Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.86.0
Konten dari Pengguna
Aplikasi Chat Pengaruhi Gaya Hidup Masyarakat Asia Tenggara
22 Januari 2019 17:29 WIB
Diperbarui 6 Agustus 2020 13:18 WIB
Tulisan dari Ervina Lutfi tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Perubahan gaya hidup ‘digital’ dan ‘on-the-go’ menimbulkan ekspektasi berbeda dari konsumen masa kini, sehingga perusahaan di Asia Tenggara harus tanggap terhadap perubahan agar tidak kehilangan pasar. Hal tersebut diutarakan dalam sebuah white paper yang dirilis oleh Qiscus , perusahaan yang bergerak di bidang pengembangan teknologi real-time communication (RTC).
ADVERTISEMENT
Dalam white paper sebanyak tiga seri tersebut ada dua topik utama yang disoroti. Pertama, perihal tren penggunaan chat di kalangan pasar Asia Tenggara. Kedua, bagaimana tren tersebut kemudian mempengaruhi ekspektasi pasar yang didominasi oleh millennial.
Saat ini kita tengah menghadapi pasar yang mobile-sentris di mana konsumen menghabiskan banyak waktunya untuk chatting. Fenomena ini melahirkan sebuah gaya hidup baru, yakni 'digital' dan 'on-the-go'.
Istilah tersebut merujuk pada sebuah gaya hidup untuk serba cepat dengan akses yang mudah terhadap berbagai kebutuhan mereka. Sebut saja merebaknya bisnis on-demand yang didasari dari kebutuhan pengguna untuk mengakses layanan secara cepat dan praktis.
Perubahan gaya hidup yang sebagian besar diadopsi oleh milennial sebagai pengguna internet paling dominan di Asia Tenggara ini kemudian melahirkan sebuah ekspektasi baru; bahwa layanan ataupun produk dapat diperoleh secara digital kapanpun dan di manapun mereka memerlukan.
ADVERTISEMENT
Oleh karena itu, implementasi berbagai fitur ataupun cara baru yang memudahkan akses konsumen terhadap produk yang ditawarkan oleh bisnis menjadi suatu hal yang mutlak harus dilakukan.
Chatting Menjadi Primadona
Sebagai salah satu metode komunikasi yang paling cepat dan praktis, chatting mendominasi preferensi konsumen masa kini dalam berkomunikasi. Hal tersebut diutarakan dalam sebuah white paper bertajuk 'Meeting Southeast Asian Consumers’ Expectations with Chats and Calls' itu.
Disebutkan bahwa penggunaan internet di kalangan konsumen di Asia Tenggara rupanya masih didominasi oleh media sosial dan aplikasi chatting, terlihat dari rata-rata pengguna internet di Indonesia menginstal lebih dari 4 aplikasi messaging di ponselnya.
Tren ini pun terus meningkat dari waktu ke waktu. Aplikasi messaging seperti WhatsApp, misalnya, menempati urutan tiga teratas dengan pengguna terbanyak setelah aplikasi media sosial seperti Facebook yang juga memiliki fitur in-app chat di dalamnya.
ADVERTISEMENT
Dari yang semula mengandalkan telepon, pesan singkat, dan email, kini preferensi pengguna internet pun beralih ke media chatting untuk berkomunikasi, bahkan bertransaksi dengan sesama pengguna internet lainnya.
Dengan meningkatnya minat konsumen terhadap chat, bukan tidak mungkin apabila chat kemudian dinilai bisa menjadi salah satu fitur yang paling memungkinkan untuk diimplementasi oleh bisnis dalam rangka memenuhi ekspektasi konsumennya.
Adopsi Tren Chatting untuk Menjawab Tantangan Disrupsi Digital
Ketika disrupsi digital mulai digaungkan dan menjadi 'momok' bagi bisnis konvensional, ada banyak hal yang menjadi pekerjaan rumah bagi bisnis yang sudah lebih dulu mapan dan merasa 'stabil' baik dari segi proses kerja maupun produk.
“Adanya disrupsi digital membuat perusahaan yang sangat konvensional sekalipun mulai mengadopsi tren terbaru agar tidak kehilangan pasar,” ungkap Delta Purna Widyangga, CEO sekaligus Co-Founder Qiscus.
ADVERTISEMENT
Sebagai salah satu pionir penyedia chat SDK di Indonesia, ia menceritakan pengalaman Qiscus membantu bisnis-bisnis yang masih sangat konvensional di Indonesia ‘beranjak’ digital dengan mengadopsi teknologi real-time communication (RTC) untuk menjangkau konsumen kekinian ataupun mempermudah proses mereka secara internal.
Perubahan interaksi di kalangan pengguna internet di Asia Tenggara mampu merevolusi berbagai bisnis yang selama ini dianggap telah mapan. Di industri kesehatan, kita mengenal Halodoc , misalnya, yang menemukan tantangan bahwa layanan akses kesehatan yang tidak merata menjadi salah satu masalah di Indonesia.
Dengan menggunakan teknologi chat, kini masyarakat dapat mengakses dokter yang berkualitas cukup melalui ponselnya tanpa harus datang ke rumah sakit atau fasilitas kesehatan lainnya.
Ke depannya, Delta mengatakan adopsi teknologi komunikasi real-time berupa chat akan semakin luas dan tidak terbatas pada layanan yang sudah ada seperti e-commerce ataupun bisnis on-demand, namun juga pada produk-produk baru yang kini terus berkembang di Asia Tenggara.
ADVERTISEMENT
“Sebagai bentuk komunikasi yang paling diminati oleh konsumen pada saat ini, chat menjadi salah satu fitur yang harus dipertimbangkan oleh bisnis untuk melakukan pembaruan dalam produk ataupun layanan mereka,” tutup Delta.