Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
Konten dari Pengguna
Al-Qaeda dan ISIS; Dari JI ke JAD
16 Mei 2018 12:27 WIB
Diperbarui 14 Maret 2019 21:08 WIB
Tulisan dari Irsad Ade Irawan tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Aksi terorisme kembali mengguncang tanah air Republik Indonesia. Belum tuntas media meliput berita pemberontakan napi terorisme di Mako Brimob, bom bunuh diri meledak di Surabaya. Bom bunuh diri di tiga gereja di kota Surabaya, tentunya mengusik kewarasan. Bunuh diri saja sudah tidak masuk akal bagi orang waras, terlebih bom bunuh diri dilakukan oleh satu keluarga yang didalamnya melibatkan anak-anak.
ADVERTISEMENT
Di Surabaya, ledakan bom tidak hanya terjadi di tiga gereja, bahkan malam harinya bom kembali meledak di sebuah ruman susun sew (rusunawa). Parahnya, bom di rusunawa itu juga melibatkan satu keluarga. Pasangan suami-istri dan satu anaknya tewas, dan 3 anggota keluarga lainnya mengalami luka-luka. Bom kembali meledak di Polresta Surabaya (detik.com, 14 Mei 2018), dan pelakunya juga satu keluarga inti, satu kartu keluarga (KK).
Aksi terorisme yang terjadi di Indonesia pada umumnya dan di dunia pada khususnya pasca 2014, banyak dikaitkan dengan ISIS. Pasca kelompok ISIS berhasil merebut beberapa daerah di Irak dan Suriah, terdapat warga negara Indonesia yang berbaiat (sumpah setia) kepada ketua (Khalifah) ISIS; Abu Bakar Al-Baghdadi. Bahkan, banyak WNI yang berangkat ke daerah-daerah yang dikuasai ISIS. Menurut keterangan Polisi (Tribun Batam, 14 Mei 2018), pelaku bom bunuh diri di 3 gereja Suriah, adalah satu keluarga yang baru saja kembali dari Suriah. Masih dari keterangan yang sama, Jendral Tito Karnarvian mengatakan pelaku utama teror di 3 gereja Surabaya adalah ketua Jamaah Ansharut Daulah (JAD) Surabaya.
ADVERTISEMENT
Namun, ketika melihat kasus-kasus terorisme yang terjadi di Indonesia dan dunia sebelum kemunculan ISIS, kejahatan melawan kemanusiaaan ini banyak dikaitkan dengan Al-Qaeda dan Jamaah Islamiyah (JI). Tulisan ini bermaksud untuk melihat keterkaitan asal-usul Al-Qaeda dengan ISIS, serta pergerseran keterkaitan teroris Indonesia dari Al-Qaeda ke ISIS dan dari JI ke JAD.
Asal-Usul Al-Qaeda dan ISIS
Al-Qaeda muncul dari gerakan jihad anti-Soviet di Afghanistan pada 1980-an. Ketika Soviet bersiap untuk mundur, Osama Bin Laden dan beberapa rekan dekatnya memutuskan untuk memanfaatkan jaringan yang mereka bangun untuk mengambil inisiatif jihad global. Visi Osama adalah untuk menciptakan barisan depan (vanguard) para pejuang elit yang dapat memimpin proyek jihad global dan menyatukan ratusan kelompok jihadis kecil yang berjuang di berbagai negara di bawah satu payung.
ADVERTISEMENT
Pada pertengahan tahun 1990-an, Osama ingin mengarahkan kembali gerakan itu secara keseluruhan, memfokuskan pada apa yang dilihatnya sebagai musuh besar yang menaungi semua rezim lokal: Amerika Serikat. Bagi jihadis lokal, bersumpah setia kepada Osama dan mengadopsi merek Al-Qaeda berarti mendapatkan akses ke berbagai aset: uang, senjata, dukungan logistik, keahlian, dan, tentu saja pelatihan di kamp pelatihan Al-Qaeda. Kamp pelatihan Al-Qaeda bagaikan “Ivy League” nya pendidikan jihadis.
