Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.94.1
Konten dari Pengguna
Penyebab Rendahnya Keanekaragaman Hayati pada Ekosistem Estuaria
7 Juni 2022 14:11 WIB
Tulisan dari EUIS YUSNIATI 2021 tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Sebagai sebuah kesatuan dari ekosistem laut, estuari merupakan muara tempat peralihan antara habitat air laut dan air tawar yang memiliki peran kompleks terhadap keberlangsungan makhluk hidup. Estuari merupakan suatu zona semi tertutup pada lingkungan pesisir yang berhubungan langsung dengan laut lepas. Estuari bergerak dinamis sebagai tempat bertemunya antara air tawar dari sungai dan air laut.
ADVERTISEMENT
Estuaria berhubungan langsung dengan laut terbuka, hal ini membuat ekosistem estuaria menanggung dampak dari adanya kondisi pasang surut yang terjadi (Odum, 1971). Kondisi pasang surut yang terjadi menyebabkan tercampurnya air laut dengan air tawar. Adanya perbedaan karakteristik air tawar dan air laut menyebabkan pencampuran antar keduanya dapat terjadi secara keseluruhan maupun membentuk adanya stratifikasi. Percampuran yang terjadi pada kedua air menghasilkan sifat fisik lingkungan khusus yang memiliki sifat berbeda dengan karakteristik sungai maupun laut.
Ekosistem estuari sangat potensial bagi sektor perikanan sebab tingginya bahan organik yang dapat dimanfaatkan oleh organisme laut seperti nekton dan zooplankton. Selain itu, tingginya produktivitas lingkungan estuari dapat menjadi salah satu sektor perikanan misalnya untuk budidaya dan perikanan tangkap. Namun, estuaria mempunyai dinamika perairan yang sangat dipengaruhi oleh pasang surut air laut dan musim. Hal ini membuat organisme yang ada di perairan tersebut harus tahan terhadap perubahan-perubahan yang terjadi.
ADVERTISEMENT
Ekosistem ini selalu mengalami adanya proses dan perubahan lingkungan secara fisik maupun biologis sehingga menjadikan ekosistem estuari bersifat sangat dinamis. Apabila kondisi pada suatu perairan bersifat terlalu basa atau asam akan membahayakan keberlangsungan hidup suatu organisme. Hal ini dapat terjadi karena adanya gangguan yang terjadi terhadap metabolisme dan proses respirasi organisme (Barus, 1996). Salah satu contohnya adalah kandungan nutrien, salinitas, dan distribusi dapat terpengaruh karena variasi konsentrasi nutrien yang dapat mengubah keseimbangan distribusi suatu spesies.
Rendahnya jumlah spesies terutama disebabkan oleh fluktuasi kondisi lingkungan sehingga hanya spesies dengan spesifisitas fisiologis yang dapat bertahan hidup di muara. Hanya spesies dengan fisiologi tertentu yang mendiami ekosistem muara dari organisme hewan air tawar, muara asli, dan jenis fauna laut yang dapat bertahan hidup di perairan muara. Oleh karena itu, spesies fauna yang menghuni perairan muara lebih sedikit daripada jumlah organisme yang hidup di air tawar atau air laut. (Bengen, 2002). Selain rendahnya jumlah spesies fauna, estuaria juga minim akan keanekaragaman flora. Kekeruhan di perairan muara hanya mengakibatkan dominansi tanaman mencuat yang dapat tumbuh misalnya tanaman Scirpus grosus.
ADVERTISEMENT
Perubahan yang terjadi akibat pasang surut mengharuskan organisme yang menempati ekosistem tersebut melakukan penyesuaian. Adapun bentuk adaptasi yang dilakukan organisme tersebut di antaranya,
1. Adaptasi Morfologis
Tri Widodo dalam bukunya berjudul IPA Terpadu untuk SMP IX , menyatakan bahwa adaptasi morfologi adalah perubahan bentuk tubuh atau struktur alat-alat tubuh tertentu dai suatu organisme terhadap lingkungannya. Bentuk adaptasi morfologis dapat berupa terdapatnya rambut halus yang menyelimuti tubuh suatu organisme untuk menghambat penyumbatan permukaan ruang pernafasan oleh partikel lumpur.
2. Adaptasi Fisiologis
Adaptasi fisiologis ini menekankan pada fungsi organ tubuh agar tetap bertahan hidup (Sianipar, 2021). Misalnya, ketika organisme melakukan adanya mekanisme fisiologis untuk mempertahankan keseimbangan ion cairan tubuh (osmoregulasi) dalam menghadapi fluktuasi salinitas eksternal.
ADVERTISEMENT
3. Adaptasi tingkah laku
Bentuk adaptasi berbentuk tingkah laku terjadi misalnya saat hewan berusaha membuat lubang untuk masuk ke dalam lumpur (substrat dasar perairan) karena kurangnya kemampuan melakukan osmoregulasi dan untuk menghindari pemangsaan organisme predator.
Pencemaran pada laut dan sungai juga dapat menjadi alasan yang menyebabkan rendahnya keanekaragaman organisme yang tersebar pada ekosistem estuari. Hal tersebut dapat terjadi ketika limbah yang berasal dari laut dan sungai dapat terbawa arus menuju muara. Selain itu, bentuk pemanfaatan sumber daya hayati laut yang tidak memperhatikan daya dukung produktivitas kawasan estuari dapat membuat kawasan estuari terus mengalami tekanan sehingga mengakibatkan ada penurunan produktivitas organisme.
Referensi :
Barus, T. (1996). Metode Ekologis untuk Menilai Kualitas suatu Perairan. Medan: FMIPA USU.
ADVERTISEMENT
Bengen, G. D. (2002). Pedoman Teknis Pengenalan dan Pengelolaan Ekosistem Mangrove. Bogor: Pusat Kajian Sumberdaya Pesisir dan Kelautan, IPB.
Odum, E. P. (1971). Fundamentals of Ecology. London: W.B. SAUNDERS COMPANY.
Sianipar, H. F. (2021). FISIOLOGI BIOTA AIR. Tasikmalaya: Perkumpulan Rumah Cemerlang Indonesia.
Widodo, T. (2009). IPA Terpadu : Untuk SMP/MTs Kelas IX. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional.