Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.102.2
Konten dari Pengguna
Sejarah Makam Kyai Iket di Kedungbanteng Banyumas
14 Desember 2022 15:30 WIB
Tulisan dari Erna nur khasanah tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan

ADVERTISEMENT
Kyai Haji Ridwan Sururi biasa dikenal dengan sebutan Kyai Iket adalah seorang pengasuh pondok pesantren an-nur Kedungbanteng, Banyumas. Beliau lahir pada tanggal 13 Desember 1943. Kyai Iket merupakan ulama sepuh yang berkharismatik serta berkarakter teguh dengan gaya dakwah yang khas saat di atas panggung.
ADVERTISEMENT
Beliau adalah sosok kyai yang sederhana, merakyat, menyedulur serta berkarakter teguh bagi manusia pribumi nusantara. Beliau memiliki suara yang lantang, keras, penuh energi dan merdu. Kyai Iket adalah seorang kyai yang muhibbin atau seorang yang banyak dicintai, cinta sekali kepada dzurriyah nabi. Begitu pula didikan kepada putra putri dan santrinya untuk selalu mencintai dzurriyah nabi.
Kyai Haji Muhammad Ridwan Sururi sebelum mengasuh pesantren beliau menimba ilmu di berbagai daerah. Beliau pernah nyantri di Pesantren Buntet, Cirebon antara tahun 1956-1963. Pernah juga di Pesantren Al-anwar Sarang, Rembang tahun 1963-1967.
Untuk kurikulum yang diajarkan di Pondok Pesantren An-nur sendiri Al-qur’annya mengikuti yang di Cirebon, kitabnya mengikuti Sarang, Rembang. Jejak pendidikan kyai iket diikuti oleh anak-anaknya dengan mondok di Sarang, Rembang. Beliau selalu menerapkan pola hidup pesantren kepada anak dan cucunya. Pondok Pesantren An-nur saat ini dikelola langsung oleh istri kyai iket dan anak-anaknya. Hal tersebut bertujuan agar pengelolaan Pondok Pesantren An-Nur masih dalam asuhan keluarga pengganti kyai iket setelah wafat. Di samping mengelola pesantren, kyai iket juga menerima undangan untuk mengisi pengajian umum di kampung-kampung. Berbeda dengan kyai pada umumnya, ketika berdakwah beliau lebih memilih menggunakan bahasa jawa khas dialek banyumasan. Hal tersebut menjadi salah satu ciri khas dan karakter kyai iket dalam berdakwah. Cara penyampaiannya yang unik, menarik dan komunikatif membuat kyai iket digemari dan disegani oleh masyarakat sekitar. Bahkan kyai iket pernah mengislamkan pemuda dari Kalimantan.
ADVERTISEMENT
Di dalam berdakwahnya beliau selalu mengajarkan doa untuk memiliki anak yang sholeh dan sholehah. Doanya yaitu:
“ رَبِّ هَبْ لِيْ مِنَ الصّٰلِحِيْنَ “
“Rabbi hablii minash shoolihiin”
Doa tersebut dibaca sebanyak tiga kali sehabis shalat. Tujuan beliau mengajarkan doa tersebut karena apabila di negara Indonesia banyak anak yang sholeh-sholehah akan menjamin negara menjadi “baldatun toyyibatun warobbun ghofur” yang memiliki makna sebuah negeri yang mengumpulkan kebaikan alam dan kebaikan perilaku pendidiknya.
Iket merupakan penutup kepala dari kain yang dibuat dengan keterampilan, ketekunan, kejelian, dan kesabaran, serta rasa estetika yang tinggi. Kemauan kyai iket memakai iket karena merupakan budaya banyumas. Secara kebersihan ikat merupakan kain yang mudah dicuci. Iket mempunyai empat pojokan yang mempunyai makna tersendiri, diantaranya yaitu:
ADVERTISEMENT
1. Empat pojokan, artinya sebagai seorang muslim harus mempunyai pegangan al-Qur’an, hadits, ijma’, dan qiyas.
2. Tiga pojokan, artinya Iman, Ihsan, dan Islam. Dua pojokan, artinya dua kalimat syahadat. Yang berbunyi “Asyhadu an laa ilaaha illallaahu, wa asyhadu anna muhammadar rasulullah"
Artinya : "Aku bersaksi bahwa tidak ada Tuhan melainkan Allah. Dan aku bersaksi bahwa Nabi Muhammad adalah utusan Allah".
3. Kemudian, dua pojokan itu diikat menjadi satu supaya tidak lepas. Karena orang Islam harus menjaga dua kalimat syahadat sampai akhir hayat. Apabila tidak ditakutkan imannya akan goyah dan keluar dari Islam.
