Konten dari Pengguna

Cerita dalam Cinta pada Pandangan Pertama

Eva Septya
Mahasiswi Institut Teknologi dan Bisnis Ahmad Dahlan Jakarta
6 Maret 2022 16:51 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Eva Septya tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Gambar sendiri aku bersamanya
zoom-in-whitePerbesar
Gambar sendiri aku bersamanya
ADVERTISEMENT
Cinta pada pandangan pertama memang sebuah anugerah yang tuhan berikan ke kita, tetapi tak semua orang bisa merasakannya, itulah mengapa cinta pada pandangan pertama sangat berkesan bagi kita yang mengalaminya. Mungkin ucapan dan kata - kata tidak cukup mampu untuk menggambarkan suasana hati dan perasaan kita.
ADVERTISEMENT

Seperti hal nya yang saya rasakan dulu, ketika saya merasakan momen saat saya jatuh cinta pada pandangan pertama. Ketika itu saya bertemu si dia yang sekarang sebagai kekasih saya, kita dipertemukan dalam satu tempat yang mungkin benar - benar belum pernah kita bayangkan sebelumnya yaitu di depan lobby kampus kita berkuliah.

Saya ingat waktu itu kita masih mau melakukan pendaftaran beasiswa di salah satu kampus di jakarta yang sekarang sebagai tempat kita kuliah, dan saat itu saya merasakan hal berbeda ketika saya memandangnya, cuma waktu itu saya pikir semua hanyalah hal yang biasa, karena mungkin kita bertemu dengan orang belum kita kenal sebelumnya.
Dengan berjalannya waktu, kita di pertemukan kembali saat kita akan melakukan tes tulis dan wawancara untuk menindak lanjuti pendaftaran beasiswa kita, dan anehnya hal sama yang saya rasakan ketika saya memandang dia waktu pertama, dari situ kenyamanan dan rasa penasaran saya mulai tumbuh pada dia.
ADVERTISEMENT
Lalu kemudian dengan polosnya saya waktu itu, saya memberanikan diri untuk mengajaknya berbicara, panjang lebarnya kita bicara pada akhirnya kita saling tukar nomor whatsapp. Setelah itu kita lanjut obrolan melalui whatsapp, saya ingat betul pertama kali yang kita bicarakan melalui wa itu dengan sebuah obrolan yang biasa, saat itu awalnya dengan pertanyaan terkait tujuan masuk kampus tersebut itu apa yang pertama kali saya lontarkan ke dia.
Suatu ketika dalam pertemuan kita yang selanjutnya, dengan rasa nyaman itu saya memberanikan diri untuk menyatakan perasaan saya ke dia, bahwasanya saya merasa nyaman ketika kita berbicara dan menyukai dia ketika saya berada di sampingnya, dan saya merasa tidak menyangkah saat itu ketika dia menjawabnya tanpa berpikir panjang, mengatakan yang sama halnya seperti yang saya katakan terakait perasaan saya, dan akhirnya kita berkomitmen satu sama lain.
ADVERTISEMENT