Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.96.0
Konten dari Pengguna
Hipertensi, Si Pembunuh Senyap
17 Mei 2021 16:07 WIB
Tulisan dari Evi Suryani tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Setiap tanggal 17 Mei diperingati sebagai Hari Hipertensi Sedunia.
ADVERTISEMENT
Hipertensi atau yang juga dikenal dengan tekanan darah tinggi merupakan suatu kondisi di mana pembuluh darah terus menerus meningkatkan tekanan. Hipertensi merupakan kondisi medis yang serius serta dapat meningkatkan risiko penyakit jantung, otak, ginjal, dan penyakit lainnya. Salah satu target global untuk penyakit tidak menular adalah menurunkan prevalensi hipertensi hingga 25% pada tahun 2025 (baseline 2010).
Gejala
Hipertensi sering disebut dengan “silent killer” karena kebanyakan orang dengan hipertensi tidak menyadari adanya masalah tersebut. Hal tersebut dapat disebabkan karena tidak adanya tanda atau gejala peringatan atau tidak memperhatikan gejala hipertensi yang ada.
Gejala hipertensi dapat berupa sakit kepala di pagi hari, mimisan, detak jantung tidak teratur, perubahan penglihatan, dan telinga berdengung. Dapat pula berupa kelelahan, mual, muntah, kebingungan, kecemasan, nyeri dada dan tremor otot, untuk gejala yang lebih parah.
ADVERTISEMENT
Apabila tidak ditangani, hipertensi dapat menyebabkan nyeri dada yang terus-menerus (disebut juga angina), serangan jantung, gagal jantung, dan detak jantung tidak teratur, yang dapat menyebabkan kematian mendadak. Hipertensi juga dapat menyebabkan stroke serta kerusakan ginjal.
Cara mendeteksi hipertensi adalah dengan mengukur tekanan darah. Mengukur tekanan darah dapat dengan meminta bantuan tenaga kesehatan atau mengukur sendiri menggunakan perangkat otomatis. Namun evaluasi oleh tenaga kesehatan penting untuk menilai risiko dan kondisi seseorang.
Pencegahan dan Pengelolaan
Agar dapat terhindar dari penyakit hipertensi maka kita perlu mencegahnya dengan cara:
• Mengurangi asupan garam (menjadi kurang dari 5 gram setiap hari)
• Memperbanyak makan buah dan sayuran
• Aktivitas fisik secara teratur
• Menghindari penggunaan tembakau
ADVERTISEMENT
• Mengurangi konsumsi alkohol
• Membatasi asupan makanan tinggi lemak jenuh
• Menghilangkan/mengurangi lemak trans dalam makanan
Sedangkan bagi pengidap hipertensi, selain melakukan tindakan di atas, pengelolaan perlu dilakukan dengan cara:
• Mengurangi dan mengelola stres mental
• Cek tekanan darah secara rutin
• Mengobati tekanan darah tinggi
• Mengelola kondisi medis lainnya
Di era pandemi Covid-19 ini, Kementerian Kesehatan mengimbau semua pihak agar:
• Tetap menjalankan protokol kesehatan 5M (memakai masker, menjaga jarak 1-2 meter, mencuci tangan pakai sabun atau hand sanitizer, menghindari kerumunan, dan membatasi mobilitas).
• Mengkonsumsi makanan sehat, menghindari garam, gula, dan lemak berlebihan
• Aktivitas fisik 30 menit/hari atau sesuai anjuran dokter
• Mempertahankan indeks masa tubuh 23 kg/m2 dan lingkar pinggang kurang dari 90 cm untuk pria dan kurang dari 80 cm untuk wanita
ADVERTISEMENT
• Berhenti merokok
• Istirahat cukup (tidur 6-8 jam sehari) dan kelola stress
• Bagi yang memiliki alat pengukur tekanan darah, dapat melakukan pemantauan tekanan darah mandiri secara rutin
• Bagi penyandang hipertensi, minum obat secara teratur sesuai anjuran dokter
• Manfaatkan teknologi informasi telekonsultasi atau menghubungi dokter online atau telemedicine
• Simpan nomor kontak Dokter atau fasilitas pelayanan kesehatan tempat Anda berobat, atau hubungi dokter online yang tersedia di beberapa platform digital
• Bila muncul gejala demam, batuk, suara serak dan sesak napas, hubungi fasilitas pelayanan kesehatan terdekat untuk pemeriksaan lebih lanjut.
Gambaran Hipertensi di Dunia dan Indonesia
Diperkirakan 1,13 miliar orang di seluruh dunia menderita hipertensi, dua pertiga penderita tinggal di negara berpenghasilan rendah dan menengah. Pada tahun 2015, 1 dari 4 pria dan 1 dari 5 wanita menderita hipertensi.
ADVERTISEMENT
Berdasarkan hasil Riskesdas 2018 diperoleh 8,36% penduduk umur ≥ 18 tahun di Indonesia terdiagnosis hipertensi oleh dokter. Hanya 54,40% penderita yang terdiagnosis, meminum obat antihipertensi secara rutin.
Hipertensi dan Covid-19
Centers for Disease Control and Prevention di Amerika Serikat tidak memasukkan hipertensi ke dalam daftar komorbiditas yang berpengaruh terhadap prognosis Covid-19 karena tidak ada bukti kuat yang menunjang pendapat bahwa hipertensi dapat meningkatkan kerentanan dan prognosis penyandang Covid-19.
Penderita hipertensi direkomendasikan untuk meminum obat antihipertensi yang diresepkan. Hal tersebut mengingat tidak ada bukti bahwa obat antihipertensi memperberat Covid-19.
Sumber: WHO, Badan Litbangkes, Direktorat P2PTM Kemenkes RI