Konten dari Pengguna

Cape Town Haus: Kisah Nyata Krisis Air yang Mengancam Kota

Euodia Brenda
Mahasiswa Hubungan Internasional Universitas Kristen Indonesia
29 Oktober 2024 6:39 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Euodia Brenda tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Cape Town, kota metropolitan terbesar kedua di Afrika Selatan, pernah mengalami salah satu bencana air terburuk dalam sejarah kontemporer. Kota ini hampir mencapai "Day Zero" pada tahun 2018, hari di mana jutaan orang tidak memiliki air di keran mereka.
ADVERTISEMENT
Krisis ini bermula dari kombinasi fatal antara pertumbuhan populasi yang cepat dan kekeringan yang berkepanjangan selama tiga tahun berturut-turut (2015-2017). Waduk utama yang memberikan air ke
sumber: freepik
zoom-in-whitePerbesar
sumber: freepik
Cape Town mengalami penurunan yang signifikan. Waduk terbesar Theewaterskloof, yang memasok 50% kebutuhan air kota, telah menyusut hingga hanya tersisa 13% kapasitasnya.
Pemerintah kota mengambil tindakan drastis untuk menangani situasi yang penting ini. Peraturan air sangat ketat, dan setiap orang hanya diizinkan menggunakan 50 liter air per hari. Volume ini setara dengan menyiram toilet lima kali atau shower selama sembilan puluh detik. Jika seseorang melanggar peraturan ini, mereka akan dikenakan denda berat.
Dalam menghadapi bencana ini, masyarakat Cape Town menunjukkan ketabahan yang luar biasa. Mereka menghemat air dengan memasang tangki penampungan air hujan dan menggunakan air bekas untuk menyiram toilet. Sebagian besar taman publik beralih ke tanaman yang tahan kekeringan, dan hotel pun mengganti kolam renang mereka dengan air laut.
ADVERTISEMENT
Sektor bisnis juga menyumbang banyak. Sektor pertanian, yang mengkonsumsi sebagian besar pasokan air, menunjukkan tingkat efisiensi yang sangat tinggi. Perusahaan berinvestasi dalam teknologi daur ulang air dan desalinasi skala kecil.
Upaya bersama ini memungkinkan Cape Town untuk menghindari "Day Zero". Krisis ini, bagaimanapun, meninggalkan pelajaran berharga tentang pentingnya manajemen air yang berkelanjutan. Dengan infrastruktur yang lebih tangguh dan sistem pemantauan yang lebih baik, kota ini sekarang menjadi model ketahanan air perkotaan di seluruh dunia.
Pengalaman Cape Town ini menjadi sebuah peringatan bagi kota-kota di seluruh dunia. Krisis air menjadi realitas yang harus diantisipasi karena perubahan iklim dan pertumbuhan populasi yang pesat. Kota-kota harus membuat rencana jangka panjang untuk memastikan ketersediaan air mereka. Rencana ini harus mencakup diversifikasi sumber air dan mengedukasi masyarakat tentang cara menggunakan air dengan bijak.
ADVERTISEMENT