Konten dari Pengguna

Pelajaran Moral dari KKN di Desa Penari

Evelyn Anggraini Dyah Pramesti
Journalism Student at Politeknik Negeri Jakarta
17 Juni 2022 21:24 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Evelyn Anggraini Dyah Pramesti tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Pemeran Widya, Nur, Ayu, Bima, Anton, dan Wahyu dari film KKN di Desa Penari / Sumber: Instagram @kknmovie
zoom-in-whitePerbesar
Pemeran Widya, Nur, Ayu, Bima, Anton, dan Wahyu dari film KKN di Desa Penari / Sumber: Instagram @kknmovie
ADVERTISEMENT
Sudahkah kamu menonton KKN di Desa Penari di bioskop kesayanganmu? Sebuah film horor mistis mengisahkan suatu kelompok mahasiswa berjumlah enam orang yang harus melakukan program pengabdian masyarakat di suatu desa terpencil. Cerita ini berdasarkan thread Twitter oleh Simpleman dan sempat viral beberapa tahun lalu.
ADVERTISEMENT
Film itu berhasil memikat ketertarikan banyak orang untuk menyaksikannya, entah penasaran karena sudah lama ditunggu-tunggu ataupun kepincut dari beredarnya potongan klip adegan Ayu yang menari di bawah kendali Badarawuhi di media sosial, seperti TikTok. Hal ini dibuktikan dengan penjualan tiketnya mencapai jutaan lebih dan meraih rekor sebagai film Indonesia terlaris sepanjang masa.
Ketika filmnya masih booming, aku berkeinginan untuk menontonnya di bioskop terdekat. Aku justru penasaran dengan keseluruhan ceritanya berdasarkan versi filmnya–mengetahui bahwa aku pernah membaca thread-nya yang sempat trending itu, meskipun hanya mengingat beberapa bagian saja.
Sesampainya di bioskop, terlihat cukup ramai dipenuhi oleh kalangan anak-anak, muda-mudi, hingga yang dewasa. Maklumlah, pada saat itu selain film KKN di Desa Penari, ada juga keluaran dari Marvel Studios, yakni Doctor Strange in The Multiverse of Madness. Untung saja, aku sudah membeli tiket secara online sehingga tidak perlu mengantre lama di loket tiket. Setelah menunggu sekitar setengah jam, akhirnya aku memasuki ruangan studionya dan menonton film itu yang berdurasi sekitar 120 menit.
ADVERTISEMENT
Kesan pertamaku adalah ceritanya cukup tersampaikan, meskipun tidak semua bagian dari thread Twitter itu ada di dalam filmnya; tentunya mempengaruhi durasi juga. Pemilihan latar tempat dan suasananya juga mendukung imajinasiku sembari mengingat kembali cerita viral itu. Para pemainnya juga sangat baik melakoni perannya, apalagi mereka memakai bahasa atau dialek khas Jawa Timur-an.
Peribahasa “Di mana bumi dipijak, di situ langit dijunjung” sepertinya cocok dan mendukung kisah menyeramkan ini. Inilah beberapa nilai moral yang aku tangkap dari film tersebut agar menjadi teladan bagi semua orang.

1. Mencari tahu lebih informasi terkait tempat yang ingin dikunjungi.

Nur dan Ayu begitu memohon kepada sang Kepala Desa, Pak Prabu untuk mengizinkan kelompok KKN-nya melakukan program kerja di desanya. Seharusnya, mereka bisa mencari tahu dahulu bagaimana asal-usul, kebiasaan masyarakat, adat istiadat, lingkungan, dan tata krama yang ada. Hal itu juga berguna sebagai bahan pertimbangan mereka dalam menentukan lokasi KKN.
ADVERTISEMENT

2. Fokus terhadap tujuan.

Alih-alih melaksanakan program kerjanya, Bima menunjukkan perubahan sikap akibat secara sadar tak sadar mengikuti perintah Badarawuhi demi keselamatan Widya. Dari ia memasuki Tapak Tilas yang sangat dilarang Kepala Desa hingga memiliki benda sakral, seperti selendang hijau dan kawaturih (gelang penari). Hal ini menyebabkan kegiatan KKN mereka mulai menjadi berantakan.

3. Menjaga sikap dan etika.

Ketika Nur, Widya, dan Ayu tengah menginap sementara di rumah milik Bu Sundari, salah satu warga desa itu. Beliau mengingatkan mereka bertiga untuk hati-hati dalam berbicara karena siapapun bisa mendengarnya. Tak hanya itu, beliau juga menegaskan kepada Ayu agar berpakaian lebih sopan.

4. Jika merasa diganggu oleh suatu makhluk lain, segera melaporkan ke pihak yang berkepentingan.

Seharusnya, sedari awal para anggota KKN menceritakan apa yang telah mereka alami di desa itu kepada Pak Prabu sebagai langkah preventif sebelum malapetaka muncul; dari bertemu dengan makhluk halus ataupun teror dari sosok Badarawuhi.
ADVERTISEMENT

5. Bila ada sesuatu yang dilarang oleh masyarakat setempat, maka patuhilah.

Seperti yang dikatakan Pak Prabu bahwasannya para anggota KKN itu dilarang melewati bahkan memasuki Tapak Tilas, sebuah daerah perbatasan antara tempat masyarakat tinggal dan tempat makhluk halus di hutan.

6. Segeralah melapor bila menemukan benda asing yang tidak biasa.

Ketika Nur menemukan selendang hijau dan kawaturih di dalam tas temannya, ia seharusnya bisa langsung memberitahukan Pak Prabu untuk mencegah hal yang tidak diinginkan. Hal serupa juga terjadi saat ia dan Anton mendapati sesajen dengan foto Widya dan seekor ular yang mendesis di lemari Bima.

7. Jangan melakukan tindakan yang tidak sewajarnya.

Sesuai dengan ceritanya, Bima dan Ayu melakukan hal yang tidak pantas di suatu permandian yang ada pada Tapak Tilas. Hal ini berakibat fatal bagi mereka dan mau tidak mau harus menjalani hukuman yang setimpal.
ADVERTISEMENT

8. Tidak meminta sesuatu atau menyetujui perintah dari makhluk lain.

Berdasarkan suatu kepercayaan, bila bersekutu dengan bangsa jin atau semacamnya, maka kita pastinya akan dimintai balasan, sebagaimana sudah disetujui dalam perjanjian bersama. Ketika kita melanggarnya, mereka akan mencari sesuatu dari kita sebagai penggantinya atau dikenal dengan istilah tumbal.
Dari film KKN di Desa Penari, kita dapat mengambil dan mempelajari hikmah dari nilai-nilai moralnya tersebut. Suatu tempat di mana pun, tentu memiliki budaya dan adat istiadat masyarakat setempat yang masih kental. Sebagai manusia yang berbudi pekerti, tergantung dari individu masing-masing untuk menghargai hal tersebut atau meremehkannya. Semua yang kita lakukan dan keputusan yang dipilih, memiliki jalan ceritanya tersendiri. Kembali lagi kepada diri kita yang mampu mengubahnya ataupun justru memperburuknya.
ADVERTISEMENT