Konten dari Pengguna

Kesegaran Budaya Arsitektur Indonesia Pasca-Pandemi COVID-19

EVELYN MARELLA
An undergraduate Architecture student at Parahyangan Catholic University.
7 Januari 2022 21:45 WIB
·
waktu baca 4 menit
comment
1
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari EVELYN MARELLA tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Pandemi Covid-19 telah memberi dampak dan perubahan pada berbagai aspek kehidupan, tanpa terkecuali di dalam dunia arsitektur di Indonesia. Pandemi Covid-19 telah meruntuhkan gagasan ideal budaya arsitektur dan melahirkan gagasan budaya baru yang tentunya dapat menunjang serta mendorong kehidupan manusia di masa depan. Lantas apa hubungan antara Covid-19 dengan budaya arsitektur tersebut? Lalu apa solusi yang tepat dalam menanggapi masalah tersebut?
ADVERTISEMENT
Tanpa disadari Covid-19 telah meningkatkan kesadaran masyarakat akan pentingnya kesehatan dan kebersihan. Hal tersebut salah satunya didukung dengan imbauan pemerintah kepada masyarakat untuk menjaga jarak. Hal-hal seperti itulah yang berpotensi menjadi dasar dalam terciptanya budaya baru arsitektur di Indonesia.
Dengan imbauan menjaga jarak memungkinkan ruang-ruang publik untuk diperluas dan tren ruang tertutup dan ber-AC beralih menjadi ruang terbuka. Tentunya, ruang terbuka tersebut membutuhkan ventilasi yang baik agar tercipta sirkulasi udara serta bangunan yang sehat.
Menurut ruang berita World Health Organization dalam artikel questions and answer berjudul Coronavirus Disease (COVID- 19): Ventilation and Air Conditioning pada Maret 2021, ventilasi memiliki peranan penting bagi rumah, kantor, sekolah, bahkan saat berpergian menggunakan pesawat dalam upaya pencegahan penyebaran virus Covid-19. Oleh karena itu, pemanfaatan ventilasi pantas diterapkan sebagai alternatif solusi dari perubahan budaya arsitektur di Indonesia.
Salah satu contoh penerapan ventilasi pada hunian. Foto: iStockphoto/Jun.

Ventilasi Sebagai Upaya Peningkatan Kualitas Udara

Tak perlu dikatakan bahwa kualitas udara yang baik adalah salah satu yang paling penting yang kita hadapi hari ini, terlebih pasca pandemi Covid-19. Akan tetapi, sebelum maraknya penyebaran Covid-19 minim sekali orang memerhatikan kualitas udara di sekitarnya. Sering kali ditemukan polusi udara yang tinggi, penggunaan ruang tertutup tanpa ventilasi dan ditambah dengan penggunaan AC di setiap sudut negeri Indonesia. Tentu saja, hal tersebut dapat berdampak buruk terhadap kesehatan terlebih meningkatkan penyebaran virus Covid-19 di Indonesia.
ADVERTISEMENT
Menurut studi kasus yang diunggah melalui jurnal Emerging Infectious Diseases, selain penggunaan AC faktor pendukung lainnya seperti sirkulasi pergerakan manusia serta sirkulasi udara yang buruk dapat mendukung penyebaran virus tersebut. Akibatnya, diperlukan penerapan ventilasi yang efektif guna menurunkan risiko penyakit menular, mengingat penggunaan AC tidak dapat menggantikan peran ventilasi dalam menciptakan kualitas udara yang sehat.

Nilai Lebih dari Penerapan Ventilasi

Selain itu, ventilasi menawarkan nilai lebih dalam penerapannya. Terlepas dari manfaatnya, penerapan ventilasi juga tidak memerlukan biaya yang mahal karena dapat meminimalisir penggunaan energi listrik seperti penggunaan pendingin ruangan.
Akan tetapi, saat ini sekumpulan orang masih berpikir bahwa dengan memasang pendingin ruangan berarti ia tidak memerlukan ventilasi karena kerja dari pendingin ruangan menjadi tidak efektif dan hanya akan menghabiskan biaya pemasangan ventilasi. Pemikiran tersebut sudah keliru karena bagaimana pun juga ventilasi tetap dibutuhkan di setiap ruangan, baik ruangan yang memiliki pendingin maupun ruangan tanpa pendingin dan tentunya biaya yang dikeluarkan akan lebih minim dibandingkan dengan penggunaan pendingin ruangan.
ADVERTISEMENT
Tidak hanya biaya yang murah, tetapi penerapan ventilasi juga dapat menambah estetika suatu ruang dan bangunan. Ekspresi dari bentuk serta peletakan ventilasi dapat bervariasi menyesuaikan selera dan keadaan sekitar.

Iklim Menentukan Sistem Ventilasi

Sistem ventilasi yang beragam akan menyesuaikan dengan keadaan sekitar. Sejalan dengan negara Indonesia yang beriklim tropis, sistem ventilasi silang cocok diterapkan di seluruh penjuru negeri Indonesia. Iklim tersebut mendorong suatu bangunan memiliki bukaan yang cukup luas dan tidak terlalu tertutup layaknya bangunan pada belahan dunia bagian Barat yang beriklim subtropis. Pada bangunan bahkan hunian di negara Barat cenderung tertutup untuk menghindari dinginnya di saat musim salju berlangsung, sedangkan di negara Indonesia satu bukaan dalam satu ruangan bahkan tidak akan cukup, maka dibutuhkan bukaan yang saling berhadapan dan menyilang untuk meningkatkan efektivitas hembusan udara. Selain itu, peletakan ventilasi harus direncanakan secara cermat dan tepat dengan memperhitungkan arah angin agar udara dapat berputar ke seluruh ruangan dan tetap menjaga kualitas udara yang baik.
ADVERTISEMENT
Singkatnya, masyarakat Indonesia telah beradaptasi dengan perkembangan di dunia saat ini khususnya setelah pandemi Covid-19. Arsitektur yang menyangkut hubungan antara manusia dengan tatanan ruang fisiknya secara tidak langsung juga ikut berubah dan beradaptasi menciptakan budaya arsitektur baru. Saya yakin kesegaran budaya arsitektur tersebut dapat mengiringi hidup manusia saat ini hingga masa mendatang.
Sebagai akibat dari adanya budaya arsitektur baru, muncullah solusi untuk menjawab hal tersebut yaitu dengan penerapan ventilasi. Dari sudut pandang saya, ventilasi berperan sangat penting dan harus diterapkan pada setiap bangunan bahkan hunian di Indonesia dengan harapan bukan hanya arsitek yang ambil bagian dari pemikiran serta prinsip tersebut, tetapi juga setiap masyarakat Indonesia perlu meningkatkan kesadaran akan pentingnya ventilasi tersebut demi mewujudkan kualitas hidup yang lebih baik di masa mendatang.
ADVERTISEMENT