Serangan terhadap dua kedutaan AS di Afrika pada 1998, dan tentu saja peristiwa serangan ke WTC 2001 (9/11), menjadikan nama (merek) Al-Qaeda menjadi semakin terkenal. Serangan tersebut menunjukkan kekuatan, kemampuan, jangkauan, dan keberanian organisasi (Al-Qaeda). Tetapi meskipun serangan 9/11 menjadi penyemangat gerakan jihadis global dan mengangkat profil Al-Qaeda di panggung global, aksi kontraterorisme Amerika Serikat (AS) menghancurkan baik Al-Qaeda maupun gerakan yang lebih luas yang konon dipimpin oleh Osama. Selama dekade berikutnya, AS tanpa henti mengejar Al-Qaeda, menargetkan kepemimpinannya, mengganggu keuangannya, menghancurkan kamp pelatihannya, menyusupi jaringan komunikasinya, dan akhirnya melumpuhkan kemampuannya untuk berfungsi. Al-Qaeda tetap menjadi simbol dari gerakan jihadis global, tetapi ketidakmampuannya untuk meluncurkan serangan besar lainnya terhadap Amerika Serikat membuat simbol itu menjadi kurang kuat.
ADVERTISEMENT
Kematian Osama bin Laden yang karismatik dan kenaikan Ayman al-Zawahiri yang jauh lebih tidak menarik ke posisi kepemimpinan teratas semakin mengurangi kekuatan “merek” Al-Qaeda.
Sementara itu, ISIS secara mengejutkan muncul ke permukaan pada 2014. Sesungguhnya ISIS merupakan produk yang dihasilkan oleh Al-Qaeda yang selalu berupaya untuk mengembangkan jaringan teroris global dalam perjuangan politik mereka.
ISIS adalah grup jihad berbasis Sunni-Wahabi di daerah Timur Tengah yang telah memproklamirkan statusnya sebagai negara Islam (khalifah) yang berkuasa atas semua umat Islam di seluruh dunia.
Pasca jatuhnya rezim Saddam Hussein di Irak, ada beberapa orang yang untuk membangun sebuah cita-cita membentuk kekhilafahan Islam dan dari beberapa orang tersebut yang paling menonjol adalah Abu Musab Az Zarqawi. Nama asli dari Zarqawi sendiri adalah Ahmad Fadhil Nazzal al Khalaylah, dilahirkan di Yordania pada tanggal 20 Desember 1966. Pada mulanya Zarqawi menolak bersumpah setia kepada Osama bin Laden dan Al-Qaeda. Setelah proses negosiasi berbulan-bulan, Zarqawi akhirnya membentuk Al-Qaeda in Iraq (AQI) pada 2004.
ADVERTISEMENT
Pada bulan Januari 2006 Al-Qaeda memerintahkan AQI dan kelima grup yang berafiliasi dengan Al-Qaeda agar bersatu, di mana kelima grup tersebut adalah Jaish at-Taifha al-Mansoura, Katbiyan Ansar Al-Tawhid wal Sunnah, Faksi Saray al-Ji- had, Brigade al-Ghuraba, dan al-Ahwal Brigade. Keseluruhan kelompok mujahidin ini bersatu menjadi Mujahideen Shura Council (MSC)
Pada tanggal 7 Juni 2006, Zarqawi meninggal dunia di daerah Hibib akibat serangan udara Amerika Serikat. Dengan meninggalnya Zarqawi, pada tanggal 13 Oktober 2006 MSC dan seluruh kelompok yang beraliansi dengan MSC memproklamirkan berdirinya Islamic State of Iraq (Daulah Islam Irak atau yang disingkat ISI) dan mengangkat Abu Umar Al Quroisy Al Husaini Al-Baghdadi sebagai pemimpin.
Pada tanggal 18 April 2010, Abu Umar terbunuh dalam serangan yang dilakukan tentara Amerika dan Irak dan hal ini diakui oleh ISI pada tanggal 25 April 2010. Tidak berselang lama pada tanggal 15 Mei 2010, setelah wafatnya Abu Umar Al-Baghdadi, para mujahidin akhirnya mendapatkan pemimpin baru mereka bernama Syaikh Mujahid Abu Bakar Al-Baghdadi Al-Husainiy Al-Quraysiy dan wakilnya bernama Al-Hasaniy Al-Quraysiy.
