Bipolar Disorder dan Stigma Masyarakat Terhadap Gangguan Mental

Errin Rizky Caesarina
Mahasiswa S-1 Jurusan Psikologi Universitas Brawijaya
Konten dari Pengguna
1 April 2024 10:16 WIB
·
waktu baca 5 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Errin Rizky Caesarina tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
https://static.vecteezy.com/system/resources/previews/013/996/863/large_2x/bipolar-disorder-illustration-vector.jpg
zoom-in-whitePerbesar
https://static.vecteezy.com/system/resources/previews/013/996/863/large_2x/bipolar-disorder-illustration-vector.jpg

PENGERTIAN BIPOLAR DISORDER

ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Gangguan bipolar merupakan suatu gangguan yang di tandai dengan perubahan mood antara rasa gembira yang ekstrem dan depresi yang parah (Nevid, Rathus, & Greene, 2003). Perbedaan yang mendasar antara orang dengan gangguan bipolar dan yang tidak menderita bipolar adalah terkadang orang dengan bipolar akan merasa sedih atau gembira tanpa perlu suatu alasan yang jelas, pemicu kesedihan yang terlihat sederhana bagi orang lain bisa menimbulkan depresi yang berkepanjangan di mana penderita bipolar merasa sulit keluar dari perasaan tersebut (Panggabean & Rona, 2015).
ADVERTISEMENT

GEJALA BIPOLAR DISORDER

Gejala pada gangguan bipolar sering terjadi saat seseorang memasuki tahap remaja hingga dewasa awal. Hal tersebut dikarenakan mereka yang masih labil dalam pengkondisian emosional dan masih mencari jati diri. Gejala gangguan bipolar ditandai dengan kondisi emosi yang naik-turun yang cukup ekstrem dalam kurun waktu tertentu. Pada pasien dengan gangguan ini akan mengalami peningkatan perasaan gembira dan sangat bersemangat yang disebut kondisi manik. Sedangkan, pada kondisi atau episode depresi adalah ketika terjadi perasaan sedih dan putus harapan. Orang dengan gangguan ini akan cenderung meledak – ledak dan mudah tersinggung atas perkataan dan perbuatan orang lain. Gejala tersebut mengakibatkan pasien mengalami kondisi susah tidur, sulit berkonsentrasi, penurunan tenaga dan aktivitas, stres serta depresi. Oleh karena itu, pasien gangguan bipolar dapat mengakibatkan putusnya hubungan sosial dengan masyarakat dan penurunan kemampuan kognitif.
ADVERTISEMENT

METODE PENYEMBUHAN

Gangguan bipolar bukanlah suatu gangguan mental yang tidak dapat disembuhkan. Pasien gangguan mental ini mampu sembuh dan menjalani kehidupannya dengan produktif kembali. Tak jarang, pasien yang sembuh dari gangguan bipolar ini mampu mengembangkan bakat dan minatnya. Metode penyembuhan bagi gangguan ini yaitu dengan terapi farmakologi berupa pemberian obat – obatan antipsikotik, antidepresan, antimanik, antikonvulsan, dan diuretik (Sugiyanto, Diniari, & Ariani, 2020).

