Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
Konten dari Pengguna
Gestalt Principle: Menelaah 'Keajaiban' Otak dalam Membentuk Persepsi Visual
26 November 2021 6:22 WIB
·
waktu baca 5 menitTulisan dari Evana Anindya Krisna Putri tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
“ The whole is ‘other’ than the sum of its parts” - Kurt Koffka
ADVERTISEMENT
Apa yang kamu lihat waktu pertama kali melihat foto di atas? Apakah kamu melihat dua orang yang saling memandang? Atau kamu melihat sebuah vas bunga berlekuk yang berdiri tegak? Bisakah kamu memilih salah satu? Atau menurutmu gambar di atas dapat dipersepsikan secara berbeda?
Pada dasarnya, gambar di atas dapat dipersepsikan sebagai dua orang yang saling memandang maupun sebuah vas bunga berlekuk. Mengapa begitu? Gambar di atas adalah satu dari sekian banyak jenis dari prinsip gestalt (gestalt principle), yaitu figure-ground. Prinsip gestalt merupakan salah satu dasar dari beragam konsep sensasi dan persepsi yang mampu memberikan penjelasan mengenai interaksi antara bagian-bagian dan keseluruhan bentuk. Prinsip ini pertama kali dicetuskan oleh Kurt Koffka, psikolog kognitif yang berasal dari Jerman di tahun 1920-an, Koffka sangat tertarik bagaimana manusia mengelola informasi secara visual (Wong, 2010).
ADVERTISEMENT
Menurut King (2017), persepsi visual dapat dibagi menjadi beberapa bagian yang meliputi shape (bentuk) dan depth (kedalaman). Dalam prinsip Gestalt akan banyak dibahas ketika kita ingin mengetahui bagaimana otak manusia dapat memproses dan mempersepsikan bentuk.
Beberapa contoh bentuk dalam prinsip gestalt meliputi:
1. Figure-Ground
Figure-ground hadir untuk menjelaskan bagaimana cara kerja otak mempersepsikan suatu informasi berdasarkan preferensi individu dalam menekankan atensi. Jika kamu sebelumnya mempersepsikan gambar ini sebagai dua orang yang saling bertatapan, maka kamu menganggap wajah tersebut sebagai hal utama (figure) dan vas bunga berlekuk menjadi latar belakangnya.
2. Perceptual Grouping
- Similarity
Similarity menjelaskan kecenderungan seseorang mempersepsikan sesuatu berdasarkan kemiripan kelompok warna atau bentuk.
- Proximity
Jika similarity dipersepsikan karena kemiripan warna atau bentuk, prinsip proximity cenderung menjelaskan bagaimana manusia mempersepsikan sesuatu berdasarkan kedekatan jarak antar objek. Hal ini berkaitan dengan jarak antar kolom dan baris yang memberikan efek dramatis terhadap cara pandang kita (Wong, 2010).
ADVERTISEMENT
- Closure
Apa yang bisa kamu lihat dari gambar ini? Apakah kamu melihatnya sebagai lingkaran tak utuh saling mengelilingi atau kamu bisa mengenali pola segitiga di dalamnya? Prinsip closure menjelaskan tendensi kita untuk melihat garis yang terputus sebagai satu bentuk yang lebih utuh atau tertutup.
- Continuity/continuation
Prinsip continuity menjelaskan bagaimana otak kita mempersepsikan suatu hal sebagai garis yang tegak lurus dan tidak terinterupsi.
- Symmetry
Prinsip symmetry ini menjelaskan bagaimana tendensi individu untuk mempersepsikan suatu hal membentuk pola yang simetris.
Lalu bagaimana cara otak kita mampu mempersepsikan informasi ini? Ayo kita mulai dengan memahami tentang persepsi terlebih dahulu. Persepsi didefinisikan sebagai cara kerja optimal untuk mengelaboras, mengidentifikasi, dan menginterpretasikan informasi yang diperoleh indra manusia, yang dalam hal ini adalah indra penglihatan (Barnes & Pinel, 2018). Untuk dapat dipersepsikan, informasi ataupun pengalaman individu ini harus melalui rangkaian pola aktivitas otak yang cukup rumit.
