Konten dari Pengguna

Uniknya Mutualisme pada Buah Ficus, si Pakan Orang Utan

Esthi Liani Agustiani
Peneliti Tumbuhan di Pusat Riset Biosistematika dan Evolusi, Badan Riset dan Inovasi Nasional
11 November 2024 17:25 WIB
·
waktu baca 6 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Esthi Liani Agustiani tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Siapa yang tidak kenal dengan orang utan? Primata ini merupakan hewan endemik yang hanya dapat ditemukan di Pulau Sumatra dan Kalimantan. Orang utan merupakan mamalia pemakan buah-buahan (frugivora). Namun, adakah yang sudah tahu keunikan dari buah Ficus yang menjadi pakan orang utan?
Aktivitas orang utan yang sedang makan buah Ficus di Taman Nasional Kutai, Kalimantan Timur (Foto: dokumentasi pribadi)
zoom-in-whitePerbesar
Aktivitas orang utan yang sedang makan buah Ficus di Taman Nasional Kutai, Kalimantan Timur (Foto: dokumentasi pribadi)
Salah satu jenis tumbuhan yang menjadi pakan bagi orang utan berasal dari marga Ficus (suku Moraceae). Marga Ficus memiliki jumlah jenis hampir sebanyak 880 jenis yang dapat dijumpai di kawasan tropis hingga subtropis. Meskipun demikian, tidak semua anggota marga Ficus menjadi pakan bagi orang utan. Hanya beberapa jenis yang tercatat sering digemari buahnya oleh orang utan, misalnya Ficus racemosa, F. consociata, dan F. glomerata.
Orang utan di Taman Nasional Kutai sedang mencari buah Ficus (Foto: dokumentasi pribadi)

Bunga dan Perbungaan Ficus

ADVERTISEMENT
Organ reproduksi pada Ficus sangat unik. Ficus memiliki bentuk perbungaan (inflorescence) berupa struktur tertutup dan berongga yang menyerupai periuk (urn-shaped). Struktur perbungaan tersebut dikenal dengan istilah sikonia (syconium).
Kumpulan bunga-bunga yang sesungguhnya pada Ficus terdapat di dalam sikonia. Jumlah bunga dalam sikonia dapat mencapai puluhan bahkan hingga ribuan, bergantung pada jenis Ficus. Begitu pun ukuran sikonia, diameter sikonia dapat berukuran beberapa milimeter saja bahkan hingga dapat mencapai lebih dari 20 sentimeter, bergantung pada jenis Ficus.
Sikonia memiliki lubang kecil (ostiole) yang tersusun atas brachtea involucrata. Keduanya merupakan struktur pada bagian puncak (apex) sikonia. Ostiole akan menjadi jalan masuk bagi serangga penyerbuk (polinator) agar dapat masuk ke bagian dalam sikonia lalu menyerbuki bunga-bunga Ficus. Struktur brachtea involucrata akan meregang atau melonggar ketika sikonia telah memasuki tahap siap untuk diserbuki (fase reseptif) oleh serangga penyerbuk. Selain itu, sikonia akan melepaskan aroma khas yang dikenali oleh serangga penyerbuk. Aroma tersebut merupakan atraktan bagi serangga penyerbuk.
Bagian ostiole Ficus racemosa pada tahap akhir perkembangan sikonia (Sumber: dokumentasi pribadi)
Perkembangan sikonia dapat diamati melalui perubahan diameter dan warna sikonia. Pada tahap awal perkembangan, umumnya sikonia memiliki diameter lebih kecil dibandingkan dengan sikonia pada tahap akhir perkembangan. Begitu pun warna sikonia, umumnya sikonia akan berwarna hijau pada tahap awal perkembangan dan berubah menjadi kuning, oranye, atau merah pada tahap akhir perkembangan. Adapun warna pada tahap akhir perkembangan sikonia sendiri akan bergantung pada jenis Ficus.
ADVERTISEMENT
Atas bentuk perbungaannya yang unik, tidak mengherankan jika pohon Ficus dapat berbuah tetapi tidak terlihat kemunculan bunga layaknya tumbuhan pada umumnya. Buah Ficus yang sesungguhnya terdapat di dalam sikonia, yang merupakan perkembangan dari bunga yang berhasil diserbuki. Inilah alasan mengapa buah Ficus dikatakan sebagai buah semu, karena struktur yang dianggap buah sebenarnya merupakan perbungaan pada Ficus.
Umumnya Ficus dapat berumah satu (monoecious) atau berumah dua (dioecious). Pada Ficus yang berumah satu (monoecious), sikonia dapat terdiri atas bunga jantan dan bunga betina. Lain halnya pada Ficus yang berumah dua (dioecious), sikonia akan berisi bunga jantan saja atau bunga betina saja dan kedua tipe bunga tersebut akan berada pada individu pohon yang berbeda. Bunga jantan ialah bunga yang hanya memiliki organ reproduksi jantan (antera), sebaliknya bunga betina hanya memiliki organ reproduksi betina (putik). Tipe bunga lainnya yang menarik pada Ficus ialah hadirnya bunga gall. Bunga gall merupakan bunga yang memiliki kantung seperti kokon, yang berasal dari modifikasi perkembangan ovarium. Bunga gall akan muncul ketika serangga penyerbuk telah berhasil meletakan telurnya ke bagian ovarium bunga betina.
Kumpulan sikonia Ficus racemosa (Sumber: dokumentasi pribadi)