STIGMA MASYARAKAT TERHADAP GANGGUAN MENTAL

Orang dengan gangguan mental memerlukan penanganan yang lebih intens daripada orang lain pada umumnya dikarenakan kondisi psikologis mereka yang butuh waktu lebih lama untuk memproses segala bentuk informasi dan hal baru. Orang normal mampu menafsirkan suatu bentuk fenomena dari sudut pandang yang setara dengan orang- orang pada umumnya. Akan tetapi, mereka dengan kondisi bipolar disorder, dimana mood atau emosional yang berubah - ubah antara rasa bahagia, sedih, dan depresi yang terbilang cukup ekstrem, kemampuan pemaknaan suatu peristiwa akan cenderung berbeda dengan khalayak umum. Mereka membutuhkan bantuan orang lain untuk menafsirkan pemahaman mereka dengan benar. Dengan adanya pemikiran dan penalaran yang berbeda dengan orang biasanya serta kondisi emosional yang cepat berubah secara ekstrem, membuat masyarakat sekitar mengeluarkan stigma bahwa orang dengan bipolar disorder tidak perlu dijadikan teman. Mereka tidak mampu memberikan kebahagiaan kepada orang lain justru hanya merepotkan saja. Bahkan tak jarang, masyarakat menganggap bahwa orang dengan kondisi mental bipolar disorder adalah orang gila. Selain itu, dari pihak keluarga dan orang - orang terdekat beranggapan bahwa orang dengan gangguan mental adalah akibat dari ketidakbersyukuran dirinya terhadap apa yang sudah ia punya, kurang ibadah, pengaruh dari supranatural jin atau setan, pengaruh 'guna - guna', dan dampak dari keburukannya selama ini. Anggapan - anggapan seperti itu tidak terbukti secara ilmiah dan tidak dapat dibenarkan. Stigma negatif mengenai bipolar disorder juga muncul akibat ketidaktahuan mengenai gangguan mental itu sendiri dan kurangnya kesadaran akan kesehatan mental. Masyarakat dan orang awam beranggapan bahwa orang dengan gangguan mental ialah orang gila dan tidak dapat disembuhkan. Sekalipun dapat sembuh, orang tersebut juga tidak dapat kembali seperti orang normal. Label - label negatif yang disebarkan masyarakat luas mampu memperburuk kondisi psikologis orang dengan gangguan mental tersebut. Dengan ekspresi yang terkesan meledak - ledak, tak jarang para orang tua menyampaikan informasi ke anak - anaknya seperti "Nak, jangan dekat - dekat dengan orang itu" , "Nak, orang itu gila, bahaya" , atau "Nak, kamu jangan main sama dia, dia aneh". Secara tidak langsung, orang dengan gangguan mental bipolar akan memaknai ucapan tersebut dengan konotasi yang cenderung lebih negatif. Jika terjadi secara terus - menerus, maka akan timbul masalah baru misalnyaperilaku mengurung diri, stres, depresi, bahkan keinginan bunuh diri. Padahal, orang dengan gangguan mental, jauh lebih membutuhkan dorongan semangat dan moral untuk dapat sembuh dari gangguan tersebut baik dari keluarga, kerabat dekat, dan lingkungannya.
ADVERTISEMENT

SOLUSI MENGATASI STIGMA MASYARAKAT

Stigma tersebut bukanlah stigma yang tidak dapat dihapuskan, tetapi mampu dikurangi dan perlahan dapat dimengerti. Pasien gangguan mental layak diperlakukan selayaknya orang pada lainnya, karena perlakuan kepadanya itulah yang akan mendorong pasien gangguan mental dapat sembuh atau justru akan memperburuk keadaan. Masyarakat juga harus sadar secara mandiri bahwa berstigma negatif terhadap pasien gangguan mental akan menimbulkan stigma - stigma buruk lainnya. Tidak ada bukti empiris dari penelitian - penelitian yang membenarkan bahwa pasien bipolar adalah orang gila. Stigma tersebut muncul akibat perilaku yang ditunjukkan oleh pasien bipolar seperti tiba - tiba sedih dan marah tanpa alasan atau stimulus yang jelas dalam sebuah kehidupan sosial dan pergaulan. Hal yang dapat mencegah stigma negatif tersebut semakin menyebar luas yaitu perlunya sosialisasi secara berkala bagi masyarakat yang awam mengenai kesehatan mental dan gangguan mental. Masyarakat di era globalisasi ini harus melek teknologi dan memanfaatkannya untuk memahami bahwa gangguan mental tidak seburuk yang dipikirkan. Mengedukasi setiap masyarakat saat berada di lingkungan yang salah satu warganya merupakan pasien dengan gangguan bipolar dengan memaparkan fakta - fakta bahwa pasien dengan gangguan mental dapat sembuh melalui sebuah treatment penyembuhan dan dapat beraktivitas dengan normal. Masyarakat haruslah hadir sebagai support system untuk membantu, saling merangkul, dan mencari tenaga profesional untuk program penyembuhan pasien dengan gangguan mental. Tidak perlu mengkhawatirkan hal - hal yang berlebih jika pasien gangguan bipolar telah ditangani. Oleh karena itu, jika setiap masyarakat sadar akan pentingnya kesehatan mental dan memahami bahwa stigma yang telah berkembang merupakan sebuah kesalahan, maka pasien dengan gangguan mental akan mendapat apa yang seharusnya menjadi hak mereka.
ADVERTISEMENT