Konten dari Pengguna

Review Psycho-Pass: Kalau Hukum Diatur Mesin, Apakah Masih Ada Keadilan?

Sahda Huwaidah Estiningtyas
Mahasiswi jurusan Statistika di Universitas Gadjah Mada yang tertarik terhadap berbagai bidang sejak kecil, baik itu sastra, filsafat, matematika dan sains, maupun isu sosial dan pendidikan.
16 September 2024 9:42 WIB
·
waktu baca 4 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Sahda Huwaidah Estiningtyas tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Psycho-Pass adalah anime yang mengambil tempat di masa depan distopia di Jepang, di mana pemerintah menggunakan teknologi canggih untuk memantau dan mengendalikan masyarakat. Ceritanya fokus pada sistem Sibyl, sebuah sistem yang dapat mengukur kondisi mental, niat kriminal, dan potensi kejahatan seseorang melalui analisis psikologis yang disebut Psycho-Pass. Nilai dari Psycho-Pass seseorang dinyatakan dalam bentuk Crime Coefficient, yang jika terlalu tinggi, memungkinkan pihak berwenang untuk menahan atau bahkan mengeliminasi individu tersebut.
Picture from Netflix/Psycho-pass
zoom-in-whitePerbesar
Picture from Netflix/Psycho-pass
[Peringatan: isi artikel ini mengandung spoiler dari anime Psycho-Pass]
ADVERTISEMENT
Alur Cerita
Cerita ini mengikuti Akane Tsunemori, seorang inspektur baru di Biro Investigasi Kriminal. Akane ditugaskan untuk bekerja dengan Enforcers, orang-orang yang dulu juga punya Crime Coefficient tinggi dan sekarang digunakan oleh pemerintah untuk menangani kejahatan. Salah satu Enforcers yang bekerja dengan Akane adalah Shinya Kogami, yang dulu juga seorang inspektur sebelum Crime Coefficient-nya melonjak.
Seiring berjalannya waktu, Akane dan timnya dihadapkan pada serangkaian kejahatan yang dilakukan oleh seorang pria bernama Shogo Makishima, seorang villain karismatik yang bisa mengacaukan sistem Sibyl karena Crime Coefficient-nya tetap rendah meskipun dia melakukan tindakan keji. Hal ini membuat Makishima menjadi ancaman yang unik dan berbahaya, karena dia bisa membunuh atau 'melenyapkan' penduduk tanpa terdeteksi oleh Sibyl.
ADVERTISEMENT
Plot Twist
Plot twist utama dalam Psycho-Pass terjadi ketika Akane mengetahui kebenaran tentang Sistem Sibyl. Ternyata, Sibyl bukan hanya sebuah AI super canggih, tetapi sebenarnya adalah kumpulan otak ddariari indiindividu-individuvidu-individu yang memiliki psikopati atau kondisi mental tertentu yang memungkinkan mereka untuk berpikir di luar batas moralitas manusia biasa. Otak-otak ini bekerja bersama untuk menilai Crime Coefficient masyarakat, membuat keputusan tentang siapa yang harus diawasi atau 'dihilangkan'.
Sistem Sibyl | Picture from Netflix/Psycho-pass
Twist ini mengungkapkan bahwa sistem yang dipercaya oleh masyarakat untuk menjaga ketertiban dan keadilan sebenarnya dibangun di atas konsep yang sangat tidak etis dan mengerikan. Sibyl bukanlah sistem yang sempurna dan adil seperti yang diyakini oleh banyak orang, melainkan hasil dari kumpulan individu yang secara moral rusak, dan mereka menggunakan kekuasaan mereka untuk memutuskan nasib orang lain.
ADVERTISEMENT
Akane, yang awalnya idealis dan percaya pada keadilan, harus menghadapi kenyataan pahit ini dan memutuskan bagaimana dia akan menghadapi dunia yang dikuasai oleh sistem yang cacat tersebut. Dia memilih untuk tetap bekerja dalam sistem dengan harapan bisa mengubahnya dari dalam, meskipun dia tahu bahwa ini adalah tugas yang hampir mustahil.
Relevansi dengan Kehidupan Nyata
Sistem Sibyl dalam anime Psycho-Pass merepresentasikan gambaran tentang keadilan yang dikendalikan oleh algoritma yang tampaknya objektif, tetapi sebenarnya memiliki dasar yang sangat tidak etis. Ini mencerminkan kenyataan di dunia nyata, di mana banyak sistem hukum dan kebijakan publik sering kali dipengaruhi oleh berbagai faktor seperti politik dan kepentingan pribadi.
Anime ini juga menggambarkan dilema moral yang mendalam ketika Akane Tsunemori menghadapi kenyataan pahit tentang Sistem Sibyl. Individu yang bekerja dalam sistem yang cacat sering kali harus menghadapi pilihan sulit, antara tetap berada dalam sistem sambil berusaha memperbaikinya atau melawan sistem dengan risiko besar.
ADVERTISEMENT
Seperti dalam anime, di mana sistem yang dianggap adil ternyata penuh dengan kekurangan, sistem-sistem di dunia nyata juga sering kali gagal memenuhi prinsip keadilan yang sebenarnya. Banyak sistem yang dirancang untuk memberikan manfaat maksimal sering kali memiliki kelemahan mendalam yang tidak dapat mengakomodasi semua kebutuhan masyarakat. Psycho-Pass menunjukkan betapa pentingnya memastikan bahwa sistem yang dirancang untuk menegakkan keadilan tetap mempertimbangkan aspek moral dan etis yang mendasar.
Akhir Kata
Anime Psycho-Pass menggali tema besar tentang kebebasan, kontrol sosial, dan moralitas ddii dunia yang dikuasai oleh teknologi canggih. Dalam anime ini, sistem Sibyl yang seharusnya menjaga keamanan malah menunjukkan sisi gelap dari penggunaan teknologi - dari pengawasan yang berlebihan hingga ancaman terhadap privasi dan kebebasan pribadi. Plot twist besar yang mengungkapkan bahwa Sibyl adalah kumpulan otak-otak dengan kondisi mental ekstrem, memperlihatkan bahwa di balik sistem yang tampaknya adil, nyatanya terdapat kecacatan moral.
ADVERTISEMENT