Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.89.0
Konten dari Pengguna
Mengeluh, Bahaya Bagi Kesehatan Fisik dan Mental
29 September 2024 8:56 WIB
·
waktu baca 6 menitTulisan dari Erniwati tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Mengeluh hampir pernah dilakukan semua orang, namun tahukah anda bahwa mengeluh ini berbahaya bagi kesehatan fisik dan mental?
ADVERTISEMENT
Simak beberapa penjelasan berikut ini, khususnya bagi anda yang suka mengeluh.
Mengeluh dan Bentuknya
Sebelum mengetahui apa saja bahaya mengeluh, bagaimana jika kita tahu dulu nih apa saja sih bentuk-bentuk mengeluh ini?
Berikut adalah beberapa bentuk umum dari engeluh baik yang disadari ataupun kadang tidak, antara lain :
Berikut adalah beberapa bentuk umum dari perilaku mengeluh:
1. Mengeluh secara Langsung (Verbal)
Ekspresi Ketidakpuasan: Menyatakan ketidakpuasan secara langsung, seperti "kenapa harus saya?" "Kenapa harus seperti ini?", "Saya tidak suka dengan situasi ini."
Bahkan tak jarang juga membandingkan kondisi yang dihadapi dengan situasi yang dianggap lebih baik, misalnya: "Dulu semuanya lebih baik daripada sekarang."
Pun dengan mengkritik Berlebihan atau Memberikan kritik tanpa solusi, misalnya: "Ini selalu salah, tidak ada yang pernah benar di sini."
ADVERTISEMENT
2. Mengeluh Terselubung (Indirect Complaining)
Menggunakan sarkasme atau sindiran sebagai cara menyampaikan keluhan, misalnya: "Oh, pasti ini adalah keputusan terbaik yang pernah diambil (dengan nada sarkastik)."
Sama juga dengan Mengeluh melalui candaan yang sebenarnya menyimpan ketidakpuasan.
3. Mengeluh Tanpa Kata-Kata (Non-Verbal)
Gestur atau Ekspresi Wajah yang biasanya Menggelengkan kepala, mengerutkan dahi, atau menghela napas panjang.
Atau sikap Tubuh dengan Menyilangkan tangan, mengetukkan kaki dengan gelisah, atau melakukan tindakan yang menunjukkan ketidaksabaran.
4. Mengeluh di Media Sosial
Nah ini yang paling trend dan banyak dilakukan orang, yaitu Mengunggah status atau tulisan yang bernada negatif di media sosial, seperti postingan yang merendahkan situasi tertentu, mengeluh tentang orang lain, atau sekadar mengekspresikan ketidakpuasan tentang suatu topik.
Bahkan banyak juga saya temui melalui status WA yang terkesan ingin menunjukkan keluhan secara jelas.
ADVERTISEMENT
5. Mengeluh Secara Pasif (Passive Complaining)
Tidak mengungkapkan keluhan secara langsung, tetapi menunjukkan ketidakpuasan melalui keengganan bekerja sama, menjadi tidak kooperatif, atau melakukan "silent treatment."
6. Curhat atau Ranting
Menyampaikan keluhan berulang kali kepada orang lain dengan tujuan mendapatkan simpati atau dukungan, tetapi tanpa mencari solusi.
7. Mengeluh pada Diri Sendiri (Self-Pity)
Mengeluh tanpa mengekspresikannya kepada orang lain, sering kali dalam bentuk pikiran internal negatif atau kata-kata yang merendahkan diri sendiri, seperti: "Kenapa semua ini terjadi pada saya?"
8. Bergosip atau Mengeluh Tentang Orang Lain
Mengeluhkan tindakan atau kebiasaan orang lain di belakangnya, sering kali kepada rekan kerja atau teman. Padahal sudah jelas bergosip ini sama sekali tidak ada manfaatnya.
Yang ada malah akan membuat yang bergosip mendapatkan penilaian buruk dan terkesan ember.
Bahaya Mengeluh Bagi Kesehatan Fisik dan Mental
Setelah tau apa saja bentuk-bentuk dan sikap mengeluh ini, selanjutnya ini dia bahaya mengeluh bagi kesehatan fisik dan mental anda yang perlu diketahui.
ADVERTISEMENT
1. Menghambat Pertumbuhan Pribadi
Ternyata kebiasaan mengeluh secara terus-menerus dapat membuat seseorang berfokus pada hal-hal negatif.
Sehingga ini dapat menghambat perkembangan diri pribadi karena pikiran cenderung tertutup terhadap solusi dan perbaikan diri.
2. Meningkatkan Stres
Mengeluh juga ternyata membuat otak lebih sering memproduksi hormon stres (kortisol). Tingkat stres yang tinggi dalam jangka panjang dapat menyebabkan gangguan kesehatan fisik, seperti tekanan darah tinggi.
Bahkan yang lebih parah, kondisi ini dapat mengakibatkan menurunnya sistem kekebalan tubuh.