ADVERTISEMENT
Pergeseran Global: Al-Qaeda ke ISIS
Abu Bakar Al-Baghdadi mampu membangun kembali dukungan yang telah hilang, dan juga mengembangkan kekuatan organisasi dan muncul di panggung perang saudara di Suriah. Pola kepemimpinan Abu Bakar Al-Baghdadi berbeda sekali dengan kepemimpinan Al Qaeda yang pada saat itu dipimpin oleh Ayman Az Zawahiri.
Az Zawahiri hanya dapat bersembunyi di tempat persembunyian (safe house) di pegunungan Pakistan dan hanya dapat berbicara kepada pengikutnya melalui video dan rekaman suara, sedangkan Abu Bakar Al-Baghdadi lebih banyak di medan pertempuran dan suka berada di tengah-tengah pertempuran.
Karena faktor kepemimpinan dan faktor yang lain, banyak yang lebih memilih berbaiat kepada ISIL (Islamic State of Iraq and Levant) atau yang lebih dikenal dengan ISIS daripada berbaiat kepada Al Qaeda.
ADVERTISEMENT
Pasca penghancuran infrakstruktur Al-Qaeda oleh AS, bermitra dengan ISIS masuk akal dari perspektif ekonomi bagi banyak terorirs, terutama kelompok militan yang lebih kecil yang beroperasi di dalam Suriah dan Irak. Untuk kelompok militan lain di sekitar “Dunia Islam, menggabungkan diri dengan ISIS memungkinkan untuk terjadinya penyerbukan silang ide dan pelatihan melalui semacam program pertukaran jihadis, di mana beberapa kelompok mengirim anggota ke Suriah atau Irak untuk belajar dari ISIS.
Sebelum terdesak, ISIS sempat menguasai wilayah di seluas 400 mil dari Aleppo di barat Suriah ke Fallujah di timur, deka ibukota Irak, Baghdad, sementara selusin atau lebih organisasi afiliasinya membentang dari pantai Afrika Utara ke pegunungan Hindu Kush.
Sementara itu , Al Qaeda hanya dapat memimpikan kesuksesan tersebut.
ADVERTISEMENT
Pergeseran Domestik: dari JI ke JAD
Menurut keterangan polisi, serangkaian aksi bom bunuh di Surabaya didalangi kelompok Jamaah Ansharut Daulah (JAD). JAD seolah menggeser dominasi Jamaah Islamiyah (JI) dalam aksi teror di Indonesia. Pemberitaan media tentang JAD mencapai puncaknya setelah terjadi pemberontakan di rutan Mako Brimob dan rentetan aksi terorisme diri di Surabaya .
JAD diidentifikasi berafiliasi dengan ISIS, sedangkan JI merupakan jaringan terorisme globalnya Al-Qaeda. Kelompok teroris JI terlatih di berbagai medan, dari Afghanistan, Thailand, Malaysia, dan Filipina. Sementara menurut Tito Karnavian, pelaku bom bunuh diri di 3 Gereja di Surabaya adalah satu keluarga yang baru kembali dari Suriah.
Dalam skala Global, terdapat perbedaan antara Al-Qaeda dan ISIS dalam yang turut mempengaruhi pola serangan yang dilakukan JI dan JAD. Perselisihan antara ISIS dan Al Qaeda lebih dari sekedar perebutan kekuasaan dalam gerakan jihadis. Kedua organisasi berbeda pada penentuan musuh utama, strategi, taktik, dan masalah mendasar lainnya.
ADVERTISEMENT
Meskipun tujuan akhir Al-Qaeda adalah untuk menggulingkan rezim korup yang "murtad" di Timur Tengah dan menggantikannya dengan pemerintahan Islam "sejati", musuh utama Al-Qaeda adalah Amerika Serikat, yang dilihatnya sebagai akar penyebab dari Timur Tengah masalah. Dengan menargetkan Amerika Serikat, Al-Qaeda yakin pada akhirnya akan mendorong AS untuk mengakhiri dukungan bagi rezim-rezim negara Muslim di Timur Tengah dan menarik diri dari kawasan itu sama sekali, sehingga meninggalkan rezim-rezim yang rentan terhadap serangan dari dalam. Al-Qaeda menganggap Muslim Syiah sebagai murtad tetapi melihat pembunuhan terhadap mereka terlalu ekstrem, membuang-buang sumber daya, dan merugikan proyek jihadis yang lebih luas.
