Konten dari Pengguna

Pendidikan Hari ini: Menakar Manfaat Tradisi Wisuda TK

Erniwati
Abdi Negara yang hobby nulis, Tim Humas Kanwil Kemenkumham NTB, Freelancer yang doyan Web Design dan Digital Marketing. Hobby Belajar banyak hal baru.
14 Mei 2024 14:47 WIB
·
waktu baca 6 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Erniwati tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Wisuda TK dan dunia Pendidikan kita. Yaps hari ini sudah bukan lagi barang baru, di berbagai tempat di Indonesia ini sepertinya sudah menjadi tradisi baru, bahwa lulus TK kudu wisuda.
Sumber : canva.com
zoom-in-whitePerbesar
Sumber : canva.com
Pembuka dulu sebelum saya lanjutkan, Sebagai ibu dari tiga orang anak yang ketiga-tiganya sudah pernah mengenyam pendidikan di Taman kanak-kanak alias TK, pastinya berbagai program kegiatan mereka pun sudah di luar kepala bagi saya.
ADVERTISEMENT
Mulai dari Hari main di luar, kegiatan mengenal alam sampai berbagai tugas mendampingi pembuatan kreasi ala anak TK sudah sering saya ikuti. Termasuk wisata bersama orang tua sebagai salah satu bentuk keterlibatan orang tua dalam pendidikan dini anak.
Namun dari berbagai program itu, yang paling menimbulkan tanda tanya besar bagi saya pribadi adalah kehadiran prosesi 'Wisuda' bagi anak TK yang sudah lulus.

Tradisi Imitasi Wisuda dunia pendidikan

Saya kutip dulu sedikit pernyataan seorang sosiolog dari Universitas Muhammadiyah Malang (UMM), Vina Salviana Darvina Soedarwo di harian online republika, seperti berikut
"Lalu, mengapa kemudian itu (wisuda) muncul di SMA, SMP, SD bahkan TK? Ini saya rasa sebagai bentuk imitasi. Imitasi dalam konsep sosiologi itu meniru yang high education (red. lulus kuliah)"
ADVERTISEMENT
Lebih lanjut dikatakan juga bahwa imitasi itu selanjutnya diadopsi di SMA lalu terus ke tingkat TK. Kondisi ini menunjukkan terjadi imitasi yang luar biasa mengenai perayaan atas perubahan status pendidikan yang lebih tinggi.
Artinya ini hanya tradisi ikut-ikutan atau menjiplak dari prosesi kelulusan atau wisuda anak kuliahan atau universitas, sebagai lambang bahwa mereka sudah lulus dari high end education alias akan naik level.

Beban dan Manfaat Wisuda TK bagi Anak dan Orang Tua

Berkaca dari asal muasal tradisi wisuda TK yang belakangan mulai trend ini, tentunya kita bisa menarik kesimpulan bahwa sebenarnya wisuda ini bukanlah hal yang menjadi kebutuhan.
Pasalnya, berbagai kegiatan dari rangkaian wisuda anak TK ini sendiri menurut saya pribadi tidak lebih dari ceremony. Sah-sah saja sebenarnya, jika dalam pelaksanaannya ada sesi dimana berbagai kreasi atau penampilan para alumni TK ini ditampilkan, agar mereka belajar percaya diri tampil di depan umum.
ADVERTISEMENT
Namun ada juga beberapa hal lain yang perlu menjadi pertimbangan. Khususnya terkait dengan beban biaya yang sepadan dengan kemanfaatan dari kegiatan ini sendiri bagi si anak, pun dengan orang tua dan guru nya.
Jika melihat dari sisi Manfaat mungkin ada sejumlah manfaat seperti Ajang untuk menampilkan hasil pembinaan mental dan spiritual anak selama di TK, misalnya puitisasi terjemahan Al Qur'an, pertunjukan tari-tarian ataupun pameran hasil karya mereka. Semua kegiatan ini memang membuat mereka merasa dihargai dalam usia dini.
Beda lagi ketika melihat dari sisi beban, khususnya terkait material. Beban biaya yang harus ditanggung oleh para orang tua murid sebagai financial support atas penyelenggaraan kegiatan Wisuda ini, memang bervariasi. Namun perlu juga diperhatikan bahwa kemampuan finansial tiap-tiap keluarga berbeda-beda.
ADVERTISEMENT
Saya yang seorang PNS misalnya dibandingkan dengan orang tua lainnya yang mungkin hanya berdagang asongan, buruh tani ataupun hanya ART tentu tidak bisa disamakan. Akan ada beban lebih yang kadang tak bisa diungkapkan demi kebahagiaan anak.
Pasalnya, dari pengalaman saya, ketika komite sekolah ini mengundang kami untuk rapat, yang dibahas bukanlah masalah perlu tidaknya kita mengadakan wisuda, atau pertimbangan mengambil lokasi yang ekonomis (seperti di area sekolah misalnya), namun yang dibahas justru 'ada kritik atau masukan tidak terkait biaya ini?'.
Meskipun pada akhirnya berkurang juga biaya iurannya, namun melihat latar belakang keluarga anak lainnya yang rata-rata IRT, saya yakin mereka sebenarnya mengeluh.
Pengalaman saya pribadi, apalagi untuk wisuda TK anak terakhir saya tahun kemarin, per satu orang anak dikenai iuran Rp. 200rb/kepala. Iuran inilah yang digunakan untuk menyewa ruangan di sebuah hotel tengah kota, termasuk konsumsi dan sewa kostum bagi si anak dan pendampingnya serta dokumentasi kegiatan.
ADVERTISEMENT
Prosesinya pun memang sama seperti wisuda anak kuliahan yang dikemas formal ketika pemberian toga misalnya. Pun dengan diiringi kata-kata pengantar dari MC saat setiap anak maju ke depan.