3. Mempengaruhi Kesehatan Mental
Kebiasaan mengeluh ini juga dapat memicu pikiran negatif dan menciptakan lingkaran pemikiran pesimistis. Hal ini nantinya dapat meningkatkan risiko depresi, kecemasan, dan perasaan putus asa.
Karena keluhan-keluhan ini akan membentuk persepsi negatif sehingga mental dapat down dan terganggu pada akhirnya.
4. Merusak Hubungan Sosial
Mengeluh terus-menerus bisa membuat orang lain merasa tidak nyaman atau jenuh. Ini dapat membuat hubungan dengan keluarga, teman, atau rekan kerja menjadi renggang.
ADVERTISEMENT
Karena faktanya tak semua orang suka mendengar keluhan kita, alih-alih memberi solusi, mereka justru lebih memilih menjauh karena merasa terbebani dengan keluhan ini.
5. Menjadi Kebiasaan Berulang
Mengeluh secara konstan akan memperkuat jalur saraf tertentu di otak, sehingga seseorang akan lebih mudah mengeluh di masa mendatang, bahkan untuk hal-hal kecil.
Realitanya, keluhan-keluhan ini justru berpotensi membawa perubahan tindakan ke arah negatif dalam hidup kita. Semakin sering di ucapkan, semakin besar potensi terwujud dalam tindakan nyata.
6. Menurunkan Produktivitas
Kebiasaan Mengeluh dapat membuat energi dan waktu terbuang sia-sia, yang pada akhirnya menurunkan produktivitas dan efisiensi dalam menjalankan aktivitas sehari-hari.
Perubahan mood akibat mengeluh ini tak jarang membuat passion seseorang dalam bekerja malah jadi buyar. Karena keluhan lebih condong ke arah pesimis dan bukan optimis.
ADVERTISEMENT
7. Membentuk Persepsi Negatif tentang Diri Sendiri
Ini yang terburuk menurut saya, terlalu sering mengeluh bisa membuat seseorang merasa tidak berdaya dan melihat dirinya sebagai korban.
Ini menciptakan mentalitas negatif yang dapat menghambat kesuksesan pribadi dan profesional. Bahkan dapat membuat mental seseorang rusak secara perlahan.
Pentingnya Bersyukur
Nah, dengan banyaknya dampak negatif mengeluh, bukankah kita harus secepatnya menyadari bahwa apapun cita-cita dan harapan yang ingin digapai bisa saja ambyar karena punya kebiasaan mengeluh ini.
Oleh sebab itu, ada baiknya kita mulai introspeksi diri dan melihat kembali ke bawah. Dimana banyak sekali orang-orang yang sebenarnya iri dengan kehidupan yang kita miliki. Karena faktanya banyak sekali hal-hal yang tak kita lihat secara jelas.
Seperti seseorang yang terlihat begitu kaya, namun belum tentu tenang dalam hidupnya. Atau seseorang yang terlihat hidup pas-pasan, namun memiliki rumah yang hangat untuk pulang. Ada yang mengimpikan jadi kaya raya, padahal banyak orang kaya yang justru depresi dan bunuh diri, bahkan ingin lari dari gemerlapnya dunia.
ADVERTISEMENT
Ada juga si kaya yang mengimpikan punya cinta sejati dan rela hidup pas-pasan, padahal di sisi lain ada seorang perempuan yang begitu tertekan karena ekonomi dan menganggap ternyata cinta saja tidak cukup.
Ada yang rela menukar semua harta demi membayar pendonor mata, namun yang punya pancaindra lengkap dan sehat justru merasa tak punya apa-apa.
Ah, semua orang punya kondisi kesulitan, plus minusnya masing-masing. Hanya saja, apakah mereka semua perlu mengeluhakan semua itu ke hadapan publik misalnya?
Maka dari itu kita perlu mencontoh mereka-mereka yang terbiasa dengan banyak bersyukur dan berusaha untuk tak pernah mengeluh. Realitanya, sesulit apapun hidup, pasti akan kita lalui juga. Ibarat pepatah "badai pasti berlalu", semua punya waktunya masing-masing.
ADVERTISEMENT
Pertanyaannya, apakah kita sudah cukup bersyukur atas apa yang Tuhan karuniakan hari ini?
Karena faktanya, Hari kemarin hanya cerita dan telah berlalu, Hari esok adalah misteri dan belum tentu juga kita masih hidup alias belum mati, maka satu-satunya yang kita miliki hanyalah hari ini.
Maka jalani dengan baik dan bersyukurlah, ingin mengubah apapun mulailah dengan hari ini. Karena hari ini yang benar-benar kita miliki.
Berhentilah mengeluh kawanku dan Nikmati setiap proses dalam hidup ini. Katakan pada diri, Alhamdulillah atau Terima kasih Tuhan atas hidup yang telah Engkau beri. Untuk tubuh yang sehat, untuk makanan yang halal, untuk keluarga yang mencintai dan untuk segala hal baik untukku.
*Terima kasih untuk sahabatku, Alex, yang sangat mencintai Pualu Dewata. Atas cerita yang menginspirasi, meskipun kalau ngomong logat Jakarta, aksennya tetap saja Bule.
ADVERTISEMENT