Konten dari Pengguna

Kehilangan

Eva Septya
Mahasiswi Institut Teknologi dan Bisnis Ahmad Dahlan Jakarta
4 Maret 2022 10:12 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Eva Septya tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Gambar sendiri dengan tatapan sedih kehilangan
zoom-in-whitePerbesar
Gambar sendiri dengan tatapan sedih kehilangan
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Kita tidak akan pernah tahu seseorang akan meninggalkan di hidup kita, meninggalkan karena merasa kecewa atau meninggalkan karena putus cinta bahkan meninggalkan karena ajal yang memang memisahkan. Sebab kematian setiap seseorang yang hidup pasti akan mengalaminya tanpa memberi tanda dan datang secara tiba - tiba.
ADVERTISEMENT

Kita pasti akan mengalami kehilangan yang mendalam pada orang terdekat kita entah itu keluarga, teman, tetangga, dan pahlawan yang berjasa dalam hidup kita.

Sebagai manusia biasa kita menginginkan seseorang terus hidup lama bersama kita. Itu karena ada rasa cinta, sayang, dan kenyamanan yang dia berikan. 17 tahun saya denganya, seorang wanita yang berumur setengah abad yang memang tidak dianugerahi seorang anak tetapi dia juga merawat berberapa anak dari saudara kandungnya, dari saya kecil saya dirawat dan dididik olehnya hingga dewasa kini. Ya, memang aku bukan anak dari kandungnya tetapi saya begitu merasakan kasih dan sayangnya lebih kepada saya.
Sudah semestinya saya berbakti kepadanya layaknya kepada kedua orang tua saya sendiri, saya mencoba bertutur kata yang baik dan lemah lembut sejak kecil, saya mematuhi perintahnya dengan rasa sabar apalagi sewaktu beliau sakit dan saya pun harus merawatnya sebagaimana beliau merawat saya semasa kecil, sungguh beliau wanita tangguh melawan rasa sakit yang di deritanya belasan tahun, beliau mengalami diabates yang cukup parah dalam 1 tahun sebelum kematiannya.
ADVERTISEMENT
Kebimbangan waktu itu saya harus memilih melanjutkan belajar di desa atau di kota perantauan, pada akhirnya saya mendapatkan suatu jalan yaitu beasiswa di salah satu Perguruan Tinggi Mahasiswa Zona 3 yaitu kampus sang pencerah Institut Teknologi dan Bisnid Ahmad Dahlan Jakarta.
Dua tahun sudah saya berkuliah tiba - tiba ibu mengabari nenek saya, sakit parah sambil menanti kedatangan saya, karena saya khawatir dan merasa cemas ketika mendengarkan kabar tersebut, untuk itu saya harus cepat pulang ke kampung halaman, sesudah saya sampai dirumah, semua nampak berbeda diraut wajah nenek seperti terakhir saya melihatnya, saat itu nampak pucat dan lebih kurus dengan berbaring diatas kasur. Saya dengan tatapan sedih dan cemas, nenek nampak bahagia akan kedatangan saya dengan senyuman tipis di bibirnya, tapi sayang hanya 7 hari terakhir itu saya mampu melihatnya dan merawatnya.
ADVERTISEMENT
Semeninggalnya saya merasa tiada lagi yang memperhatikan dan tiada lagi yang menanti kedatangan saya ketika saya balik dari kota. Sungguh saya rindu gelik tawa saat bersamanya dan saya juga rindu akan nasehat - nasehat. Terkadang, saya tak ikhlas akan kehilangannya karena saya takut tidak ada lagi yang sepertinya, nenekku.