Terdapat sholawat yang selalu kyai iket lantunkan pada saat berdakwah, yaitu:
Sawangana, Pangeran Diponegoro
Teuku Umar, Imam Bonjol lan sak kanca
ADVERTISEMENT
Kabeh mau, pada mbelani negara
Agemane ora keri, sorban beskap
Kyai iket wafat pada tanggal 12 Juni 2021 tepat di usia 78 tahun. Sepuluh hari sebelum sakit, beliau sempat berdakwah di Majenang. Pada hari Jum’at, kyai iket sempat mengecek kesehatan di Klinik Omnia. Pada Sabtu sekitar pukul 20.20 WIB. Beliau wafat di rumah sakit margono Purwokerto. Menurut tanggal jawa kyai iket wafat pada hari ahad kliwon. Beliau meninggalkan delapan belas anak, empat puluh satu cucu dan lima buyut. Kyai iket wafat dikarenakan sakit paru-paru. Penyakit ini sudah lama diidap oleh kyai iket sehingga ketika semangatnya dalam berdakwah yang luar biasa, beliau tidak merasakan sakit yang dideritanya. Ribuan pentakziah dari berbagai daerah memadati dusun Kedunglemah, ketika beliau wafat. Dishalatkan di Masjid Pondok Pesantren an-nur oleh ribuan orang baik itu yaitu kyai, ulama, santri, maupun warga masyarakat sekitar.
ADVERTISEMENT
Beliau dimakamkan di Kedunglemah, dusun II Kedungbanteng, Kecamatan Kedungbanteng, Kabupaten Banyumas, Jawa Tengah. Tanah makam tersebut merupakan tanah milik beliau sendiri. Tanah ini sudah kyai iket rencanakan untuk dibuat pendopo. Tetapi takdir berkata lain, sebelum pendopo itu dibangun kyai iket wafat. Sebelum wafat, beliau memberi wasiat kepada anak-anaknya agar beliau dimakamkan di makam seberang sungai dekat pondok pesantren an-Nur. Kemudian anak-anak beliau bermusyawarah dengan mengambil keputusan untuk memakamkan kyai iket di pendopo tersebut. Pendopo itu berbentuk rumah joglo, yang dibeli oleh kyai iket sendiri di Cilacap.
Pendopo berdiri dua hari setelah kyai iket wafat. Pendopo tersebut merupakan pendopo yang dibuat untuk makam keluarga seperti Ibunda dari kyai iket sendiri, Habib Faisal, Habib Ali dan cucunya. Setiap batu nisan yang ada di makam tersebut terdapat iket. Inilah yang menjadi ciri khas makam ini. Makam kyai iket terdapat ditengah-tengah makam-makam yang lain. Dikelilingi menggunakan besi dengan tujuan untuk menjaga keamanan makam tersebut.
ADVERTISEMENT
Pendopo tersebut terbuat dari kayu jati yang didesain sendiri oleh anak-anaknya. Pendopo dibangun dengan model menyerupai rumah joglo. Kayu jati yang menjadi dinding dengan warna coklat sebagai dasarnya.
Akses menuju ke makam kyai iket dapat dicapai dengan kendaraan pribadi maupun dengan angkutan umum. Jika menggunakan kendaraan pribadi, dari kota manapun awali dengan mengarahkan perjalanan ke kota Purwokerto. Kemudian ambil jalur menuju Kedungbanteng tepatnya SMP Negeri 1 Kedungbanteng. Setelah melewati SMP Negeri 1 Kedungbanteng, ambil arah jalan makam. Kemudian ikuti jalan tersebut dan makam terletak di ujung jalan.
Makam Kyai Iket ini dikhususkan untuk tujuan ziarah. Sehingga tidak ada aturan jelas soal jam operasional. Jadi secara teknis tempat ini buka 24 jam penuh. Saat berziarah ke makam Kyai Iket tidak ada pungutan biaya wajib. Pengunjung hanya diharapkan memberikan sumbangan sukarela untuk perawatan makam dan tidak ada biaya parkir apabila membawa kendaraan.
ADVERTISEMENT
Di makam kyai iket, biasanya para peziarah melakukan amalan dan ritual seperti berdzikir serta tahlil atau kegiatan ritual lainnya. Amalan tersebut dibacakan untuk mengirimkan doa kepada kyai iket. Makam kyai iket selalu ramai dengan para peziarah. Tak pernah sekalipun makam tersebut kotor dan sepi. Makam Kyai Iket selalu cantik dengan hiasan bunga segar yang dibawa oleh para peziarah.