Konten dari Pengguna

Dari Kasus Lapas Cebongan, Pembinaan Mental Spiritual Bagi Petugas Jadi Penting

Erniwati
Abdi Negara yang hobby nulis, Tim Humas Kanwil Kemenkumham NTB, Freelancer yang doyan Web Design dan Digital Marketing. Hobby Belajar banyak hal baru.
23 Juli 2024 15:56 WIB
·
waktu baca 5 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Erniwati tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Kepala Divisi Pemasyarakatan Kanwil Kemenkumham NTB, Herman Sawiran saat wawancara di ruang kerjanya. Sumber : Dok. Humas Kanwil Kemenkumham NTB
zoom-in-whitePerbesar
Kepala Divisi Pemasyarakatan Kanwil Kemenkumham NTB, Herman Sawiran saat wawancara di ruang kerjanya. Sumber : Dok. Humas Kanwil Kemenkumham NTB
ADVERTISEMENT
Kasus Lapas Cebongan sedang viral, namun ternyata dari kasus ini dapat dilihat fakta bahwa pembinaan Mental dan spiritual bagi Petugas pemasyarakatan jadi penting.
ADVERTISEMENT
Ngobrol pagi ini dengan Kepala Divisi Pemasyarakatan Kanwil Kemenkumham NTB, Herman Sawiran membuat saya menyadari banyak hal.
Tadinya saya hanya ingat bahwa pembinaan mental dan spiritual adalah hak bagi narapidana (Warga Binaan Pemasyarakatan) saja, namun ternyata saya lupa, petugas juga manusia yang butuh asupan positif dari sisi mental dan spiritualnya.

Prihatin Kasus Lapas Cebongan, Bukti Lemahnya Integritas

Herman Sawiran, beliau kerap disapa, menyampaikan keprihatinannya terkait kasus Pungli yang terjadi di Lapas Cebongan. Wajar sih, Pemasyarakatan itu satu batang tubuh, satu melakukan yang ,lain merasakan.
Dari ruang kerjanya pagi ini, Herman menyatakan bahwa inilah bukti lemahnya integritas petugas. Namun hal ini bukan tanpa sebab yang tak jelas.
Menurutnya, semua orang punya integritas, namun alasan di balik semakin lemahnya atau turunnya integritas seseorang lah yang harusnya menjadi perhatian.
ADVERTISEMENT
Misalnya saja, fakta bahwa ruang lingkup dari pelaksanaan integritas itu sendiri yang meliputi integritas sebagai pegawai dan kepala rumah tangga, dengan tuntutan disiplin dalam hal :
Karena tak jarang pungli ini juga diakibatkan oleh tuntutan dalam keluarga, dimana kita ketahui bahwa keluarga ini merupakan pondasi awal yang merupakan miniatur kecil masyarakat.
"Kita harus tahu dulu nih, sumber turunnya integritas seorang petugas itu darimana. Apakah dari kantor, dari lingkungan luar atau malah dari keluarganya sendiri," tuturnya.

Fenomena Pungli di Berbagai Instansi

Kasus Lapas Cebongan hanyalah salah satu dari sekian banyak contoh kasus Pungli yang dilakukan oleh segelintir oknum ASN. Hal ini juga menggambarkan bagaimana mudahnya pungli terjadi di masyarakat.
ADVERTISEMENT
Tak hanya di institusi pemerintah namun juga swasta. Tentunya dalam level yang berbeda-beda, sesuai dengan situasi dan kondisinya masing-masing.
Fenomena pungli di berbagai instansi dengan akar permasalahan yang tetap sama, tergerusnya integritas petugas. Baik petugas di level bawah hingga ke atas.
Mulai dari alasan yang sangat beragam, entah karena gaya hidup yang hedon, atau tuntutan keluarga di rumah yang secara tak sadar membuat seseorang mengambil jalan yang salah.