Jika membunuh kaum Syiah dianggap tidak penting bagi Al-Qeada, pembunuhan terhadap sesama Sunni justru dilakukan oleh ISIS. ISIS tidak mengikuti strategi "musuh jauh" (far enemy) Al-Qaeda, ia lebih memilih strategi "musuh dekat" (near enemy), meskipun pada tingkat regional. Dengan demikian, target utama ISIS bukanlah AS, melainkan rezim "murtad" di dunia Arab, yaitu, rezim Asad di Suriah dan pemerintah Irak. Seperti pendahulunya, Baghdadi mendukung pemurnian komunitas Islam dengan menyerang Syiah dan agama minoritas lainnya serta kelompok-kelompok pejuang yang bersaing. Daftar panjang musuh-musuh ISIS antara lain Syi'ah Irak, Hizbullah Lebanon, Yazidi (minoritas etnis-agama Kurdi yang terletak di Irak), dan kelompok oposisi saingan di Suriah (termasuk Jabhat al-Nusra, yang secara resmi berafiliasi di Suriah).
ADVERTISEMENT
Singkatnya, Al-Qaeda berorientasi jihadisme global dan menyukai serangan-serangan besar dan dramatis terhadap sasaran-sasaran strategis atau simbolis. Serangan di WTC dan Pentagon pada 9/11 adalah yang paling menonjol (meskipun terdapat debat siapa pelaku sesungguhnya), pemboman 1998 yang menyasar kedutaan besar AS di Kenya dan Tanzania, serangan terhadap kapal perang USS Cole di Port of Aden pada tahun 2000 dan plot 2005 yang berupaya merontokkan “ lebih dari sepuluh penerbangan transatlantik, semua menunjukkan penekanan pada kata "spektakuler”.
Sementara ISIS berkembang dari perang sipil di Irak dan Suriah, dan taktiknya mencerminkan konteks ini. ISIS berusaha untuk menaklukkan wilayah untuk pendirian suatu “Islamic State”, dan dengan demikian ia menyebarkan artileri, kekuatan massa dan bahkan tank saat menyapu ke daerah-daerah baru atau mempertahankan daerah yang sudah direbut. Terorisme, dalam konteks ini, adalah bagian dari perang revolusioner: ia digunakan untuk merusak militer dan polisi, memicu reaksi/konflik sektarian atau menciptakan dinamika yang membantu penaklukan di lapangan.
ADVERTISEMENT
Perbedaan-perbedaan di atas turut mempengaruhi karakter JI dan JAD di Indonesia. Pengalaman tempur Al-Qaeda di medan-medan perang yang beragam membuat aksi-aksi teror JI bukan hanya lebih cermat, melainkan juga memiliki daya rusak yang luar biasa tinggi. Serangan Bom Bali I dan II yang dilakukan JI berdaya ledak lebih tinggi dibandingkan teror di Surabaya yang menggunakan bom pipa. Bom Bali I, misalnya, dengan berat 6 ton berhasil menewaskan 202 orang. Serangan yang dilakukan oleh JI lebih mematikan daripada yang dilakukan oleh JAD.
Meskipun demikian, pasca dihancurkannya sebagaian besar kekuatan Al-Qaeda oleh AS pada skala global, dan melemahnya aksi JI pasca tewasnya para pemimpin JI seperti Doktor Azhari dan Nurdin M Top, posisi dominan JI mulai digantikan oleh JAD.
ADVERTISEMENT
Pergerseran ini sesungguhnya merupakan refleksi dari pergeseran pada level global. Pasca kemunculan ISIS, Sejumlah kelompok jihadis, dan bahkan beberapa anggota afiliasi resmi Al-Qaeda, secara terbuka menyatakan dukungan untuk Baghdadi dan ISIS, meskipun mereka tidak meninggalkan Al-Qaeda sepenuhnya
Seorang pemimpin Al-Qaeda di Maghreb Islam, sebuah kelompok yang telah ama mempunyai keterkaitan dengan kelompok jihad Irak, menyatakan dukungannya untuk ISIS dan menyatakan, "Kami masih menunggu cabang Al-Qaeda di seluruh dunia untuk mengungkapkan sikap dan menyatakan dukungan mereka untuk Anda (Baghdadi),. Pernyataan itu sempat ditafsirkan sebagai kritik terselubung terhadap Zawahiri dan penolakan pimpinan Al-Qaeda untuk mendukung ISIS.
