia diubah menjadi tontonan memikat bagi mereka yang lebih dominan dan berkuasa.
ADVERTISEMENT
Melalui permainan hidup dan mati, Squid Game menjadi satir atas dinamika kapitalis di mana individu yang terpinggirkan bersedia mempertaruhkan segalanya demi kesempatan finansial yang sering kali mustahil tercapai. Para pemain, yang terlilit utang dan putus asa, tidak memiliki apa-apa selain tenaga, rasa sakit, dan penderitaan mereka sendiri. Di sisi lain, para kapitalis yang digambarkan sebagai elit berpakaian hitam dalam serial ini, menikmati penderitaan tersebut sebagai bentuk hiburan, mewujudkan konsep Schadenfreude, di mana penderitaan orang lain malah menjadi sumber kesenangan.
Ironisnya, dalam permainan ini, kapitalis tidak mengambil uang dari para pemain, melainkan menawarkan hadiah besar hanya untuk melihat mereka saling menghancurkan. Para pemain tidak hanya menjadi komoditas ekonomi, tetapi juga simbolisasi penderitaan yang dirancang untuk memuaskan ego para elit, atau dalam serial ini disebut dengan para VIP. Semakin banyak pemain menderita atau terbunuh, semakin besar hiburan yang dirasakan oleh para penonton VIP.
ADVERTISEMENT
Penggambaran ini tidak hanya relevan dalam konteks fiksi. Dalam kehidupan nyata, sistem kapitalis sering kali mendorong masyarakat untuk mengeksploitasi diri mereka sendiri demi bertahan hidup. Sebagaimana dijelaskan oleh Marx, kapitalisme beroperasi dengan mengambil nilai lebih dari tenaga kerja manusia, mengubah hidup dan kerja keras menjadi alat untuk memperkaya segelintir kelas borjuis. Squid Game membawa realitas ini ke ekstrem: penderitaan dan kehidupan manusia menjadi komoditas utama.
Namun, yang paling mencolok adalah bagaimana serial ini menyajikan hierarki kelas yang begitu tegas. Para kapitalis, dengan kendali penuh atas alat produksi dan aturan permainan, menentukan nasib para pemain. Para pemain, meskipun sadar akan ketidakadilan tersebut, tidak memiliki pilihan lain selain menyerah pada sistem karena keterdesakan ekonomi dan permasalahan hutang yang mereka hadapi.
ADVERTISEMENT
Pada episode pertama Squid Game Musim 2 yang berjudul “Bread and Lottery”, karakter Salesman yang diperankan oleh Gong Yoo tampil dalam sebuah adegan satir. Dalam adegan ini, ia mendekati sekelompok tunawisma dan menawarkan dua pilihan: sepotong roti atau tiket lotere gosok. Mayoritas memilih tiket lotere, mengandalkan keberuntungan instan, namun tidak ada yang berhasil memenangkan apa pun. Sebagai respon terhadap pilihan para tunawisma tersebut, si Salesman dengan penuh amarah membuang roti yang tersisa ke tanah dan menginjak-injaknya, sembari menyalahkan mereka atas pilihan yang mereka buat.
Adegan ini memberikan kritik tajam terhadap kecenderungan masyarakat yang sering kali mengabaikan kebutuhan dasar demi mengejar harapan akan kekayaan instan. Tindakan Salesman mencerminkan pandangan sinis terhadap pilihan individu dalam kondisi terdesak, sekaligus menggambarkan bagaimana sistem kapitalisme mengeksploitasi kerentanan manusia.
ADVERTISEMENT
Lebih jauh, adegan ini menjadi metafora bagi dilema yang dihadapi para peserta dalam permainan utama Squid Game, yaitu antara memilih keamanan dengan imbalan kecil atau mengambil risiko besar demi keuntungan tinggi. Pilihan antara roti dan tiket lotere mencerminkan konflik moral dan etika yang muncul dalam masyarakat yang didominasi nilai-nilai materialisme dan kesenjangan ekonomi.