Mutualisme Ficus dan Serangga Penyerbuk

Bentuk perbungaan yang unik membuat Ficus memerlukan kehadiran serangga penyerbuk yang spesifik dan mampu bersimbiosis dengan baik pada bunga Ficus. Umumnya serangga penyerbuk pada Ficus memiliki ukuran tubuh yang kecil, sebab serangga tersebut harus dapat masuk ke dalam sikonia melalui ostiole. Jenis serangga penyerbuk bagi Ficus umumnya berasal dari Famili Agaonidae, Sub-famili Agaoninae, Ordo Hymenoptera. Hubungan mutualisme keduanya dapat dikatakan sebagai mutualisme obligat (obligate mutualism). Hal ini dikarenakan keduanya saling memerlukan satu sama lain tanpa bisa digantikan. Ficus memberikan imbalan kepada penyerbuk dengan mengalokasikan sebagian dari bunganya sebagai tempat bertelur, sedangkan serangga penyerbuk melalui aktivitasnya di dalam sikonia akan membantu proses penyerbukan pada bunga-bunga Ficus.
ADVERTISEMENT
Proses penyerbukan pada Ficus diawali dengan masuknya Agaonidae betina ke dalam sikonia yang telah berada pada tahap reseptif. Agaonidae betina yang pertama kali masuk ke dalam sikonia dikenal dengan istilah foundress. Ketika memasuki sikonia, sayap dan antena pada foundress akan lepas dan tertinggal disekitar ostiole, karena sulit dan sempitnya jalan masuk yang harus dilaluinya. Foundress akan melepaskan telur-telurnya ke dalam bunga betina Ficus. Pada waktu yang bersamaan, foundress juga membantu penyerbukan pada bunga betina Ficus dengan terbawanya serbuk sari pada tubuhnya. Foundress kemudian akan mati setelah berhasil meletakan telur-telurnya dalam sikonia.
Agaonidae jantan adalah yang pertama kali menetas, ia bertugas untuk mengawini Agaonidae betina yang telah menetas dan juga menyiapkan jalan bagi Agaonidae betina untuk keluar dari sikonia. Setelahnya, Agaonidae jantan akan mati. Agaonidae betina yang telah dikawini selanjutnya akan keluar dari sikonia dan akan melepaskan kembali telur-telurnya pada sikonia baru. Agaonidae betina tersebut meninggalkan sikonia dan dapat membawa polen yang menempel pada tubuhnya untuk menemukan sikonia baru, kemudian memulai siklus hidupnya kembali. Fase kehidupan ini akan terus berulang.
ADVERTISEMENT
Sebuah penelitian mendapatkan bahwa serangga penyerbuk pada Ficus benghalensis, F. microcarpa dan F. racemosa diketahui dapat mengenali sikonia yang sudah berhasil dihuni atau belum. Serangga penyerbuk lebih memilih sikonia yang masih utuh untuk meletakan telur-telurnya dan menjadi penguhi pertama pada sikonia tersebut dibandingkan mendatangi sikonia yang telah dihuni. Hal ini berkaitan dengan persaingan antar sesama penyerbuk agar dapat meletakan telur-telurnya dengan optimal pada sikonia. Sayap Agaonidae betina yang tertinggal pada ostiole dapat menjadi petunjuk dan penghalang fisik untuk Agaonidae betina lainnya yang ingin masuk ke dalam sikonia.

Lalu apakah serangga penyerbuk selalu berhasil meletakan telurnya pada bunga betina Ficus?

Bunga betina Ficus memiliki tangkai putik (stylus) pendek dan panjang. Hanya bunga betina dengan stylus pendek yang akan berhasil digunakan oleh Agaonidae betina untuk meletakan telurnya. Adapun bunga betina dengan stylus panjang tidak bisa digunakan oleh Agaonidae betina, sebab alat ovipositor (organ berbentuk tabung yang digunakan untuk bertelur) padanya tidak mampu mencapai bagian ovarium bunga. Bunga betina dengan stylus panjang yang berhasil terserbuki kemudian akan berbuah dan menghasilkan biji.
Ficus racemosa di kawasan Prevab, Taman Nasional Kutai (Sumber: dokumentasi pribadi)
Simbiosis mutualisme antara Ficus sebagai pohon inang dan serangga penyerbuk berlangsung terus-menerus dan keduanya mendapatkan manfaatnya masing-masing untuk menunjang siklus hidupnya. Dengan mengetahui hal ini, mari kita jaga kelestarian keduanya agar Ficus bisa terus menghasilkan buah dan biji, serta orang utan tidak kehilangan sumber pakannya.
ADVERTISEMENT