Literasi sebagai Pondasi Dasar dalam Memajukan Peradaban Bangsa

Eva Noor Fitriyani
Universitas Muhammadiyah Ponorogo // Bekerja sebagai Content Writer pada beberapa Writer Agency
Konten dari Pengguna
16 Maret 2023 11:04 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Eva Noor Fitriyani tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan

Pendidikan merupakan manifestasi penting dalam kemajuan peradaban. Pendidikan berperan penting dalam pengentasan kebobrokan berpikir putra-putra bangsa. Salah satu upaya perbaikan dan peningkatan kualitas pendidikan adalah melalui Budaya Literasi. Budaya Literasi menjadi topik hangat yang akhir-akhir ini selalu diangkat oleh Kemdikbudristek dalam rangka meningkatkan mutu pendidikan.

ADVERTISEMENT
ADVERTISEMENT
Ilustrasi: Literasi berperan penting dalam kemajuan peradaban. (Sumber: Shutter Stock)
Pendidikan merupakan pilar penting dalam mewujudkan cita-cita bangsa yaitu tercapainya kecerdasan bangsa. Hal ini dilakukan agar tujuan Indonesia untuk menjelma menjadi bangsa dengan peradaban yang maju dapat tercapai secara utuh dan menyeluruh. Instrumen yang dapat dioptimalkan secara holistik dalam mencapai itu semua adalah melalui peningkatan dalam dunia pendidikan. Pendidikan memainkan peranan sentral yang menentukan bagaimana kualitas daripada sumber daya manusia yang ada. Pendidikan juga menjadi kunci dalam kaitannya dengan pemutakhiran terhadap kapabilitas pada poros bangsa itu sendiri. Maka sangat diwajarkan manakala, semua bangsa di dunia ini akan terus berpacu dan berlomba – lomba dalam meningkatkan kualitas pendidikan demi mencapai kemajuan peradabannya.
Pendidikan yang merupakan manifestasi dari kemajuan peradaban, sejatinya tidaklah dapat dihiraukan. Pendidikan sebagai parameter untuk mengukur tingkat kekuatan pada segala sektor yang ada. Sebagai contoh, majunya sistem perpolitikan yang dianut oleh suatu bangsa, tidak lepas dari pendidikan itu sendiri. Majunya perekonomian sebagai pilar kesejahteraan masyarakat, pula adalah buah manis dari berkualitasnya pendidikan. Sebab, pendidikan tidak hanya berbicara soal tujuan yang hendak dicapai, melainkan lebih dari itu, pendidikan memiliki esensi dan substansi yang kuat. Pemberdayaan sumber daya manusia melalui pendidikan, bukan lagi bernilai kewajiban secara formil. Melainkan, merupakan kebutuhan yang harus dipenuhi oleh setiap insan.
ADVERTISEMENT
Maka secara teoritik ¬ - formil , pendidikan memiliki peran vital dalam pengentasan sumber daya manusia dari kebobrokan berpikir, bertindak, dan membuat keputusan. Selain itu, pendidikan juga dapat diintepretasikan dengan pedagogi, hal ini lantaran pendidikan merupakan suatu disiplin ilmu yang terkait dengan proses pemeradaban, pemberbudayaan, dan pendewasaan manusia. Secara definitif, pendidikan sendiri dapat diterjemahkan sebagai usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan oleh dirinya dan masyarakat (UU Sisdiknas, No. 20 Tahun 2003).
Berangkat dari hal inilah, upaya peningkatan pada ranah pendidikan merupakan suatu hal yang bersifat wajib dan mutlak. Dimana agar tercapai kualitas pendidikan yang mumpuni, diperlukan juga adanya penekanan terhadap dunia literasi. Pemahaman yang paling umum dari literasi adalah seperangkat keterampilan nyata. khususnya keterampilan kognitif membaca dan menulis yang terlepas dari konteks di mana keterampilan itu diperoleh dan dari siapa memperolehnya. Unesco menjelaskan bahwa kemampuan literasi merupakan hak setiap orang dan merupakan dasar untuk belajar sepanjang hayat. Kemampuan literasi dapat memberdayakan dan meningkatkan kualitas individu, keluarga, masyarakat. Karena sifatnya yang dapat memberikan efek untuk ranah yang sangat luas, kemampuan literasi membantu memberantas kemiskinan, mengurangi angka kematian anak, pertumbuhan penduduk, dan menjamin pembangunan berkelanjutan, dan terwujudnya perdamaian.
Ilustrasi: Buku sebagai sumber Literasi. Sumber: Shutter Stock