Pro dan Kontra Publik soal Wisuda TK

Jujur, saya adalah salah satu orang tua yang Kontra terhadap tradisi baru yang diadopsi dari lingkungan Kampus ini. Karena banyak pertanyaan di kepala saya yang sampai saat ini belum menemukan titik terang seperti,
"Untuk apa anak TK ini di wisuda?" atau "Apa sih outputnya. Sekedar jadi Kenang-Kenangan atau bagaimana?"
Beberapa pendapat yang saya lihat dari berbagai media terkait eksistensi prosesi wisuda bagi anak TK ini sebenarnya sudah bisa menggambarkan jawaban dari pertanyaan saya sendiri.
Contohnya aksi protes orang tua murid di berbagai media tahun 2023 kemarin terhadap Mendikbudristek Soal Tradisi Wisuda TK-SMA yang mengundang komentar dari berbagai kalangan, khususnya akademisi.
ADVERTISEMENT
Salah satunya Dosen Pendidikan Guru Sekolah Dasar (PGSD) UM Surabaya Holy Ichda Wahyuni angkat bicara. Menurutnya, mengenai prosesi wisuda siswa usia dini yang seperti wisuda mahasiswa perguruan tinggi dirinya kurang sepakat (laman um-surabaya.ac.id terbit 16/06/2023).
Holy bahkan Memandang makna toga sebagai bentuk kelulusan mahasiswa di jenjang sarjana, apabila tetap ditempatkan pada makna yang sebenarnya justru dapat menjadi value yang memacu motivasi siswa di jenjang PAUD, SD, SMP, maupun SMA untuk sampai ke jenjang universitas.
Namun ada juga sisi yang Pro dengan prosesi ini, yang menyatakan bahwa wisuda merupakan bentuk penghargaan atas kerja keras para siswa yang telah menyelesaikan pendidikan di setiap jenjangnya. Wisuda juga menjadi momen bersejarah dan berkesan bagi siswa dan orang tua mereka.
ADVERTISEMENT

Edaran Kemendikbudristek Selaku Pemangku Kewenangan

Melihat penjelasan yang saya uraikan di atas, sudah seharusnya Pihak-pihak berwenang yang menjadi pemangku kebijakan, mulai ambil sikap, Khususnya Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi (Kemendikbudristek).
Sebeneranya melalui akun media sosial resminya @kemdikbud.ri, Kemendikbudristek menegaskan bahwa kegiatan wisuda tidak bersifat wajib dan tidak boleh membebani orang tua/wali murid.
Hal ini tertuang dalam Surat Edaran Sekretaris Jenderal Kemendikbudristek Nomor 14 Tahun 2023 tentang Kegiatan Wisuda pada Satuan Pendidikan Anak Usia Dini, Satuan Pendidikan Jenjang Pendidikan Dasar, Satuan Pendidikan Jenjang Pendidikan Menengah Pertama dan Satuan Pendidikan Jenjang Pendidikan Menengah Atas.
Yang lebih utama, salah satu point pentingnya berbunyi himbauan untuk memastikan satuan pendidikan anak usia dini, satuan pendidikan jenjang pendidikan dasar, dan satuan pendidikan jenjang pendidikan menengah di wilayah kerja Saudara tidak menjadikan kegiatan wisuda sebagai kegiatan yang bersifat wajib dan pelaksanaan kegiatan wisuda tidak boleh membebani orang tua/wali peserta didik.
ADVERTISEMENT

Komitmen Pihak-Pihak Terkait

Pada akhirnya, menyikapi beban dan manfaat dari wisuda TK yang menghadirkan pro dan kontra di masyarakat ini, sudah seyogyanya ada komitmen bersama dari pihak-pihak terkait yang berhadapan langsung dengan dunia pendidikan.
Khususnya komitmen dari Komite sekolah atau dewan sekolah, maupun dari guru-guru pengajar di dalamnya terkait dengan mana yang lebih prioritas dan dibutuhkan, atau mana yang hanya sekedar seremony dengan sedikit manfaat.
Karena bagaimanapun, komitmen untuk mencerdaskan anak bangsa tidak cukup hanya dengan mendidik dan mengajar, tapi harus kita dukung dengan komitmen untuk memudahkan kehidupannya dalam rumah tangga, salah satunya pertimbangan meringankan beban orang tua.
*Saya tuliskan sebagai bentuk keprihatinan dan simpati terhadap mereka, para orang tua yang bekerja keras demi pendidikan anaknya, namun memendam beban pikiran karena biaya.
ADVERTISEMENT