Konten dari Pengguna

Mendukung Aksi Ngegas Pak Jokowi kepada Para Menteri

Erwin Setia
Penulis cerpen dan esai.
30 Juni 2020 15:02 WIB
clock
Diperbarui 6 Agustus 2020 13:17 WIB
comment
1
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Erwin Setia tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Ilustrasi Jokowi Foto: Dok: Maulana Saputra/kumparan.
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi Jokowi Foto: Dok: Maulana Saputra/kumparan.
ADVERTISEMENT
Jokowi dikenal sebagai seorang presiden yang tak gampang emosi. Gabungan identitas sebagai kalangan sipil dan orang Solo punya pengaruh banyak terhadap keselowan Jokowi.
ADVERTISEMENT
Dalam banyak pidato dan wicaranya secara umum, beliau lebih banyak santai dan kalem. Sesekali nada bicara Jokowi memang agak tinggi, tapi tak pernah cukup tinggi untuk bikin para pendengarnya gemetaran. Dan itulah salah satu sebab banyak menteri di kabinet beliau masih asyik ongkang-ongkang kaki seolah keadaan baik-baik saja.
Namun, pada pidato dalam sidang kabinet 18 Juni lalu, Jokowi seperti meminjam jiwa Soekarno untuk sesaat. Dalam video yang baru diunggah ke YouTube 28 Juni itu, Jokowi menampakkan diri tidak seperti biasanya. Beliau tidak lagi bersikap santai atau biasa-biasa saja. Beliau banyak mengungkapkan kemarahan dan kekecewaannya terhadap kinerja para menteri.
Berkali-kali-kali Jokowi meminta kepada jajaran kabinetnya untuk bekerja ekstra, tidak bekerja biasa-biasa saja. Bahkan beliau sampai bilang dengan ekspresi geram, “Saya lihat masih banyak yang seperti biasa-biasa saja. Saya jengkelnya di situ, ini apa enggak punya perasaan.”
ADVERTISEMENT
Apa enggak ngeri tuh melihat seorang presiden sampai segitu marahnya? Ingat, ini presiden, Bung! Bukan ibu kos atau ibu guru yang omelannya bisa kita anggap kumur-kumur doang lalu kita bisa lanjut rebahan. Apalagi Jokowi mengatakannya dalam forum resmi di Istana Negara. Tentulah itu mengartikan bahwa beliau sedang sangat serius, bukan cuma lagi nge-prank marah-marah.
Pada masa pandemi corona begini, semua elemen memang harus bekerja lebih keras daripada biasanya. Wong siswa sekolah yang tinggal di pedalaman aja harus sampai naik gunung dan naik genting supaya dapat sinyal untuk mengikuti pembelajaran daring, kok. Masak para menteri kalah sih sama mereka?
Apalagi kabinet Indonesia Maju besutan Jokowi punya slogan “kerja, kerja, kerja”. Tentulah seharusnya mereka malu kalau kenyataannya kerja mereka biasa-biasa saja. Padahal gaji plus tunjangan mereka sangat luar biasa. Secara logika, mereka harusnya juga bekerja luar biasa. Bukan woles-woles aja kayak lagi di pantai, apalagi mengeluarkan pernyataan kontroversial yang berbau meremehkan persoalan. Hmm, tolong dong, jangan begitu-begitu amat, Bapak-Bapak dan Ibu-Ibu menteri sekalian.
ADVERTISEMENT
Oleh sebab itulah, kita patut mendukung dan mengapresiasi aksi ngegas Pak Jokowi kepada jajaran kabinetnya—wabilkhusus kepada para menterinya. Walaupun marah-marahnya beliau agak telat karena korban corona sudah puluhan ribu, tapi ya tetap saja kita harus mengapresiasinya. Lebih baik telat daripada tidak sama sekali, bukan? Ya, meskipun seorang presiden seharusnya tidak membiasakan diri telat beraksi. Ntar kalau ditiru anak-anak sekolahan gimana? Eh.
Terkadang Jokowi memang harus ngegas, sebab para menterinya suka membandel dan susah dibilangin. Padahal mereka bukan anak-anak. Dengan sikap tegas dan keras Jokowi, kita berharap para menteri beliau jadi bisa lebih mikir dan cepat tanggap. Terlebih situasinya memang sudah krisis, sebagaimana kata Jokowi. Dan dalam situasi krisis, setiap pejabat pemerintahan harus bekerja maksimal, bukan cuma meramaikan tipi atau acara seremonial belaka.
ADVERTISEMENT
Salah satu kementerian yang paling Jokowi soroti adalah kementerian kesehatan. Beliau meminta kementerian kesehatan untuk cepat-cepat membenahi permasalahan mereka. Mulai dari urusan pemberian insentif kepada para dokter dan tenaga medis hingga pembelian peralatan-peralatan medis, Jokowi minta agar dana untuk keperluan tersebut segera dikeluarkan.
Tak tanggung-tanggung, Jokowi bahkan mengancam akan membubarkan lembaga dan me-reshuffle kabinet.
“(Saya) Bisa saja membubarkan lembaga, bisa saja reshuffle, sudah kepikiran ke mana-mana saya,” ujar Jokowi dalam pidatonya tersebut.
Pernyataan Jokowi tersebut jelas membuat para pembantunya di istana ketar-ketir. Sampai tulisan ini dibuat memang belum ada satu pun dari para menteri yang secara gentle mengaku tak becus dan mengundurkan diri. Padahal kalau ada yang berani melakukan itu, saya hakulyakin masyarakat pasti menyambutnya dengan gembira. Bukan saja gembira, gembira banget malah.
ADVERTISEMENT
Kenapa nggak dari dulu aja sih mengundurkan diri? mungkin demikian gumam banyak orang kalau hal semacam itu terjadi. Dan itu wajar saja. Sebetulnya itu juga untuk kebaikan si menteri sendiri kok. Buat apa lama-lama jadi menteri kalau dibenci masyarakat dan gagap dalam membuat kebijakan?
Dan akhirnya, kita berharap aksi ngegas Jokowi tak berhenti menjadi pernyataan amarah belaka. Tapi juga ada aksi nyatanya. Sebab kalau cuma ngegas di omongan, boleh jadi para pembantu beliau yang ketar-ketir jadi bersikap biasa-biasa lagi. Karena menganggap marahnya Jokowi cuma gertakan. Ya, mudah-mudahan Jokowi segera melanjutkan aksi ngegasnya dalam bentuk aksi dan keputusan yang riil. Jokowi bisa memulai itu dengan mengganti menteri-menteri yang sempat meremehkan dan menjadikan virus corona sebagai lelucon, misalnya.
ADVERTISEMENT