Meminimalisasi Kekecewaan dalam Hidup ala Filosofi Teras

Erros Evani Hasan
Mahasiswa Sastra Indonesia, Universitas Pamulang
Konten dari Pengguna
21 Desember 2022 17:58 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Erros Evani Hasan tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Sumber gambar: Pixabay
zoom-in-whitePerbesar
Sumber gambar: Pixabay
ADVERTISEMENT
Pada tulisan kali ini saya akan memperkenalkan pada Anda sebuah aliran filsafat yang sangat relevan untuk kehidupan. Yang dapat mengurangi rasa kekecewaan, kecemasan dan lainnya yang sering kita temukan dalam kehidupan. Aliran filsafat yang akan saya ulas yaitu Stoikisme. filosofi ini tidak terlalu berat untuk dicerna oleh siapa pun. Maka tak perlu khawatir untuk mengenal filosofi ini. Karena filosofi teras ini akan mengubah pola pikir Anda dan sangat berguna untuk diterapkan dalam kehidupan sehari-hari.
ADVERTISEMENT
Filosofi teras atau Stoikisme merupakan aliran filsafat Yunani-Romawi kuno yang dipelopori oleh Zeno pada awal abad ke-3 SM. Tokoh-tokoh stoik lainnya yang mengembangkan ajaran ini seperti Seneca, Epictetus dan Marcus Aurelius. Tenang saja, tidak perlu khawatir bila mendengar kata filsafat. Filosofi ini bukanlah sebuah kepercayaan atau agama yang memiliki aturan di dalamnya, melainkan sebuah cara bagi Anda dalam memandang hidup tidak berlebihan.
Apa sih yang sering membuat Anda kecewa? Tentu saja harapan atau ekspektasi. dalam menjalani hidup, ekspektasi adalah langkah awal yang selalu seseorang lakukan. Melalui ekspektasi, akan mendorong seseorang dalam mencapai suatu hal. Namun, seseorang cenderung memersepsikan segala sesuatunya akan berjalan dengan baik dan selalu menyampingkan kemungkinan-kemungkinan buruk yang akan terjadi. Inilah sumber dari kekecewaan.
ADVERTISEMENT
Kita ambil contoh, ketika si Tami menempuh perjalanan dari rumah ke kampus yang jarak tempuh nya lumayan jauh, Tami ingin mengumpulkan tugas yang diberikan dosen, di tengah jalan ia kehujanan, lalu ketika sampai di kampus bahwa dosen izin tidak hadir. Kita bisa lihat bagaimana semangat Tami untuk kuliah sampai hujan-hujanan berharap sesampainya di kampus ia dapat mengumpulkan tugasnya, tetapi harapan Tami di hancurkan ketika ia mendapat kabar bahwa dosen izin tidak hadir.
Hal-hal itulah yang memunculkan emosi negatif dalam diri seseorang. Mulai dari sedih, stres sampai rasa cemas yang berlebih. Sama halnya seperti contoh di atas, saya sendiri pun sering mengalami hal semacam itu. Tentu, betapa tidak enaknya merasakan kecewa, stres dan cemas yang berlebihan. Rasanya setelah ekspektasi dihancurkan oleh realitas, produktivitas kita terganggu dalam melakukan sesuatu. Pada akhirnya sering muncul dalam pikiran, mungkin menjadi seorang pesimis akan lebih baik. Bukan berarti menyerah. Tetapi, tetap menjalani kehidupan dengan bahagia lalu mengubur segala ekspektasi yang telah hancur untuk belajar memimpin diri sendiri.
