Konten dari Pengguna

Bumi dan Wanita

ewia ejha putri
1. Pimpinan Lembaga PKBM Pahlawan kerinci. 2. Anggota LHKP Muhammadiyah Jambi 3. Pengamat Sosial
3 Oktober 2024 6:05 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari ewia ejha putri tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Ilustrasi self healing. Foto: U__Photo/Shutterstock
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi self healing. Foto: U__Photo/Shutterstock
ADVERTISEMENT
Jika Anda ingin benar-benar memahami wanita, jangan bertanya pada para filsuf. Banyak dari mereka, meskipun memiliki pemikiran yang brilian, seringkali menunjukkan pandangan yang merendahkan. Misalnya, Socrates, yang dikenal sebagai ‘suami takut istri’, mengeklaim bahwa istri yang baik membawa kebahagiaan, sementara istri yang buruk menjadikan kita filsuf yang meratapi nasib. Muridnya, Plato, memilih hidup melajang, sementara Aristoteles memandang wanita sebagai makhluk yang setengah jadi dan inferior.
ADVERTISEMENT
Lihatlah saja Descartes, Spinoza, Leibniz, Newton, dan Hume—semuanya membujang hingga akhir hayat. Immanuel Kant bahkan menganggap hubungan seksual sebagai hal yang merendahkan wanita, sedangkan Hegel lebih memilih dikuburkan di dekat kolega daripada istrinya sendiri. Dari sini, kita bisa bertanya, apakah mereka benar-benar mampu memahami wanita?
Mari kita alihkan pandangan kita ke para ahli geologi. Mereka adalah orang-orang yang terlatih untuk memahami Bumi, yang penuh dengan misteri dan keindahan. Para geolog mengamati berbagai fenomena yang terjadi di Bumi, dan dari pengamatan tersebut, mereka belajar banyak tentang proses yang membentuknya. Hal ini mirip dengan memahami wanita yang juga kompleks dan memiliki banyak sisi.
Para geolog berusaha memahami bagaimana tekanan dapat mempengaruhi batuan. Mereka tahu bahwa batuan bereaksi terhadap tekanan dengan cara yang berbeda. Dalam hal ini, kita bisa melihat paralel dengan hubungan antar manusia. Wanita, seperti batuan, memiliki cara tersendiri dalam merespons situasi di sekitarnya. Seorang suami yang cerdas akan belajar untuk membaca tanda-tanda ini. Ketika istri terlihat mencueki, itu bisa berarti bahwa semua baik-baik saja. Namun, jika wajahnya menunjukkan kemarahan, itu adalah pertanda bahwa ada sesuatu yang perlu diperhatikan.
ADVERTISEMENT
Lebih jauh lagi, para geolog menyadari bahwa faktor eksternal, seperti kondisi sosial atau hubungan dengan mertua, bisa memengaruhi stabilitas dalam kehidupan sehari-hari. Konsep ‘far-field stress’ dalam geologi menunjukkan bagaimana segala sesuatu saling terhubung. Apa pun yang terjadi di luar rumah bisa berpengaruh pada suasana di dalam rumah. Ini mengajarkan kita untuk lebih peka terhadap situasi yang mungkin memengaruhi pasangan kita.
Kemarahan seorang istri, misalnya, bukanlah hal yang perlu ditakuti. Para ahli geologi akan melihatnya sebagai sinyal penting—data berharga yang menunjukkan bahwa ada tekanan yang perlu diperhatikan. Dalam konteks ini, kemarahan kecil bisa menjadi indikator bahwa ada yang perlu diperbaiki, sehingga kita dapat menghindari masalah yang lebih besar di kemudian hari.
ADVERTISEMENT
Dengan semua ini, kita bisa memahami bahwa wanita bukanlah objek yang bisa kita kuasai atau pahami sepenuhnya. Mereka adalah individu yang hidup, penuh misteri, dan memiliki pengaruh besar dalam hidup kita. Para ahli geologi, dengan kebijaksanaan dan pendekatan ilmiah mereka, memberikan kita cara untuk menghargai kerumitan ini. Dalam memahami wanita, kita seharusnya berusaha menjadi peneliti yang cerdas, menggali lebih dalam untuk menemukan keindahan dan makna yang terkandung di dalamnya.
Akhirnya, baik wanita maupun Bumi memiliki keagungan dan kompleksitas yang tidak bisa diabaikan. Dengan pendekatan yang bijaksana, kita dapat belajar untuk menghormati dan memahami wanita sebagai makhluk yang memiliki kekuatan dan keindahan luar biasa. Mari kita merayakan keberadaan mereka, tidak hanya sebagai pendamping, tetapi juga sebagai individu yang sangat berharga dalam setiap aspek kehidupan kita.
ADVERTISEMENT