ADVERTISEMENT
Sensory receptor dari indra visual (photoreception) akan mendeteksi cahaya dan mengidentifikasi bentuk yang tertangkap oleh mata. Sensory receptor sendiri merupakan saraf yang tersebar di berbagai bagian tubuh yang berperan menangkap informasi dari lingkungan seperti informasi visual, auditory, dan lain sebagainya (King, 2017). Informasi yang diintegrasi dari berbagai reseptor kemudian dilanjutkan ke otak. Dalam hal ini, bagian otak lobus oksipital akan memproses informasi visual yang telah diubah ke dalam energi kimia dan diteruskan ke lobus frontal untuk kemudian diinterpretasikan. Menurut Solso., dkk (2014) selama proses ini, terdapat pula peran dari korteks serebral yang berfokus pada atensi, persepsi, dan berpikir. Namun, sebelum sampai ke korteks serebral, informasi tersebut harus melalui brain relay station terlebih dahulu, yaitu thalamus.
ADVERTISEMENT
Bukankah hal ini cukup rumit? Apakah kamu dapat membayangkan betapa ajaibnya otak kita karena mampu mempersepsikan suatu hal dalam hitungan detik?
Menurut Law of specific nerve energies yang dipaparkan oleh Johannes Muller (dalam Kalat, 2015) mengatakan bahwa ketika informasi yang ditangkap indera menghidupkan saraf tertentu, hal ini akan mendorong otak untuk menginterpretasikan informasi yang diperoleh sehingga informasi memiliki makna yang lebih jelas. Optic nerve pada indra penglihatan akan meneruskan informasi kimiawi ke otak melalui potensial aksi (Rachlin, 2005). Poin utama dari hukum ini adalah bagaimana pengalaman yang disadari oleh manusia terkait stimulus tertentu akan diteruskan langsung pada bagian otak yang mampu menginterpretasikan hal tersebut.
Sementara itu, menurut constructive perception yang dibahas oleh Solso., dkk (2014), individu cenderung membangun persepsi melalui tindakan aktif yaitu melalui elaborasi persepsi, sensasi, dan memori yang ia pilih.
ADVERTISEMENT
Saat ini, implikasi dari prinsip gestalt terus dikembangkan di berbagai negara dan di berbagai bidang ilmu pengetahuan seperti yang dilakukan oleh peneliti teknik elektronika Korea Selatan Jo dkk (2013) yang tertarik untuk memahami mekanisme atensi dan peran indra visual dalam mempersepsi objek berdasarkan persepsi gestalt. Berbeda dengan ini, Alawadhi (2010) menggali lima prinsip gestalt untuk pengembangan animasi dan ilustrasi website. Gavet dkk (2007) dari prancis juga membahas mengenai prinsip gestalt dalam aplikasinya untuk Computer Image analysis. Jadi, apakah kamu tertarik untuk menjadi salah satu dari sekian banyak pengembang prinsip gestalt ini di masa depan?
Referensi:
Alawadhi, H. (2010). Form perception: An Interactive guide to the Gestalt principles.
Barnes, S. J., & Pinel, J. P. (2018). Biopsychology. Pearson.
ADVERTISEMENT
Gavet, Y., Pinoli, J. C., Thuret, G., & Gain, P. (2007, March). Human visual perception, gestalt principles and duality region-contour-application to computer image analysis of human cornea endothelium. In VISAPP (2) (pp. 221-224).
Jo, H., Ojha, A., & Lee, M. (2013, November). A study on region of interest of a selective attention based on gestalt principles. In International Conference on Neural Information Processing (pp. 41-48). Springer, Berlin, Heidelberg.
Kalat, J. W. (2015). Biological psychology. Cengage Learning.
King, L. A. (2017). The science of psychology: An appreciative view. New York, NY : McGraw-Hill Education
Rachlin, H. (2005). What Müller's law of specific nerve energies says about the mind. Behavior and Philosophy, 41-54.
ADVERTISEMENT
Solso, R. L., MacLin, M. K., & MacLin, O. H. (2014). Cognitive psychology (8th ed.). Pearson Education New Zealand.
Wong, B. (2010). Points of view: Gestalt principles (Part 1). nature methods, 7(11), 863.