ADVERTISEMENT
Filosofi Teras atau Stoikisme mengajarkan Anda bahwa kebahagiaan sejati hanya akan datang dari hal yang bisa Anda kendalikan. Dalam arti lain, sesuatu yang berasal dari dalam diri Anda sendiri. Apa saja sih kendali yang ada dalam diri kita dan yang tidak? Oke, saya akan memaparkan keduanya. Hal yang mungkin bukan dalam kendali Anda; tindakan orang lain terhadap Anda, opini orang lain, pandangan orang lain, eksistensi orang lain dan lainnya. Hal yang mungkin di bawah kendali Anda; pertimbangan opini serta persepsi Anda terhadap suatu hal, keinginan diri Anda, tujuan diri Anda, segala sesuatu pikiran dan eksistensi Anda.
Nah, dari beberapa kendali diri maupun di luar diri yang sudah saya paparkan. Anda tidak bisa menggantungkan kebahagiaan Anda dengan hal yang tidak bisa Anda kendalikan. Sebab, sama saja Anda menyerahkan kebahagiaan Anda kepada orang lain. Misalnya, Anda yang biasa berpenampilan tidak rapi, lalu Anda mencoba berpenampilan rapi untuk menarik perhatian wanita yang Anda kagumi. Ketika Anda sudah di hadapannya, seketika ekspektasi Anda dihancurkan oleh lelaki tampan yang penampilannya tidak rapi duduk mesra dengan wanita yang Anda kagumi. Lalu Anda merasa kecewa sehingga melenyapkan kebahagiaan Anda.
ADVERTISEMENT
Ketidakpastian dalam hidup cenderung akan menimbulkan emosi negatif dalam diri Anda. Karena Anda mungkin menjadi bingung tentang apa yang harus Anda lakukan. Nah, filosofi ini mengajarkan kepada Anda bahwa kebahagiaan tidak datang dari hal eksternal seperti itu. Melainkan hal internal yang bisa Anda kendalikan. Seperti perasaan bahagia ketika Anda mengenal wanita itu, yang mendorong Anda untuk berpenampilan lebih rapi.
Setelah mengenal apa itu filosofi teras dan contoh yang sudah saya paparkan, mungkin muncul dalam benak Anda apa sih tujuan dari filosofi ini. Oke, filosofi ini menekankan bahwa pikiran merupakan kekuatan utama diri Anda. Oleh karena itu, filosofi ini mengajak kalian melakukan premeditation malorum, yaitu membayangkan hal-hal buruk yang mungkin terjadi. Metode ini berasal dari para filsuf Cyreanic dan kemudian diadopsi oleh para filsuf Stoik.
ADVERTISEMENT
Cukup sulit untuk menghindarkan emosi negatif dalam hidup. Mulai dari sedih, marah, curiga sampai cemburu. Itu sering kali mengganggu ketenteraman dalam hidup. Maka dari itu, Filosofi Teras bermaksud untuk membebaskan Anda dari emosi tersebut, meskipun agak sulit setidaknya Anda akan bisa mencegahnya atau mudah meredamnya. Salah satunya dengan memfokuskan pada hal yang bisa Anda kendalikan.
Mungkin saya akan menutup tulisan ini dengan beberapa kutipan dari para filsuf Stoikisme. Seperti yang dikatakan tokoh stoik Marcus Aurelius;
"You have power over your mind – not outside events. Realize this, and you will find strength”.
Ketika kita bisa mengontrol penuh dan menemukan apa yang dibutuhkan oleh diri kita dengan cara mengendalikan pikiran kita, percayalah, tidak akan ada yang sulit dalam menghadapi suatu apa pun. Seperti kutipan di atas yang dikatakan oleh Marcus Aurelius, Anda memiliki kekuasaan atas pikiran Anda, bukan peristiwa di luar. Sadari ini, dan Anda akan menemukan kekuatan.
ADVERTISEMENT
Dan seperti yang dikatakan oleh Epictetus;
"It’s not what happens to you, but how you react to it that matters”.
Segala sesuatu buruk yang menimpa pada diri kita, kita harus menyikapi dengan bijak. Seperti kutipan di atas yang dikatakan oleh Epictetus, bukan apa yang terjadi pada Anda, tetapi bagaimana Anda bereaksi terhadapnya yang terpenting.