Konten dari Pengguna

Sosial Media Campaign Wujud Kepedulian Menanggulangi Mental Health pada Remaja

Erryka Yusnita Rahmadani
Mahasiswa di Universitas Brawijaya
30 November 2021 17:10 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Erryka Yusnita Rahmadani tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Sumber : https://www.istockphoto.com/id/search/2/image?phrase=mental%20health%20karena%20media%20sosial&utm_source=pixabay&utm_medium=affiliate&utm_campaign=ADP_image_sponsored&referrer_url=http:%2F%2Fpixabay.com%2Fimages%2Fsearch%2Fmental%2520health%2520karena%2520media%2520sosial%2F&utm_term=mental%2520health%2520karena%2520media%2520sosial
zoom-in-whitePerbesar
Sumber : https://www.istockphoto.com/id/search/2/image?phrase=mental%20health%20karena%20media%20sosial&utm_source=pixabay&utm_medium=affiliate&utm_campaign=ADP_image_sponsored&referrer_url=http:%2F%2Fpixabay.com%2Fimages%2Fsearch%2Fmental%2520health%2520karena%2520media%2520sosial%2F&utm_term=mental%2520health%2520karena%2520media%2520sosial
KESEHATAN MENTAL PADA REMAJA
Pernahkah kamu mendengar istilah kesehatan mental? Kesehatan mental kini menjadi isu yang sangat krusial. Meski gejalanya jarang terlihat, tetapi penyakit yang satu ini sangat berdampak pada kehidupan seseorang. Seperti halnya kesehatan fisik, kesehatan mental juga tidak boleh luput dari perhatianmu, lho.
ADVERTISEMENT
Kesehatan mental didefinisikan sebagai suatu kondisi di mana seseorang menyadari kemampuannya, menghadapi tekanan normal dalam kehidupan sehari-hari, bekerja secara produktif, dan secara aktif berkontribusi pada lingkungan (World's Health Organization, 2004). Isu mengenai kesehatan mental menjadi penting dalam beberapa waktu terakhir. Kesehatan mental tidak lagi dipandang sebagai masalah sekunder, tetapi dianggap sama pentingnya dengan kesehatan fisik. Definisi sehat menurut WHO bukan hanya bebas dari penyakit fisik, melainkan dalam kondisi ketika seseorang dapat mencapai kesejahteraan yaitu secara fisik, mental, maupun sosial.
Sebuah studi The Global Burden of Disease pada tahun 2015 yang dilakukan oleh IMHE (The Institute for Health Metrics and Evaluation) mengungkapkan data mengenai peta penyakit di seluruh dunia. Berdasarkan data tersebut dapat diketahui bahwa 6 dari 20 jenis penyakit yang dianggap paling berpengaruh menyebabkan disabilitas adalah gangguan mental. Lebih lanjut, pada studi yang sama diketahui bahwa gangguan depresi berada pada peringkat 9 dari 20 penyakit utama, apabila dibandingkan dengan penyakit menular dan penyakit tidak menular (Ridlo, I.A. & Zein, 2018). Data tersebut secara tidak langsung menunjukkan bahwa banyaknya orang yang menderita gangguan jiwa.
ADVERTISEMENT
Penggunaan media sosial yang tidak tepat dapat menyebabkan seseorang mengalami gangguan mental seperti kecemasan, depresi, rendahnya self esteem, gangguan tidur, dan juga body image. Banyak hasil penelitian yang memfokuskan permasalahan ini kepada remaja. Hal ini disebabkan karena para remaja merupakan salah satu pengguna aktif terbesar yang telah menggunakan media sosial sebagai sarana komunikasi yang utama.
Terkait dengan remaja, diketahui bahwa remaja perempuan cenderung memiliki literasi kesehatan mental yang tinggi daripada dengan laki-laki (Coles, et al., 2016; Furnham, Cook, Martin, & Batey, 2014;Furnham & Lousley, 2013; Gibbons, Thorsteinsson, & Loi, 2015; Melas, Tartani, Forsner, Edhborg, & Forsell, 2013). Hal ini disebabkan remaja perempuan lebih memiliki tingkat kesadaran yang tinggi untuk memahami gangguan jiwa.
ADVERTISEMENT
Selain itu, remaja saat ini sangat didukung oleh mudahnya akses informasi yang mudah melalui teknologi, yaitu internet. Bahkan, Tapscott (2009) menggunakan istilah net generation, untuk menggambarkan bahwa remaja saat ini tumbuh dan berkembang seiring dengan perkembangan teknologi sehingga internet sudah menjadi bagian dari kehidupannya sehari-hari. Remaja menggunakan internet untuk untuk menjalin relasi dengan orang lain dan juga mencari informasi (Burns, Davenport, Durkin, Luscombe, & Hickie, 2010). Melalui internet tersebut, semestinya juga para remaja mudah untuk mengakses informasi mengenai kesehatan mental.
ONLINE CAMPAIGN WUJUD KEPEDULIAN TERHADAP KESEHATAN MENTAL REMAJA
Lalu, bagaimana upaya yang dapat dilakukan untuk mengatasi masalah kesehatan mental? Yuk, simak penjelasannya.
Seiring dengan perkembangan zaman, masyarakat memiliki media baru dalam penyampaian pesan. Media sosial muncul sebagai bentuk digital media komunikasi. Dalam hal ini, masyarakat bebas mengekspresikan pendapatnya dalam suatu forum media sosial yang mana pendapat tersebut dipublikasikan dan dapat diakses oleh semua orang. Salah satu metode penyebaran gagasan adalah kampanye. Kampanye merupakan kegiatan terencana untuk mengomunikasikan gagasan yang bertujuan untuk memberi pengaruh terhadap khalayak luas yang dilakukan secara berkala dalam kurun waktu tertentu (Rogers dan Storey, 1987). Kampanye menjadi suatu hal yang digunakan sebagai sarana perubahan sosial di masyarakat. Di masa pandemi seperti sekarang ini, social distancing tidak menjadi hambatan dalam melakukan kampanye dikarenakan telah tersedia teknologi yang memberi kemudahan untuk berkomunikasi dan menyebarkan informasi secara online yaitu melalui media sosial.
ADVERTISEMENT
Dalam mengoptimalkan penggunaan media sosial sebagai wadah komunikasi yang dapat menyebarkan informasi dengan luas muncul gerakan positif dengan istilah online campaign. Online campaign yaitu kampanye yang dikemas secara online. Kampanye ini dapat berupa foto atau video penjelasan pada media sosial yang menyajikan informasi visual maupun audio yang mudah diakses dan dipahami (Estetika, 2021). Tujuan dari penyebaran foto atau video tersebut agar para remaja membaca dan memahami pesan yang terkandung sehingga mereka bisa menjadikan informasi tersebut sebagai motivasi dan semangat untuk meningkatkan kualitas kesehatan mental.