Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.89.0
Konten dari Pengguna
Perang Tarif Dua 'Raksasa' Ekonomi Dunia
8 April 2018 10:27 WIB
Diperbarui 14 Maret 2019 21:10 WIB
Tulisan dari eva situmorang tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Pemerintah China telah mengumumkan untuk menerapkan tarif baru untuk 128 barang impor dari Amerika Serikat (AS) yang akan mulai berlaku besok, hal ini dilakukan untuk merespons tarif baru yang diberlakukan AS untuk baja dan besi dari China beberapa waktu lalu.
ADVERTISEMENT
Komisi Tarif Bea Cukai dari State Council China akan menerapkan kenaikan tarif baru sebesar 15% pada produk buah-buahan dari AS, dan 25% pada delapan produk lainnya dari AS, seperti daging babi. China secara resiprokal akan memberlakukan kenaikan tarif hingga besarnya sama dengan jumlah yang diberlakukan AS terhadap produk China.
Menurut pernyataan dari Kementerian Perdagangan China, kenaikan tarif ini bertujuan untuk menjaga kepentingan nasional mereka dan menyeimbangkan kerugian yang disebabkan oleh tarif baru AS terhadap beberapa produk China. AS telah menerapkan kenaikan 25% tarif untuk besi dan 10% untuk baja dari China yang total nilainya mencapai USD 50 miliar.
China sudah berulang kali menyatakan kesiapannya untuk berhadapan dengan AS dan kebijakan proteksionismenya. China telah bersiap-siap untuk mengambil langkah melawan kebijakan AS yang berencana untuk memberlakukan daftar tarif baru untuk barang-barang dari China yang bernilai hingga USD 100 miliar, pada komoditas seperti mesin, alat komunikasi, dan teknologi informasi. Jika AS resmi memberlakukan tarif baru itu, maka China akan menaikan tarif komoditas pesawat terbang, mobil, dan kacang kedelai dari AS.
ADVERTISEMENT
Kementerian Perdagangan China telah mengeluarkan pernyataan yang meminta AS untuk mencabut kebijakan protektif yang melanggar aturan WTO (World Trade Organization). Salah satu langkah yang diambil China untuk mengatasi pertikaian dagang ini adalah melalui penyelesaian sengketa melalui mekanisme WTO.
Namun, jika pertikaian perdagangan ini semakin meningkat maka menurut Ren Zeping, pakar ekonomi dari Perusahaan Property Evergrande, China yang merupakan negara paling banyak memegang Treasury Bond AS, bisa jadi akan menjual kembali Treasury Bond AS yang dimiliki, yang dapat menganggu perekonomian AS.