Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
Konten dari Pengguna
Taman Nasional Alas Purwo, Kawasan Geopark Nasional
29 Agustus 2022 14:06 WIB
Tulisan dari Esti Wisnawati tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Liburan akhir tahun lalu saya melakukan wisata ke Taman Nasional Alas Purwo. Saya tidak sendiri tetapi bersama keluarga, saudara sepupu dan keponakan-keponakan. Ramailah 25 orang. Alas Purwo terkenal sebagai daerah yang angker, banyak cerita mistis yang beredar di masyarakat menyebabkan orang-orang berspekulasi bahwa Alas Purwo berbahaya untuk dikunjungi. Namun tidak semua orang percaya dengan cerita tersebut, bahkan mungkin ada yang semakin penasaran untuk berkunjung ke Alas Purwo, terutama untuk menikamati keindahan alamnya, seperti kami.
ADVERTISEMENT
Nama Taman Nasional Alas Purwo tidak asing untuk telingaku. Teman-teman peneliti di kantorku acap kali melakukan kegiatan penelitian di sini. Belum pernah mendengar dari mereka cerita yang aneh atau berbau mistik. Atau mungkin mereka memang tidak mau bercerita? Karena mungkin saja tidak hanya ada di Alas Purwo tetapi di hutan lain juga bisa ada.
Taman Nasional Alas Purwo terletak di ujung tenggara Pulau Jawa, tepatnya berada di Kecamatan Tegaldlimo dan Kecamatan Purwoharjo, Banyuwangi. Menurut https://www.balipost.com, Taman Nasional Alas Purwo telah ditetapkan sebagai salah satu kawasan Taman Bumi atau Geological Park (Geopark) Nasional pada tahun 2018 oleh Komite Geopark Nasional.
Sementara status sebagai Cagar Biosfer Dunia ditetapkan oleh UNESCO untuk Taman Nasional Alas Purwo dan Taman Wisata Alam Kawah Ijen yang kemudian dinamai Cagar Alam Blambangan oleh UNESCO pada sidang International Coordinating Council (ICC) Program MAB (Man and The Biosphere) UNESCO ke-28 di Kota Lima, Peru, 18-20 Maret 2016 silam.
ADVERTISEMENT
Konsep geopark adalah sebuah kawasan yang memiliki unsur-unsur geologi, termasuk nilai arkeologi, biologi dan budaya yang ada di dalamnya. Masyarakat setempat diajak berperan serta untuk melindungi dan meningkatkan fungsi warisan alam.
Sebelum menuju ke Taman Nasional Alas Purwo, kami bermalam di Glenmore Banyuwangi. Karena saudara sepupu yang tinggal di sini berjanji akan menjadi pemandu.
Setelah menyelesaikan sarapan kami berkumpul untuk berdoa agar perjalanan kami berjalan lancar dan tak lupa kami berfoto bersama. Sesaat sebelum meninggalkan penginapan,” Saudara-saudara yang saya cintai, untuk kelancaran dan keselamatan bersama mohon nanti di lokasi kita jaga tata tertib. Jangan sampai melakukan hal-hal yang membahayakan,” pesan sepupuku sekaligus pemandu.
Perjalanan diiringi oleh gerimis halus, kami menyusuri hutan Alas Purwo dalam keheningan. Menyusuri kawasan ini tak ubahnya menjelajahi alam liar yang konon merupakan tanah tertua di Pulau Jawa.
ADVERTISEMENT
Tujuan kami untuk melihat keindahan Pantai Pancur. Jarak pantai Pancur dari resort Rowobendo atau pintu gerbang Taman Nasional Alas Purwo 5 km dengan jarak tempuh kira-kira 25 menit. Kami berhenti sejenak di sini untuk membeli tiket masuk.
Setelah urusan administrasi selesai kami meninggalkan lokasi tersebut. Bus berjalan perlahan, kami menghitung kembali jumlah rombongan, ternyata seorang rombongan belum naik bus. Terpaksa kami berhenti lagi, menunggu dan mencari anggota yang tertinggal. Suasana ini cukup mengkhawatirkan dan mendebarkan mengingat cerita-cerita yang beredar. Alhamdulillah, tak lama kami menemukan anggota yang tertinggal. Ternyata sedang asyik minum kopi sambil menikmati suasana di warung sekitar resort, sehingga lupa waktu dan tidak menyadari kami sudah meninggalkan pintu gerbang.
ADVERTISEMENT
Perjalanan kami lanjutkan. Sangat kental dirasakan wisata alam ini memberikan suasana mencekam. Gerimis menjadi hujan, suasana agak gelap tidak ada cahaya matahari yang menemani perjalanan ini. Sunyi, hanya terdengar suara mesin kendaraan dan gemericik hujan. Semua penumpang menikmati perjalanan sambil melihat pemandangan di sebelah kanan dan kiri jalan. Hanya hutan dan kadang-kadang diselingi oleh kebun. Kami hampir tidak menjumpai kendaraan yang masuk ke lokasi ini. Hanya satu dua kendaraan yang bersisipan itupun sepertinya kendaraan dinas petugas taman nasional.
Bus yang kami tumpangi terus melaju membelah menembus hutan Alas Purwo. Sesekali pak supir mengurangi kecepatan bus karena jalan agak menikung atau bertemu dengan ranting yang menghalangi jalan.
Setelah sampai di resort Pancur, pak supir memarkirkan kendaraannya di sekitar resort Pancur. Cuaca mulai bersahabat, hujan reda kami berjalan kaki menuju kantor resort dan pos penjagaan. Namun sebelum sampai ke pantai hujan kembali turun, kamipun bergegas menuju mushola untuk berteduh menunggu hujan reda. Selain kami, ada beberapa orang pengunjung ikut berteduh di mushola ini.
ADVERTISEMENT
Setelah hujan reda kami melanjutkan berjalan kaki menuruni tangga beton agar sampai ke pantai. Di ujung tangga, sebelum sampai ke bibir pantai kami menemukan air terjun kecil yang berasal dari aliran sungai kecil. Air terjun kecil ini biasa disebut pancur yang jika diartikan berarti air mancur atau pancuran. Aliran sungai ini pun mengalir sepanjang waktu sehingga nampak seperti air terjun sungguhan. Air terjun ini terus mengalir menuju laut lepas.
Disepanjang tangga turun kami bisa menikmati burung-burung yang berlompatan. Suara gemericik aliran air sungai ikut menambah indahan suasana alam pantai Pancur. Pantai dengan pasir putih yang terhampar luas dihiasi dengan batuan vulkanik yang terdiri dari batuan gunung api tua, breksi gunung api dan lava semakin menambah daya tarik yang khas dari pantai ini.
Pantai pancur juga memiliki pepohonan lebat menambah suasana sejuk dan sekaligus dapat digunakan untuk tempat berteduh. Namun pengunjung perlu waspada karena banyak kera-kera berkeliaran yang dapat mengganggu kenyamanan pengunjung.
ADVERTISEMENT
Pantai pancur memiliki gelombang laut tingkat sedang sehingga relatif aman untuk tempat wisata camping bersama keluarga tercinta.