Konten dari Pengguna

Nilai Kesetiaan pada Tokoh Wayang Rama dan Sinta

Erros Evani Hasan
Mahasiswa Sastra Indonesia, Universitas Pamulang
18 Desember 2022 19:34 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Erros Evani Hasan tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Sumber gambar: Pixabay
zoom-in-whitePerbesar
Sumber gambar: Pixabay
ADVERTISEMENT
Rama dan Sinta terkenal sebagai pasangan sejati. Cinta mereka tulus hingga dibawa mati. Kendati ada perbedaan yang mencolok antara versi India dan Sri Lanka, tetapi itu tidak menghapus kesucian Dewi Sinta. Ini kisah mereka versi India. Raden Rama seorang putra dari Prabu Dasarata dari kerajaan Ayodya. Sedangkan Dewi Sinta putri angkat Prabu Janaka dari Kerajaan Mantili. Pasangan ini dalam cerita berwujud manusia, tetapi sebenarnya mereka adalah titisan dewa dan bidadari, yaitu Bathara Wisnu dan Dewi Widowati.
ADVERTISEMENT
Di dalam kisah Wayang Purwa, sepenggal kisah di Kerajaan Ayodya, akan di adakan pertemuan agung yang dimana Raja Prabu Dasarata mengundang langsung secara khusus putra sulungnya yaitu Raden Rama. Prabu mengutus putranya untuk segera menikah dengan cara mengikuti sayembara memperebutkan putri dari kerajaan Mantil. Karena menurut Sang Prabu, Raden Rama sudah waktunya untuk segera menikah. Karena Raden Rama akan segera dinobatkan menjadi raja dan menggantikan posisi ayahanda nya,
“Wahai, putra ku Rama. Ikutilah sayembara memperebutkan Dewi Sinta, putri Prabu Janaka di kerajaan Mantil. Barang siapa yang bisa membentangkan gandewa (busur) pusaka kerajaan Mantil berhak mendapatkan putri itu”. Raden Rama segera berangkat menuju mu ke kerajaan Mantil dengan ditemani oleh salah seorang adiknya yaitu Raden Laksamana. (mereka empat bersaudara. Yakni; Raden Rama, Raden Laksamana, Raden Satugna dan Raden Baratha). Raden Rama adalah orang paling terakhir yang datang ke kerajaan Mantil, tetapi masih diberi kesempatan, ketika datang puluhan kesatria dan raja telah gagal membentangkan busur pusaka itu.
ADVERTISEMENT
Ketika Raden Rama memasuki gelanggang sayembara, Raden Rama mulai memanjatkan doanya kepada Yang Maha Kuasa. Raden mengerahkan seluruh kemampuannya dan kesaktiannya, dan lalu diangkat busur yang berukuran raksasa itu. Dengan perlahan Raden Rama mengangkat busur itu dan berhasil mengangkatnya. Bukan hanya itu, bahkan busur itu patah menjadi dua bagian. Oleh karena itu, Raden Rama yang berhak mendapatkan Dewi Sinta. Dan singkat cerita, dilangsungkan pernikahan Raden Rama dan Dewi Sinta.
Raden Rama dan Dewi Sinta mengikatkan diri pada tali perkawinan yang sakral dan suci. Raden rama berjanji kepada Dewi Sinta akan selalu melindungi dan mencintai Dewi Sinta yang sekarang telah menjadi istrinya. Dewi Sinta pun berjanji kepada Sang Raden akan selalu mematuhinya dan sekaligus mencintainya, Raden Rama memboyong Dewi Sinta ke Ayodya. Dan sesampainya di Ayodya, mereka berdua disambut dengan suka cita oleh Prabu Dasarata. Saking senangnya Sang Prabu langsung mengadakan upacara ngunduh mantu dan mereka berdua dinobatkan sebagai raja dan permaisuri kerajaan Ayodya yang baru.
ADVERTISEMENT
Dewi Kekayi, salah satu istri dari Prabu Dasarata memprotes penobatan Raden Rama sebagai Raja dan itu adalah insiden yang besar. Atas insiden besar itu, Prabu Dasarata sangat terkejut dan tiba-tiba jatuh tak berdaya. Penyakit jantung Sang prabu kambuh dan karena itu Sang Prabu meninggal. setelah jasad Prabu Dasarata dikebumikan, Raden Baratha yang adalah anak dari Dewi Kekayi yang dinobatkan sebagai Raja. Baratha menolak penobatan itu, tetapi karena desakan dari ibunya Dewi Kekayi, Baratha terpaksa menurutinya.
Keberadaan Rama dan Sinta di Ayodya dianggap akan mengganggu pemerintahan Baratha, maka dari itu Rama dan Sinta diusir Dari Ayodya dan tidak boleh kembali ke Ayodya selama 14 tahun, dan mereka menjalani hidup di hutan Dandaka. Rama pun mengiyakan hal itu dan mengajak Sinta meninggalkan kerajaan Ayodya dan melepaskan pakaian kesatria diganti dengan pakaian biasa dan menyamar sebagai rakyat biasa. Meski harus menjalani hidup seperti itu, Sinta tetap setia mendampingi suaminya.
ADVERTISEMENT
Ketika mereka sedang bahagia menikmati cinta, datang cobaan yang menguji cinta mereka. Datang Prabu Dasamuka (Rahwana), Raja Alenka dan menculik Dewi Sinta. Raja Alenka menculik Dewi Sinta dengan maksud untuk menjadikannya Istri. Selama sepuluh tahun Sinta tetap menolak tawaran itu meski dijanjikan harta dan kemewahan. Rama lantas menunjukkan kesetiaannya, melalui Anoman, Rama mengirimkan cincin ke Alenka. Dan sinta pun menunjukkan kesetiaannya kepada Rama dengan menunjukkan dirinya yang masih suci dan selalu menjaga kesuciannya.
Ketika Sinta akan dibawa kembali oleh Rama dan melakukan pertempuran besar-besaran dengan kerajaan Alenka, Sang Suami mempertanyakan kesuciannya kepada Sang Istri. Untuk membuktikan kesuciannya dan menjawab kecurigaan sang suami, Sinta harus dibakar hidup-hidup. Dan setelah Sinta dibakar, ternyata Sinta masih selamat dan terbukti Sinta masih menjaga kesuciannya, begitu juga Rama yang menjaga kesuciannya meski mereka berdua telah berpisah dalam kurun waktu yang sangat lama.
ADVERTISEMENT
“Rama, apalagi kau mencintai ku atau mencintai dirimu sendiri sehingga kau begitu hirau dengan gosip rakyatmu bahwa aku sudah tak suci lagi setelah hidup bersama Rahwana?”. –Sujiwo Tejo
Dari tokoh wayang Sinta dan Rama dapat kita ambil pelajaran, seperti kesetiaan yang yang dimiliki Rama dan Sinta. Apapun cobaan nya, cinta yang baik harus sama-sama berjuang dalam menghadapi segala cobaan. Selanjutnya, dari cerita Sinta dan Rama dapat kita ambil pelajaran bahwa jangan mudah terprovokasi oleh apapun yang belum pasti kebenarannya.