Literasi memang tidak bisa dilepaskan dari bahasa. Seseorang dikatakan memiliki kemampuan literasi apabila ia telah memperoleh kemampuan dasar berbahasa, yaitu membaca dan menulis. Jadi, makna dasar literasi sebagai kemampuan baca tulis merupakan pintu utama bagi pengembangan makna literasi secara lebih luas. Cara yang digunakan untuk memperoleh literasi adalah melalui pendidikan. Budaya literasi tentunya sangat penting ditingkatkan di sekolah. Kemampuan dasar literasi yang berupa kemampuan membaca menulis harus menjadi prioritas utama dalam dunia pendidikan. Banyak manfaat yang didapatkan dari hasil membaca. Dengan membaca, kita bisa mendapatkan informasi dan pengetahuan yang lebih luas dan terarah, sehingga kemampuan dalam menjelajahi dan mencerna informasi akan semakin tajam.
ADVERTISEMENT
Namun permasalahan yang terjadi di bangsa ini sekarang adalah rendahnya minat dalam dunia literasi, terutama dalam membaca. Merujuk pada hasil survei United Nations Educational, Scientific and Cultural Organization (Unesco), indeks tingkat membaca masyarakat Indonesia hanya 0,001 persen. Artinya, hanya ada satu orang dari 1000 penduduk yang masih ‘mau’ membaca buku secara serius (tinggi). Kondisi ini menempatkan Indonesia pada posisi 124 dari 187 negara dalam penilaian Indeks Pembangunan Manusia (IPM). Melihat rendahnya minat membaca masyarakat Indonesia, ini akan berdampak pada rendahnya kualitas sumber daya manusia Indonesia yang akan menghadapi MEA (Mayarakat Ekonomi Asean) sehingga masyarakat Indonesia akan sangat sulit untuk bisa bersaing dengan masyarakat dari negara lain di Asean. Bahkan mengutip dari hasil Asesmen Nasional tahun 2021, menunjukkan bahwa skor literasi membaca peserta didik di Indonesia masih rendah dan belum mengalami perubahan secara signifikan di bawah rata – rata peserta didik di negara OECD.
ADVERTISEMENT
Oleh karenanya dalam rangka menjawab polemik tersebut. Kemendikbudristek meluncurkan inovasi program terbaru yang dinamakan dengan “Merdeka Belajar Episode ke – 23” pada tahun 2022. Dimana dalam program ini, Kemendikbudristek menyediakan lebih dari 15 juta eksemplar buku bacaan bermutu disertai dengan pelatihan dan pendampingan yang ditujukan kepada lebih dari 20 ribu PAUD dan SD yang tersebar di seluruh Indonesia. Hal ini dilakukan untuk meningkatkan minat baca pelajar Indonesia yang dirancang sejak masih duduk di bangku sekolah dini dan dasar. Implementasi program ini melalui tiga pilar, yang diantaranya adalah ; pemilihan dan perjenjangan, cetak dan distribusi, serta pelatihan dan pendampingan. Pada pilar pertama, yakni pemilihan dan perjenjangan, difokuskan pada pemilihan buku bacaan berdasarkan kriteria buku bacaan bermutu, yaitu buku yang sesuai dengan minat dan kemampuan baca peserta didik. Pilar kedua, cetak dan didistribusi adalah program dari kemendikbudristek yang menyediakan 15.356.486 eksemplar (716 judul) buku bacaan yang bermutu, dengan rincian pendistribusian kepada 5.963 PAUD di daerah 3T dan 14.595 SD di daerah 3T dan daerah dengan nilai kompetensi literasi/numerasi merah. Sementara itu, pilar pelatihan dan pendampingan dimaksudkan dalam tujuan keberhasilan penggunaan buku bacaan pada kemampuan kepala sekolah, guru, dan pustakawan dalam mengelola buku bacaan serta memanfaatkan buku bacaan untuk peningkatan minat baca dan kemampuan literasi siswa. Kemendikbudristek merancang dan melaksanakan program ini dengan harapan, agar masyarakat Indonesia secara luas memiliki ketertarikan dalam dunia membaca yang barang tentu akan berdampak positif.
ADVERTISEMENT
Namun program ini tidak akan dapat berjalan secara maksimal tanpa adanya kontribusi dari masyarakat setempat. Masyarakat perlu kemudian menjadi ujung tombak dalam mensukseskan program ini. Strategi yang dapat dilaksanakan oleh Kemendikbusristek terhadap masyarakat agar terciptanya efek berkelanjutan kepada masyarakat adalah dengan memaksimalkan tiga pilar yang telah penulis paparkan di atas dengan melibatkan seluruh elemen masyarakat yang ada, khususnya pada orang tua dan pendidik. Melalui pemilihan dan perjenjangan, cetak dan distribusi, serta pelatihan dan pendampingan yang juga ditujukan kepada masyarakat sebagai pemain utamanya. Tujuan dari strategi ini adalah untuk dapat mewujudkan program yang telah dirancang secara terstruktur ini dengan baik ketika dilaksanakan di lapangan. Terakhir, pendidikan yang memang memegang peran sentral bagi kemajuan suatu bangsa, harus mendapatkan predikat prioritas untuk meningkatkannya. Apabila minat baca masyarakat dapat dipupuk sedari usia dini, maka kemajuan bangsa bukan lagi hal yang sulit dilakukan. Kualitas daripada sumber daya manusia terletak dari baiknya pendidikan yang ada.
ADVERTISEMENT