Konten dari Pengguna

Etika dan Estetika dalam Dunia Filsafat yang Perlu Kamu Ketahui

Evelyn Patricia
Mahasiswa Psikologi Universitas Brawijaya
21 Juni 2024 10:20 WIB
·
waktu baca 4 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Evelyn Patricia tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT

Etika

sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Kata etika sudah tidak terdengar asing lagi dan sering didengar dalam kehidupan sehari-hari, biasanya kita mendengar kata etika di sekolah atau di rumah. Berbicara tentang etika artinya berbicara tentang nilai kebenaran, pantas atau tidak, baik atau buruk. Ternyata, hal ini sudah dibahas sejak zaman Yunani Kuno oleh filsuf terkenal seperti Aristoteles dan Immanuel Kant melalui berbagai diskusi dan pertimbangan yang kemudian kita kenal sekarang sebagai etika. Etika bagaikan kompas moral manusia dalam menjalani kehidupan. Dalam filsafat, etika sebagai cabang aksiologi mempelajari tentang nilai “benar” dan “salah”. Etika bertujuan untuk menentukan ukuran standar baik buruknya tingkah laku manusia secara universal, memberikan pertimbangan dalam berperilaku. Etika memiliki berbagai cabang yang membahas aspek-aspek moralitas yang berbeda:
ADVERTISEMENT
Etika Normatif: mempelajari prinsip-prinsip etis, sikap, dan perilaku ideal yang harus dimiliki, diterapkan, dan dipertanggungjawabkan secara rasional oleh manusia. Merumuskan prinsip moral dan norma yang mendasari perilaku manusia.
Etika Deskriptif: fokus kepada penerapan prinsip-prinsip etika normatif pada isu-isu dan permasalah konkret yang terjadi dalam kehidupan nyata kita. Contoh: etika berbisnis dan etika dalam dunia medis.
Etika Metaetika: tidak lagi membahas apa yang benar dan salah, tetapi berfokus kepada makna dari etika itu sendiri. Metaetika mempelajari sifat dasar moralitas itu sendiri, seperti makna “baik” dan “buruk”. Pendekatan metaetika berfokus kepada arti khusus bahasa etika dan kata-kata moral. Alih-alih bertanya “Apa yang benar dan salah?”, metaetika mempertanyakan “ Benar berarti apa?”
ADVERTISEMENT
Etika memegang peran fundamental dalam berkembangnya berbagai disiplin ilmu dengan menjamin objektivitas, keadilan, dan kebenaran ilmu pengetahuan agar dapat selaras dengan nilai-nilai moral manusia. Kebebasan berpikir dalam filsafat terdapat etika yang melandasinya.
pexel.com

Estetika

Di sisi lain, ada estetika yang berbicara tentang nilai keindahan atau kejelekkan dan biasanya berkaitan dengan karya seni. Pernahkah Anda merasa kagum terhadap suatu karya seni yang indah, baik itu lukisan maupun musik? Lukisan yang memukau, melodi musik yang menyentuh, pesona keindahan alam, semua pengalaman estetika yang menimbulkan perasaan senang, kagum, dan refleksi ini menjadi inti dari filsafat estetika. Jika etika tadi berkaitan dengan moral, estetika membahas hal-hal yang berkaitan dengan artistik. Estetika lahir dari penilaian manusia tentang keindahan. Estetika menjawab pertanyaan-pertanyaan seperti “Apakah yang membuat sesuatu menjadi indah?” atau “Apakah keindahan bersifat objektif atau subjektif?”. Ruang lingkup bahasan estetika filosofis adalah definisi seni, fungsi seni, kreasi, apresiasi, dan prinsip penilaian estetik. Ada beberapa perspektif dalam filsafat estetika untuk menilai keindahan:
ADVERTISEMENT
Teori Objektif: keindahan bersifat objektif dan universal, terlepas dari persepsi individu. Ada ukuran standar universal yang menentukan apa yang indah dan tidak, seperti tempo, garis, presisi, proporsi, simetri, dan kompleksitas yang dianggap sebagai elemen yang berkontribusi pada keindahan.
Teori Subjektif: indah atau tidaknya suatu hal tergantung persepsi individu atau dapat dikatakan sebagai subjektif karena apa yang dianggap indah orang seseorang belum tentu dianggap indah oleh orang lain. Contoh: pengalaman pribadi, budaya, dan preferensi seseorang bisa memengaruhi penilaiannya tentang keindahan.
Etika dan estetika adalah dua cabang filsafat yang memiliki hubungan yang erat dan saling memengaruhi. Pengalaman estetika yang dirasakan bukan hanya tentang sensai kesenangan, tetapi juga tentang membuka diri terhadap berbagai perspektif dan nilai-nilai. Ketika kita terpesona dengan keindahan alam atau karya seni, kita terhubung dengan emosi dan pengalaman orang sehingga ni dapat menumbuhkan perasaan empati dan kasih sayang kita sebagai manusia. Pengalaman estetika juga bisa mendorong refleksi diri dan introspeksi. Dengan menyadari keindahan dapat membuat kita merenungkan nilai-nilai dan keyakinan kita, dimana hal ini bisa mendorong kita untuk menjadi individu yang lebih baik. Kritis seni bukan hanya tentang menilai keindahan karya seni, tetapi juga tentang mengevaluasinya secara moral. Seni yang provokatif dapat memicu diskusi dan dialog tentang isu-isu etika yang kemudian bisa mendorong masyarakat untuk berdebat tentang nilai moral dan norma. Hal ini membuka ruang untuk berefleksi kritis dan memperkaya pemahaman manusia tentang etika dan estetika. Seniman memiliki tanggung jawab etika dalam karyanya. Mereka perlu mempertimbangkan dampak moral dari karyanya. Apakah melalui karya ini dapat menumbuhkan nilai positif atau justru mendorong perilaku yang tidak terpuji?
ADVERTISEMENT
Daftar Pustaka:
Abadi, T. W. (2016). Aksiologi: Antara Etika, Moral, dan Estetika. Kanal: Jurnal Ilmu Komunikasi, 4(2), 187-204. https://doi.org/10.21070/kanal.v4i2.1452
Basa’ad, T. (2018). Studi dasar filsafat. Deepublish.
Nasution, A. T. (2016). Filsafat ilmu: Hakikat Mencari Pengetahuan. Deepublish.
Suaedi. (2016). Pengantar Filsafat Ilmu. IPB Press.
Wilujeng, S. R. (2013). Filsafat, etika dan ilmu: upaya memahami hakikat ilmu dalam konteks keindonesiaan. Humanika, 17(1). https://doi.org/10.14710/humanika.17.1.