Adegan ini memperkuat tema utama Squid Game tentang eksploitasi manusia, kebebasan dalam memilih, dan konsekuensi dari sistem ekonomi yang timpang dan tidak adil. Melalui Squid Game, kita diajak untuk merenungkan betapa jauh kapitalisme telah mengubah nilai-nilai kemanusiaan. Serial ini mengingatkan bahwa kesenjangan ekonomi yang dibiarkan tanpa kontrol tidak hanya menciptakan eksploitasi, tetapi juga mencabut makna hidup dari mereka yang berada di kelas bawah. Dalam dunia nyata maupun fiksi, kapitalisme yang tidak terkendali akan terus mengeksploitasi yang lemah untuk keuntungan yang kuat, sebuah siklus tanpa akhir yang harus kita renungkan dan, jika mungkin, ubah.
ADVERTISEMENT
Isu-isu kapitalisme, khususnya perbedaan kelas, juga dikonstruksikan dalam beberapa adegan yang menunjukkan ketidakadilan dan kesewenang-wenangan kelas atas terhadap kelas bawah. Hal ini tergambar jelas baik di season pertama dan kedua seperti ancaman pembunuhan oleh rentenir yang mencerminkan tekanan ekonomi, penangguhan upah pekerja migran yang menggarisbawahi eksploitasi tenaga kerja, gambaran industri judi, mahalnya biaya kesehatan, dan praktik penjualan organ tubuh ilegal. Semua ini mengilustrasikan bagaimana kapitalisme dapat menjadi alat untuk mempertahankan dominasi kelas atas dengan mengorbankan martabat dan kehidupan kelas bawah.

Hegemoni dalam Struktur Permainan

source : doc Netflix
Hegemoni dan dominasi sosial-ekonomi adalah dua sisi mata uang yang tidak terpisahkan. Dalam konteks kapitalisme, keduanya bekerja bersama untuk mempertahankan kendali dan kekuasaan atas mereka yang dianggap subordinat. Hal ini digambarkan secara mendalam dalam serial Squid Game, di mana para penonton VIP memanfaatkan modal ekonomi mereka berupa kekayaan dan modal sosial berupa status untuk mendominasi dan menghegemoni para peserta permainan.
ADVERTISEMENT
Para VIP dalam Squid Game menggunakan kekayaan untuk mengontrol pemain, menciptakan hierarki sosial yang memperkuat posisi dominan mereka. Mereka tidak hanya mengatur permainan, tetapi juga menentukan nasib para peserta melalui aturan kejam yang memperlakukan nyawa manusia sebagai alat hiburan. Dengan setiap peserta yang tereliminasi, celengan babi raksasa terisi uang, memperkuat narasi bahwa kekayaan dapat membeli kekuasaan, bahkan nyawa manusia.
Dominasi ini tidak hanya berasal dari kekayaan, tetapi juga dari kemampuan untuk memanfaatkan institusi sosial dan ekonomi. Seperti pemerintah yang menggunakan kekuatan hukum, pendidikan, dan keluarga untuk menghegemoni masyarakat, Squid Game menunjukkan bagaimana kapitalisme menciptakan sistem di mana uang menjadi alat supremasi mutlak.
Serial ini juga mengeksplorasi dampak dari hegemoni kapitalisme terhadap nilai moral. Dalam permainan, para peserta yang terjebak dalam kemiskinan rela mengorbankan prinsip, norma sosial, bahkan nyawa sesama peserta demi peluang melunasi utang atau mengejar kekayaan. Dalam situasi ini, diskriminasi sosial-ekonomi menjadi semakin nyata, di mana kelas atas menikmati kekuasaan, sementara kelas bawah menjadi objek eksploitasi tanpa pilihan lain.
ADVERTISEMENT
Selain itu, Squid Game juga mengilustrasikan bagaimana kapitalisme dapat mengikis nilai-nilai moral. Pembunuhan dan penipuan menjadi strategi untuk bertahan hidup, mengorbankan solidaritas demi memperbesar peluang menang. Semakin sedikit peserta, semakin jelas bahwa uang tidak hanya mengontrol, tetapi juga merusak nilai-nilai kemanusiaan.
Hegemoni yang tercermin dalam struktur permainan Squid Game juga menunjukkan bagaimana para elit menggunakan kekuasaan mereka untuk mengontrol dan memanipulasi individu. Peserta permainan dipaksa mengikuti aturan yang tidak adil, dengan ancaman eliminasi permanen jika mereka melanggar. Ini mencerminkan bagaimana kekuatan hegemoni beroperasi dalam dunia nyata, di mana yang kuat mendominasi yang lemah dengan dalih hukum atau sistem yang telah mapan.