Hal yang sama juga terjadi di Indonesia, beberapa kelompok teroris menyatakan sumpah setia kepada ISIS. Kelompok Santoso juga berbaiat kepada ISIS. Kelompok ini walaupun para pemimpinnya tewas, secara militer dapat dianggap sukses karena satu kelompok kecil kombatan mampu mengikat ribuan tentara dan polisi, bahkan mampu menyebabkan jatuhnya puluhan korban jiwa dari aparat keamanan selama Operasi Camar Maleo dan Operasi Tinombala.
ADVERTISEMENT
Abu Bakar Baasyir, orang yang namanya lama disebut-sebut dalam pemberitaan terorisme di Indonesia, disinyalir pernah menyatakan dukungannya kepada ISIS. Pernyataan dukungan Ba'asyir, yang disebut-sebut sebagai pemimpin spiritual jaringan ekstremis, disampaikan di penjara Nusa Kambangan, Cilacap, Jawa Tengah, pada tahun 2014 silam. Ba’asyir juga meminta kepada para pengikutnya untuk mendukung ISIS, ujar M. Achwan ketua Jamaah Anshorut Tauhid (JAT) saa itu. JAT adalah organisasi yang didirikan oleh Ba'asyir setelah keluar dari Jemaah Islamiah, yang dinyatakan berada di belakang bom Bali 2002 dan beberapa kasus terorisme. Dengan demikian, dapat dikatakan seseorang Baasir yang pernah berafiliasi dengan Al-Qaeda melalui JI, kemudian menyatakan dukungan kepada ISIS.
Aman Abdurrahman yang namanya mencuat pasca pemberontakan di Mako Brimob, adalah seorang terdakwa kasus peledakan bom di Jalan MH Thamrin pada awal 2016. Dia pernah menyebut orang Islam yang tidak berbaiat atau mengucapkan sumpah setia kepada pemimpin ISIS Abu Bakr al-Baghdadi berdosa.
ADVERTISEMENT
Aman sering disebut sebagai pimpinan ISIS Indonesia. Selain itu Aman juga dikenal sebagai seorang intektual yang mumpuni ilmu agamanya dan hapal kitab-kitab yang sangat tebal. Peneliti Pusat Kajian Terorisme dan Konflik Sosial Universitas Indonesia (UI) Solahudin mengatakan, berbagai aksi terorisme di Indonesia dilakukan kelompok Jamaah Anshorut Daulah (JAD).
JAD adalah kelompok yang pembentukannya diinisiasi Aman pada akhir 2014 di Lapas Kembangkuning Nusakambangan, Cilacap, Jawa Tengah. Aman berharap JAD mampu menjadi organisasi payung kelompok-kelompok pendukung ISIS di Indonesa. Di kalangan JAD, Aman bahkan mendapat julukan sebagai.
Akhirnya dapat diambil kesimpulan terdapat perbedaan antara Al-Qaeda dan ISIS yang meliputi soal tujuan, strategi, dan penentuan musuh utama. ISIS muncul ke permukaan pasca meredupnya aksi teror Al-Qaeda pasca penghancuran infrastruktur organisasi itu oleh AS dan terbunuhnya pemimpin mereka Osama bin Laden.
ADVERTISEMENT
ISIS pernah sukses merebut wilayah yang sangat luas di Irak dan Suriah dan sempat mendirikan Negara Islam. Di dalam wilayah itu pula, ISIS berhasil menguasai sumber-sumber minyak bumi yang sempat menjadikannya sebagai kelompok teroris terkaya di dunia Karena kesuksesan sementara ini banyak kelompok teroris di seluruh dunia yang menyatakan dukungan kepada ISIS.
Hal yang sama terjadi di Indonesia, banyak kelompok teroris/jihadis yang bersumpah setia kepada Abu Bakar Al Baghdadi dan ISIS. JAD adalah kelompok yang berafiliasi dengan ISIS. Sementara ini, JAD mendominasi pembertaan media tentang terorisme di Indonesia. Namu demikian, serangan yang dilakukan oleh JAD bisa dikatakan tidak berdaya rusak lebih tinggi bila dibandingkan denga JI yang berafiliasi dengan Al-Qaeda yang berpengalaman bertempur di banyak tempat.
ADVERTISEMENT