Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
Konten dari Pengguna
Usai Pilkada, Cafe Milik Eep Sepi Pengunjung?
21 Mei 2017 21:56 WIB
Diperbarui 14 Maret 2019 21:17 WIB
Tulisan dari Erri Subakti tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Menyimak cuitan dari Sandrina Malakiano hari ini, dan membaca beragam reply dari para netizen, menimbulkan pertanyaan, apakah cafe milik Eep dan Sandrina, Cafe Abuella, terancam gulung tikar?
ADVERTISEMENT
Berawal dari cuitan Sandrina Malakiano, "Selama Pilgub Jakarta sy & @eepsfatah jadi sasaran banyak fitnah. Belakangan cafe kami @AbuellaCafe jadi sasaran juga."
Bukan menuai simpati, cuitan Sandrina malah mendapatkan bermacam pertanyaan dan sindiran dari netizen. Banyak netizen yang baru mengetahui bahwa Sandrina dan Eep memiliki cafe bernama Abuella. Banyak juga yang mempertanyakan fitnah apa yang dialamatkan ke cafe kepunyaan mereka tersebut.
Sandrina tidak menjawab apapun dari reply para netizen. Namun menyimak dari beberapa komentar netizen, nampaknya cafe milik Sandrina dan Eep mengalami sepi pengunjung. Sandrina mungkin mengira cafe-nya telah difitnah sehingga menjadi sepi.
Netizen mengira hal tersebut merupakan konsekuensi dari apa yang telah dilakukan oleh Eep Saefulloh saat menjadi konsultan politik Anies-Sandi yang mendorong menggunakan masjid sebagai sarana menyebarkan propaganda untuk merebut kekuasaan di DKI Jakarta. (Lihat videonya di sini https://www.youtube.com/watch?time_continue=1&v=skYDlkSxTvw )
ADVERTISEMENT
Namun ada juga yang memberikan bukti review mengenai cafe tersebut, bahwa sepinya pengunjung tidak ada sangkut pautnya dengan pilkada DKI Jakarta. Review tersebut ditulis 7 bulan yang lalu.
Pelanggan yang pernah mencoba makanan dan pelayanan di cafe Abuella mengeluhkan mengenai rasa yang kurang enak dengan porsi kecil namun harga yang mahal, kentang goreng Rp 52 ribu dan jika dibawa pulang pelanggan harus membeli box dari plastik seharga Rp 4.000, serta pelayanan yang kurang baik.
Wajar jika ada yang mengira cuitan Sandrina merupakan sebuah langkah promosi dengan cara 'playing victim'.
Alih-alih menjawab komentar para netizen, Sandrina malah mencuit kembali dengan gaya terzolimi.
Sontak cuitan ini menuai sindiran kembali.
(ES)