Para VIP yang menonton permainan dengan penuh kegembiraan menjadi simbol dari ketidakpedulian elit terhadap penderitaan masyarakat. Mereka adalah cerminan dari kelas penguasa dalam kapitalisme, yang menikmati keuntungan tanpa harus mengalami risiko atau penderitaan yang sama.
ADVERTISEMENT
Secara keseluruhan, Squid Game adalah cerminan nyata dari hegemoni kapitalisme. Melalui narasinya, serial ini mengingatkan bahwa dalam sistem yang didominasi oleh uang dan status sosial, mereka yang memiliki kekuasaan akan terus memperkuat posisinya, sementara mereka yang berada di bawah dipaksa untuk berjuang bahkan dengan harga nyawa mereka sendiri. Kritik ini menjadi relevan tidak hanya dalam fiksi, tetapi juga dalam kenyataan dunia yang terus dibayangi oleh ketimpangan sosial dan ekonomi.
Squid Game menghadirkan kritik mendalam terhadap hegemoni kapitalisme dengan menggambarkannya sebagai sistem yang tumbuh subur melalui eksploitasi dan dehumanisasi. Serial ini dengan cerdas mengaburkan batas antara realitas dan hiburan, menyoroti bagaimana masyarakat yang didominasi oleh kapitalisme cenderung memprioritaskan nilai materialistik dibandingkan nilai kemanusiaan.
ADVERTISEMENT
Melalui simbol-simbol visual dan alur cerita yang menegangkan, Squid Game menggambarkan bagaimana kelas bawah dieksploitasi oleh kelas atas yang memegang kendali ekonomi dan sosial. Para peserta permainan, yang terperangkap dalam lingkaran kemiskinan dan utang, dipaksa untuk mengambil keputusan ekstrem demi bertahan hidup. Di sisi lain, elit yang kaya menggunakan penderitaan ini sebagai bentuk hiburan, mempertegas hierarki sosial yang kejam.
source : doc Netflix
Serial ini juga memunculkan pertanyaan etis tentang bagaimana kapitalisme telah mengikis solidaritas dan moralitas. Dalam Squid Game, para peserta tidak hanya bertarung melawan sistem yang tidak adil, tetapi juga saling mengkhianati untuk mendapatkan keuntungan pribadi. Hal ini mencerminkan bagaimana sistem kapitalis sering kali mendorong individu untuk mengutamakan kepentingan sendiri di atas kepentingan bersama.
ADVERTISEMENT
Dalam Squid Game S2, setelah setiap permainan, para peserta diberikan kesempatan untuk memilih apakah akan melanjutkan atau menghentikan permainan. Jika mayoritas memilih berhenti, permainan akan berakhir, dan mereka dapat pulang dengan bagian dari hadiah yang telah terkumpul.
Namun, meskipun dihadapkan pada bahaya mematikan, banyak peserta memilih untuk melanjutkan permainan, mencerminkan betapa kuatnya daya tarik hadiah uang dan keputusasaan mereka dalam situasi finansial yang sulit. Keputusan ini menyoroti dilema moral dan tekanan yang dihadapi individu dalam sistem kapitalis yang menuntut pengorbanan besar demi peluang kesuksesan finansial.
Menariknya, dalam salah satu pemungutan suara, hasilnya berakhir imbang, yang kemudian memicu perdebatan sengit di antara para pemain. Situasi ini menciptakan ketegangan tambahan dan memperlihatkan bagaimana sistem permainan dirancang untuk memanipulasi keputusan individu, menggambarkan kritik terhadap cara sistem kapitalis dapat mempengaruhi pilihan pribadi.
ADVERTISEMENT
Adegan pemungutan suara ini tidak hanya menambah lapisan kompleksitas pada narasi, tetapi juga mengajak penonton untuk merenungkan sejauh mana individu bersedia mengambil risiko dalam mengejar kekayaan, serta bagaimana sistem yang ada dapat mempengaruhi dan membatasi pilihan mereka.
Dengan menghadirkan dunia distopia yang tampak akrab dengan kenyataan, Squid Game mengundang penonton untuk merenungkan dampak dari sistem ekonomi yang didasarkan pada kesenjangan dan eksploitasi. Serial ini tidak hanya menjadi hiburan, tetapi juga bahaya yang mengintai jika dominasi dan kapitalisme terus mendikte nilai dan hubungan antar manusia.