Perburuan Hewan Liar Picu Munculnya Penyakit Zoonosis

esti baina
Pranata Humas Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia
Konten dari Pengguna
1 Februari 2021 17:54 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari esti baina tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Petugas mengamankan rusa yang sudah mati dan dipotong-potong hasil perburuan ilegal yang berhasil diamankan di pantai So Toro Wamba Desa Poja, Kabupaten Bima, NTB. Foto: ANTARA FOTO/HO-Penerangan Korem 162 Wira Bhakti
zoom-in-whitePerbesar
Petugas mengamankan rusa yang sudah mati dan dipotong-potong hasil perburuan ilegal yang berhasil diamankan di pantai So Toro Wamba Desa Poja, Kabupaten Bima, NTB. Foto: ANTARA FOTO/HO-Penerangan Korem 162 Wira Bhakti
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Mikroorganisme atau biasa disebut sebagai mikroba merupakan organisme yang berukuran sangat kecil (dalam ukuran mikron), sehingga untuk mengamatinya diperlukan alat bantu. Di Alam terdapat berbagai macam mikroorganisme di antaranya virus, bakteri, protozoa dan jamur mikroskopis.
ADVERTISEMENT
Bentuk dari mikroorganisme bermacam-macam, misalnya virus ada yang berbentuk seperti bola, tabung dan ada juga yang seperti robot. Bakteri biasanya uniseluler atau bersel tunggal dengan berbagai variasi bentuk. Sugiyono yang merupakan peneliti dari Pusat Penelitian Biologi LIPI menyampaikan bahwa di alam jumlah mikroorganisme sangatlah banyak, bahkan lebih banyak dari yang manusia ketahui.
Beberapa penyakit yang sedang menjangkit saat ini bahkan menjadi pandemi ternyata berasal dari hewan. Kasus ini biasa dikenal dengan zoonosis yaitu mikroorganisme pada hewan yang dapat menimbulkan penyakit pada manusia. Dengan kata lain, penyakit yang dapat ditularkan dari hewan ke manusia.
Untuk mengetahui keberadaan virus dan bakteri yang ada pada tubuh hewan atau yang sudah terlanjur berpindah ke tubuh manusia, dibutuhkan alat bantu yang dikenal dengan nama mikroskop. Apabila ingin melihat bakteri, maka dapat menggunakan bantuan mikroskop cahaya. Tetapi untuk dapat melihat virus, dibutuhkan mikroskop elektron.
Barang bukti kulit harimau sumatra (Panthera tigris sumatrae) hasil perburuan liar. Foto: ANTARA FOTO/Irwansyah Putra
Ukuran virus ternyata jauh lebih kecil dibandingkan dengan ukuran bakteri. Sebagai perbandingan, ukuran virus terbesar pun masih lebih kecil dari ukuran bakteri terkecil.
ADVERTISEMENT
Berdasarkan beberapa sumber diketahui bahwa mikroskop cahaya memiliki perbesaran hingga 2000 kali sedangkan mikroskop elektron tercanggih memiliki pembesaran hingga lebih dari satu juta kali.
Menurut Sugiyono, mikroorganisme memang banyak yang menyebabkan penyakit atau bersifat pathogen. Akan tetapi mikroorganisme yang menguntungkan jauh lebih banyak dan mereka memiliki peranan penting dalam tubuh inang dan lingkungan. Walaupun kita kerap bersinggungan dengan bermacaam-macam mikroba, ternyata tidak semuanya dapat menimbulkan penyakit.
Virus dapat menginfeksi dan menimbulkan penyakit pada manusia jika memiliki kecocokan reseptor dengan sel inang. Jika tidak ada kecocokan reseptor, maka virus tidak dapat menginfeksi tubuh manusia.
Terkait dengan timbulnya penyakit zoonosis seperti Covid-19 dan Ebola, ternyata salah satunya dipicu oleh ketidak seimbangan ekosistem di alam. Ketidak seimbangan ekosistem ini dapat disebabkan oleh deforestasi, penambangan dan perburuan satwa liar.
ADVERTISEMENT
Rusaknya habitat dan makin intensnya kontak manusia dengan satwa liar, akan memicu ekspansi satwa liar kepopulasi manusia. Hal ini dapat meningkatkan resiko transmisi mikroorganisme yang dibawa oleh satwa liar ke lingkungan manusia. Kebiasaan berburu satwa liar seperti ular, kelelawar, trenggiling sangat berisiko menyebabkan zoonosis.
Mitos yang berkembang di masyarakat tentang khasiat dari beberapa hewan liar juga dapat memperburuk keadaan. Perburuan hewan untuk dikonsumsi agar mendapat khasiat kesehatan juga berkembang di masyarakat. Sebagai contoh, stamina dapat meningkat dengan mengkonsumsi darah ular ataupun daging biawak.
Alih fungsi lahan dari area hutan menjadi pemukiman penduduk akan memaksa manusia untuk sering kontak dengan hewan liar. Kadang muncul kejadian, di mana hewan liar bersarang dirumah penduduk. Hal ini menjadi wajar karena habitat hewan telah diambil alih oleh manusia. Kontak hewan liar dan manusia menjadi sulit untuk dihindari sampai waktu yang cukup lama.
ADVERTISEMENT
Pembukaan lahan tambang baru juga merupakan salah satu sebab terjadinya kontak hewan dengan manusia. Seperti kita ketahui lahan tambang biasanya berada di pedalaman yang jauh dari pemukiman penduduk. Hewan liar yang merasa terusik dengan aktivitas pertambangan dapat saja menyerang manusia ataupun hidup berdampingan
Zoonosis merupakan ancaman bagi kesehatan manusia secara global. Diketahui sekitar lebih dari 60 persen penyakit infeksi di dunia merupakan zoonosis. Dari sekitar 1400 patogen, diketahui lebih dari 200 di antaranya adalah virus dan lebih dari 500 di antaranya merupakan bakteri. Salah satu contoh dari penyakit yang merupakan zoonosis adalah Ebola virus yang berasal dari kelelawar, demikian juga SARS-CoV-2 penyebab COVID 19 yang diduga juga berasal dari kelelawar.
ADVERTISEMENT
Kemunculan penyakit infeksi baru adalah suatu kemungkinan di masa depan dan bahkan manusia harus bersiap-siap untuk menghadapinya. Dikarenakan kebanyakan penyakit infeksi adalah merupakan zoonosis, maka sudah sepantasnya manusia meminimalisir risiko kemunculannya dengan cara menjaga kesehatan manusia, hewan dan lingkungan.
Keseimbangan ekosistem harus tetap dijaga, terutama populasi satwa liar yang membawa patogen berbahaya agar tetap berada dalam habitatnya. Hal ini dapat mencegah agar mikroorganisme berbahaya yang dibawanya tidak bertransmisi ke manusia. Kontak langsung dengan satwa liar harus diminimalisir. Edukasi terkait mitos-mitos yang berkembang mengenai khasiat mengkonsumsi hewan liar pun harus diberikan.