Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
Konten dari Pengguna
Masa Pandemi Sering Merasa Lupa?
14 Desember 2020 14:19 WIB
Tulisan dari Errin Rizky Caesarina tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Oleh : Errin Rizky Caesarina
ADVERTISEMENT
ADVERTISEMENT
Sebagai pengetahuan tambahan, amnesia dibagi menjadi empat jenis, yaitu retrograde amnesia, enterograde amnesia, Transient Global Amnesia (TGA), dan Infantile amnesia (Upahita, 2020). Retrograde amnesia merupakan kasus kehilangan ingatan yang telah terjadi sebelumnya dan berefek pada ingatan yang masih awal terbentuk. Enterograde amnesia merupakan kasus kehilangan ingatan dimana seseorang sulit untuk membentuk memori baru. Biasanya jenis amnesia ini terjadi saat seseorang meminum alkohol dan kemudian pingsan. Transient Global Amnesia merupakan jenis hilang ingatan dimana seseorang merasa bingung dan cemas sebelum sebuah peristiwa traumatik terjadi. Biasanya terjadi akibat adanya kejang atau penyumbatan pada pembuluh darah. Sedangkan infantile amnesia adalah dimana seseorang tidak bisa mengingat tiga sampai lima tahun pertama mereka.
Pada masa pandemi ini, banyak orang mengeluh jika mereka sering lupa terhadap waktu. Mereka bertanya-tanya, apakah mereka terkena amnesia? Ataukah ini sebuah hal wajar? Kenapa bisa terjadi seperti ini? Berbahaya atau tidak? Baiklah, kita pahami satu demi satu. Pandemi terjadi pada akhir tahun 2019 di Negara China dan menjalar hingga ke seluruh negara di dunia. Sudah hampir satu tahun pandemi ini berjalan dan tak kunjung berakhir. Masyarakat menjadi was-was dan terganggu dengan adanya pandemi ini.
ADVERTISEMENT
Pandemi ini banyak aktivitas manusia terhambat. Tentu hal tersebut sangat menyiksa bagi mereka terutama yang sering bekerja di luar ruangan. Selain itu mereka tidak bisa lagi bertemu teman-temannya, berjalan-jalan ke kota ataupun hanya sekedar menghirup udara luar. Banyak dari mereka yang akhirnya bermalas-malasan.
Pandemi ini menuntut semua masyarakat agar tetap di rumah jika tidak ada hal penting yang mendesak. Mereka tidak tahu lagi harus berbuat apa jika terus-terusan di rumah. Mereka sudah kehabisan ide untuk hal yang akan mereka lakukan di rumah. Tak jarang dari mereka merasa stres dan depresi. Saat di rumah kita hanya makan, tidur, dan bermain handphone. Fakta menariknya, dengan tidak adanya aktivitas seperti pada normalnya, mereka selalu menanyakan ini hari apa. Mereka selalu menanyakan yang berkaitan dengan waktu. Ada apakah ini?
ADVERTISEMENT
Kegiatan yang dilakukan di rumah selama pandemi ini, sudah berjalan kurang lebih hampir satu tahun. Kegiatan sederhana mereka membuat ingatannya tentang waktu menurun. Mengapa? Saat aktivitas normal, otak manusia bekerja dengan keras untuk selalu mengingat waktu seperti berkaitan dengan deadline tugas, jadwal rapat, maupun waktu makan dan istirahat.
Saat melalukan hal tersebut, mereka selalu melihat waktu dan terbiasa mengingatnya. Nah, pandemi ini membuat kinerja otak kita menurun secara tidak langsung. Mereka yang selalu melatih otaknya untuk mengingat menjadi jarang bahkan tidak sama sekali. Akhirnya, sedikit demi sedikit ingatan mereka melemah terutama mengenai waktu.
