Konten dari Pengguna

Sex Education

20 September 2017 11:28 WIB
clock
Diperbarui 14 Maret 2019 21:15 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari ervan jaya tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Sex Education
zoom-in-whitePerbesar
ADVERTISEMENT
Berbicara tentang seks menjadi hal yang taboo di beberapa Negara termasuk di Indonesia. Sekarang ini maraknya kasus kejahatan yang terjadi yang berkaitan dengan seks; berupa pelecehan seksual, pemerkosaan, aborsi, dll. Sehingga tantangan yang ada di hadapan sekolah sekarang adalah membantu para anak muda dalam mengambil keputusan untuk tidak terlibat secara seksual dengan segala cara yang mungkin dilalakukan. Untungnya, sejumlah besar remaja merasa lega karena diberi alasan yang masuk akal untuk berada jauh- jauh dari keterlibatan seksual dan telah diberi strategi untuk menjauhkannya, meskipun mereka sudah aktif secara seksual. Dimana dalam buku Thomas dalam Bab pendidikan seks disebutkan bahwa anak-anak yang mengalami pelecehan seksual menderita ketakutan dan ketidakmampuan untuk tidak mempercayai orang lain, mengembangkan perasaan tidak berharga, sering menjadi dewasa sebelum waktunya dalam prilaku seksual mereka
ADVERTISEMENT
Apabila sekolah ingin berhasil di dalm mengajarkan tanggung jawab seksual, mereka akan membutuhkan pendekatan berskala besar- ditambah seluruh bantuan yang dapat diperoleh dari keluarga, institusi keagamaan, dan kelompok komunitas lainnya yang bekerja dengan orang muda
Sasaran pendidikan seks yang paling penting adalah membantu orang muda belajar untuk bertindak sebagaimana mestinya dengan kendali atas hasrat, rasa hormat terhadap diri sendiri, rasa hormat terhadap orang lain, dan pandangan ke masa depan-dalam kehidupan seksual mereka sebagaimana halnya dalam area kehidupan mereka lainnya
Sekolah dapat membantu para siswa mengembangkan rasa hormat dan tanggung jawab dalam sikap dan prilaku seksual mereka apabila; (a) mengimplementasikan suatu program pendidikan seks yang mendorong nilai pantangan remaja, (b) mengajarkan mengapa kontrasepsi tidak menhasilkan hubungan seks yang “aman” atau bertanggung jawab, (c) mengajarkan bahwa cinta berarti menginginkan yang terbaik bagi orang lain, (d) membantu para siswa memahami resiko fisik dan emosinal hubungan seks di luar nikah, (e) mendorong para siswa membawa nilai dan pengajaran untuk memegang teguh keyakinan relegius mereka pada pertanyaan seksual, (f) memberikan program bagi anak-anak laki-laki yang berhubugan dengan tantangan khusus yang dikemukakan mereka, (g) mencari bantuan orang tua di dalam mengajarkan prilaku seks yang sehat dengan mengirimkan Salinan pelajaran pendidikan seks di sekolah ke rumah, (h) meyakinkan bahwa para guru di kelas pendidikan seks merupakan model peran yang tepat, dengan keyakinan personal yang kuat mengenai pentingnya pantang berhubungan seks pada diri remaja, (i) memberikan program khusus bagi remaja beresiko tinggi yang mengembangkan opsi kehidupan mereka.
ADVERTISEMENT