Faktor Pendorong Terjadinya Kasus Pungli

Seperti yang dituturkannya, Herman Sawiran juga menyebutkan sejumlah faktor pendorong atau penyebab terjadinya kasus pungli. Khususnya dalam pelaksanaan tugas pemasyarakatan.
Menurutnya ada beberapa hal yang kerap diamatinya menjadi faktor penyebab, antara lain :
ADVERTISEMENT

Pentingnya Pembinaan Mental dan Spiritual Bagi Petugas, Tak Cuma Narapidana

Di banyak tulisan saya sebelumnya, saya sering menuliskan terkait bentuk pembinaan di dalam Lapas ataupun Rutan. Salah satunya adalah pembinaan mental dan spiritual bagi narapidana atau WBP ini.
Bentuknya berbagai macam, seperti sesi ceramah keagamaan dengan mengundang pemuka agama sesuai agama dan kepercayaan masing-masing WBP. Selain itu penyusunan jadwal kegiatan keagamaan seperti shalat berjamaah rutin, program khatam Al Qur'an, belajar Qur'an, atau sembahyangan bagi Hindu.
Di dalam Lapas sendiri sudah di siapkan fasilitas ruangan atau tempat ibadah sesuai dengan kepercayaan masing-masing WBP. Ketersediaan buku-buku keagamaan dan kitab suci.
Maupun dengan kegiatan konseling demi memulihkan kondisi mental dan spiritual dari para napi yang sedang menjalani pidananya ini. Agar mereka bisa menyadari kesalahan dan mau memperbaiki diri ke arah yang baik dan benar.
ADVERTISEMENT
Namun di sisi lain, sepertinya ada yang terlewatkan. Kesadaran kita bahwa petugas pembina mereka juga adalah manusia yang imannya bisa turun atau naik tergantung tekanan hidup, pun dengan tuntutan hidup.
Padahal faktanya semua manusia punya masalah dan tuntutan hidupnya sendiri. Begitupun dengan petugas pemasyarakatan ini, yang sehari-hari berinteraksi dengan mereka, yang punya masalah hukum dan sosial di masyarakat.
Sehingga tak bisa di pungkiri bahwa tak hanya napi, petugas juga sangat penting untuk di berikan pembinaan mental dan spiritual yang berkesinambungan.
Shalat berjamaah bersama petugas dan WBP Lapas Dompu, Sumber : Dok. Humas Lapas Dompu
Meskipun kondisi di lapangan saat ada ceramah keagamaan, petugas bersangkutan juga turut hadir menyertai para warga binaan. Pun dengan kegiatan pembinaan pegawai dari Unit yang lebih tinggi, namun sepertinya hal ini masih sangat kurang, dan jauh dari harapan.
ADVERTISEMENT
Oleh sebab itu, Herman menuturkan bahwa mental pegawai kita sangat perlu ditempa, spiritualnya pun perlu tetap dibina dan di upgrade secara berkala.
"Kadang petugas kurang bersyukur. Sehingga pemberian dukungan moral dan spiritual harusnya tidak hanya untuk narapidana, namun juga penting bagi petugas itu sendiri" pungkasnya di sela-sela wawancara.

Kata Menkumham Soal Proses Pembentukan Integritas

Menkumham RI, Yasonna H Laoly di setiap kesempatan juga selalu menyampaikan dan menegaskan hal yang sama soal integritas. Seperti kalimatnya yang satu ini,
“Kalau tidak ada integritas, kita tidak perlu lagi persoalkan soal kecerdasan dan energi. Seseorang yang memiliki kecerdasan dan energi tapi tidak memiliki integritas itu daya rusaknya tinggi. Jadi, integritas itu menjadi modal yang sangat kuat sebagai prinsip moral dan prinsip kita beretika dalam kehidupan kita sehari-hari,” Pungkasnya
ADVERTISEMENT
Selain itu, pembentukan integritas juga tak bisa instan, artinya semua butuh proses panjang dan melelahkan. Bahkan terbentuk dari sejak seseorang menjadi anak-anak. Dari role model yang di contohkan orang tua dan para guru, pun dengan lingkungan.
Menurut Yaasonna, Meskipun Tidak mudah karena integritas tidak bisa dilakukan dengan sekejap saja.
"Oleh karena itu diperlukan konsistensi, bagaimana kita berkomiten untuk terus melakukannya setiap hari agar menjelma menjadi karakter pribadi kita" tandasnya seperti yang diberitakan di berbagai media online.
Di saat kita masih menjadi manusia, di saat itulah kita sadar bahwa kita dapat melakukan kesalahan yang sama
*Terima kasih kepada Kepala Divisi Pemasyarakatan Kanwil Kemenkumham NTB, atas waktunya untuk menjawab pertanyaan saya sepagi ini.
ADVERTISEMENT