Seperti yang kita ketahui, waktu merupakan hal dasar dari sebuah peristiwa. Waktu merupakan elemen utama dari sebuah fenomena. Waktu adalah kunci penting suatu hal dapat dikatakan amnesia atau tidak. Sebagian besar, bahwa lupa terhadap waktu saat masa pandemi adalah hal wajar dan tidak perlu diwaspadai. Mengapa? Pandemi secara tidak langsung membuat diri kita menjadi individu yang malas jika tidak digunakan pada hal-hal positif. Mereka yang lupa terhadap waktu mengatakan jika pandemi hanya membuat mereka makan, tidur, dan bermain handphone.
ADVERTISEMENT
Selama pandemi, intensitas kita dalam mengingat waktu semakin menurun, bukan? Hal tersebut adalah kondisi dimana kemampuan ingatan atau daya ingat kita menurun karena tidak dilatih seperti hhari-hari biasanya. Mengingat adalah suatu hal sederhana. Tidak ada cara jitu agar kita memiliki ingatan yang kuat, selain dengan berlatih.
Sering kita ketahui, ada orang yang ingatannya kuat. Ada pula orang yang ingatannya lemah. Kita menyikapi hal tersebut adalah suatu ingatan adalah sebuah keterampilan bawaan lahir. Ternyata tidak! Orang dengan daya ingat tajam disebabkan karena dia terbiasa untuk mengingat setiap peristiwa baru yang terjadi dalam hidupnya dan menjadikan sebuah pengetahuan yang dapat ia ingat beberapa tahun kedepan.
Lalu, bagaimana jika masa pandemi membuat seseorang menjadi pribadi yang pelupa? Bagaimana jika situasi ini berlangsung hingga bertahun-tahun? Bagaimana mana jika pendemi ini membuat ingatan-ingatan terdahulunya memudar? Apakah akan berbahaya bagi kesehatan? Sikap dan sifat pelupa bukanlah suatu hal besar sampai dikatakan amnesia. Pelupa adalah sifat alami seorang manusia yang terkadang mereka melupakan hal kecil karena menganggapnya tidak penting. Mulai sekarang, agar kita terhindar dari sifat pelupa, cobalah dengan melakukan hal-hal kecil. Salah satu contoh, setiap terdapat peristiwa atau kejadian penting identifikasi apa yang menjadi titik tumpu peristiwa tersebut. Kamu dapat mengkaitkannya dengan tahun, bulan, hari, tanggal, ataupun jam. Dalam mengkaitkannya terhadap waktu itu adalah bentuk opsional. Mengapa kita harus mengkaitkannya dengan waktu? Karena, dengan sebuah peristiwa dikaitkan dengan waktu, kita bisa menemukan peristiwa disertai bulan, tanggal, hari, ataupun jam yang tepat.
ADVERTISEMENT
Salah satu peristiwa yang kita ingat sampai sekarang adalah kejadian Gunung Kelud meletus. Kejadian tersebut tepat terjadi pada tanggal 13 sampai 14 Februari 2014. Mengapa ingat? Karena tanggal tersebut bertepatan dengan hari kasih sayang atau kita sebut dengan Hari Valentine.
Kesimpulannya, masa pendemi membuat kita merasa menjadi diri yang pelupa bukanlah sebuah amnesia, tetapi kemampuan daya ingat kita yang menurun karena tidak dilatih. Jika dibiarkan secara terus-menerus akan berakibat fatal bagi kemampuan ingatan pada otak. Tentu hal tersebut tidak diinginkan oleh setiap orang. Oleh karena itu, cobalah hubungkan setiap peristiwa dengan waktu penting. Alhasil, dapat membuat daya ingat kita lebih kuat daripada hanya sekedar mengingat peristiwanya saja.
ADVERTISEMENT
Daftar Pustaka :
Siregar S.W. (2019). Simtomatologi dalam Kajian Kesehatan Mental. Jurnal Bimbingan Konseling Islam. 1(2). 271-290.