Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
Konten dari Pengguna
Melawan Corona dengan Puisi dan Konser ala Pejabat Kita
19 Mei 2020 15:01 WIB
Diperbarui 6 Agustus 2020 13:17 WIB
Tulisan dari Erwin Setia tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Apakah COVID-19 adalah pencinta seni? Pertanyaan itu spontan meluncur dari benak, saat saya menyaksikan polah pejabat kita akhir-akhir ini. Mahfud MD, Menko Polhukam kita mengajak sejumlah pejabat negara untuk baca puisi bareng. Puisi itu berjudul Doa karya Chairil Anwar. Itu puisi yang bagus sebetulnya, tapi saya merasakan semacam kejanggalan: apa nggak ada kerjaan yang lebih relevan gitu?
ADVERTISEMENT
Barangkali Pak Menteri dan pejabat-pejabat yang terhormat memang telah menunaikan semua tugasnya. Mereka telah bekerja sangat keras untuk rakyat Indonesia. Jadi, sah-sah saja dong kalau sesekali mereka nyantai dengan berpuisi. Terlebih puisi yang dibacakan juga mengandung renungan. Emang hamba penuh dosa doang yang boleh merenung? Para pejabat yang dosanya seabrek, eh, nggak punya dosa, ding, juga berhak merenung.
Tuhanku/ Aku mengembara di negeri asing/ Tuhanku/ Di pintumu aku mengetuk/ Aku tidak bisa berpaling.
Aduhai! Puitis, ritimis, dan melankolis sekali puisinya. Ditambah dengan suara khas Pak Menteri, tak ayal itu menghasilkan paduan suara yang bakal menggetarkan jagat raya.
Efek lainnya, yang kebanyakan kita nggak tahu, boleh jadi membaca puisi secara berjemaah ampuh untuk melawan corona. Ini bukan lelucon. Anda tahu ungkapan bahwa “seni dapat menyembuhkan segala penyakit”? Nah, mungkin atas dasar itulah, para pejabat kita memiliki inisiatif sebrilian ini.
ADVERTISEMENT
Apalagi kasus corona di Indonesia yang tak kunjung surut membuat pemerintah mesti mahir bersiasat. Sebelumnya Presiden Jokowi sudah mengeluarkan jurus berdamai dengan corona. Sebuah jurus ajaib yang memang tak akan terpikirkan oleh rakyat jelata macam kita. Tentunya jurus berdamai saja tak cukup. Jurus itu mesti dicampur dengan jurus-jurus lain untuk mempercepat pembasmian corona. Jurus berpuisi adalah jurus gemilang lain—yang lagi-lagi mustahil terbetik di benak orang-orang biasa yang tahunya cuma protes aja.
Lantas, apakah dua jurus itu sudah cukup? Oh, tunggu dulu. Masih ada satu jurus lain: konser solidaritas!
Minggu (17/5) ini Presiden Jokowi membuka konser virtual bertajuk “Berbagi Kasih Bersama Bimbo, Bersatu Melawan Corona”. Konser ini berbentuk konser amal. Dan anda tak perlu terkejut mendengar lembaga negara sekelas MPR, BPIP, dan BNPB—selaku penyelenggara acara—menggelar konser amal. Bukankah amal—termasuk mengumpulkan amal—adalah sesuatu yang berhak dilakukan siapa pun?
ADVERTISEMENT
Kabarnya konser ini bakal pula dihadiri oleh orang-orang penting lain semisal Wakil Presiden, Maruf Amin; Presiden ke-5 RI, Megawati Soekarnoputri; Ketua MPR, Bambang Soesatyo; dan Ketua DPR, Puan Maharani. Itu adalah komposisi peserta konser yang menakjubkan. Para petinggi (selain Bu Mega yang sebaiknya nyantai saja di rumah sambil makan nastar) yang semestinya memikirkan hal lebih substansial semisal merapikan aturan dan kebijakan yang semrawut itu tentu akan membuat kita terpana. Mereka akhirnya melakukan gebrakan baru untuk menghadapi corona. Inilah jurus ketiga: konser.
Anda mungkin akan berpikir langkah-langkah para pejabat itu sebagai tindakan absurd atau tak berfaedah. Jangan gegabah dulu. Mana mungkin para pejabat yang gajinya selangit dan dapat banyak fasilitas melakukan suatu hal tanpa pemikiran yang matang? Mustahil belaka mereka melakukan itu semua untuk kesia-siaan. Ingat, mereka pejabat, bukan sekelompok bocah anggota geng motor yang balap liar di jalanan tanpa memedulikan keselamatan orang sekitar.
ADVERTISEMENT
Para pejabat kita yang terhormat, tanpa kita ketahui, boleh jadi diam-diam sudah lama menyusun rencana apik guna melawan corona. Mereka melakukan puluhan rapat virtual yang sangat serius. Mereka melakukan brainstorming satu sama lain untuk menghasilkan gagasan-gagasan terbaik. Dan, puji Tuhan, mereka pun akhirnya menemukan ide-ide luar biasa itu. Bukan PSBB atau lockdown yang dapat mengusir corona keluar dengan cepat, tapi puisi dan konser.
Puisi dan konser, sebagaimana kata mereka, dapat menguatkan batin dan membuat kita bersatu dalam menghadapi corona. Konser hanya buang-buang uang negara? Tak usah dipermasalahkan banget lah soal itu. Namanya saja bersiasat menghadapi musuh selevel corona, tentu membutuhkan biaya. Lagi pula, kalau jurus-jurus ini mujarab, kita juga yang untung, kan?
ADVERTISEMENT
Apakah COVID-19 adalah pencinta seni? Lagi-lagi saya ingin mengulangi pertanyaan itu. Bisa jadi demikian dan para pejabat kita tahu soal itu. Mungkin begini yang ada di pikiran para pejabat yang terhormat: Sudahlah, bacain aja tuh corona dengan puisi, selenggarakan juga konser untuk melawan mereka, mereka pasti bakal luluh karena mendengar puisi dan konser musik aduhai yang kita buat! Coba, negara mana yang sempat memikirkan gagasan sejenius ini? Nggak ada. Ini murni bukti kecemerlangan kita—para pejabat Indonesia yang selalu bekerja untuk rakyat.
Jadi, kita tak perlu heran kalau besok-besok presiden, menteri, dan anggota DPR mengajak masyarakat untuk secara berjemaah melukis bentuk corona atau membuat batik motif corona atau membuat koreografi pola corona. (*)
ADVERTISEMENT