Ngabuburit

ewia ejha putri
1. Pimpinan Lembaga PKBM Pahlawan kerinci. 2. Anggota LHKP Muhammadiyah Jambi 3. Pengamat Sosial
Konten dari Pengguna
16 Maret 2024 10:58 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari ewia ejha putri tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Sejumlah warga menunggu waktu berbuka puasa (ngabuburit) di Masjid Raya Sheikh Zayed, Solo, Jawa Tengah, Kamis (23/3/2023). Foto: Mohammad Ayudha/Antara Foto
zoom-in-whitePerbesar
Sejumlah warga menunggu waktu berbuka puasa (ngabuburit) di Masjid Raya Sheikh Zayed, Solo, Jawa Tengah, Kamis (23/3/2023). Foto: Mohammad Ayudha/Antara Foto
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Di tengah hiruk-pikuk kehidupan modern, tradisi ngabuburit semakin menemukan wajah baru yang sesuai dengan perkembangan zaman. Saya mengalami pengalaman menarik ketika beberapa hari yang lalu diundang untuk berpartisipasi dalam kegiatan mencari makanan takjil bersama teman-teman. Namun, saya memilih jalur alternatif yang lebih menitikberatkan pada pengembangan diri dan kontribusi sosial, yakni ngabuburit melalui kegiatan menulis.
ADVERTISEMENT
Contoh: Dalam era digital ini, ngabuburit tidak lagi terbatas pada kegiatan mencari makanan takjil di pasar tradisional. Sebaliknya, muncul berbagai alternatif yang lebih menantang intelektual dan membangun kontribusi sosial yang lebih luas. Salah satunya adalah dengan mengalihkan waktu ngabuburit untuk menulis. Saya memilih untuk mengeksplorasi ide-ide dan gagasan yang dapat memperkaya pemikiran saya serta memberikan manfaat bagi orang lain.
Contoh konkret dari pengalaman saya adalah memanfaatkan platform-platform digital seperti blog, media sosial, atau forum diskusi online untuk menyalurkan kegiatan ngabuburit ini. Saya menulis artikel-artikel inspiratif, opini yang memicu diskusi, atau bahkan menyebarkan informasi tentang program-program amal yang sedang berjalan di masyarakat. Melalui kegiatan ini, saya tidak hanya memperluas wawasan dan pemahaman saya, tetapi juga memberikan kontribusi positif bagi lingkungan sosial di sekitar saya.
ADVERTISEMENT
Tidak hanya itu, ngabuburit dalam era digital juga membuka pintu untuk menjalin koneksi dan berkolaborasi dengan orang-orang yang memiliki minat dan visi yang sama. Melalui diskusi-diskusi online atau proyek-proyek kolaboratif, kita dapat saling memperkaya pengalaman dan pengetahuan, serta menghasilkan karya-karya yang memberikan dampak positif bagi masyarakat luas.
Dalam pandangan ilmuwan filsafat seperti Al-Ghazali, konsep ngabuburit dalam Islam tidak hanya terbatas pada aspek ritualistik semata, tetapi juga mengandung makna yang lebih dalam tentang pengembangan diri dan kontribusi sosial. Al-Ghazali menekankan pentingnya memanfaatkan setiap momen dalam kehidupan untuk menguatkan hubungan dengan Tuhan dan menjalankan kewajiban-kewajiban sosial dengan penuh kesadaran dan ketulusan.
Dalam konteks ngabuburit dalam era digital, Al-Ghazali mungkin akan menyoroti betapa pentingnya memanfaatkan kemajuan teknologi untuk kegiatan yang bermanfaat dan bernilai ibadah. Baginya, menulis, berdiskusi, dan berkolaborasi secara online dapat menjadi sarana yang efektif untuk memperdalam pemahaman agama, mengembangkan diri, dan memberikan kontribusi positif bagi masyarakat.
ADVERTISEMENT
Kesimpulan
Ngabuburit dalam era digital menawarkan peluang yang tak terbatas untuk menjelajahi kedalaman spiritualitas dan memperluas kontribusi sosial. Melalui kegiatan menulis dan berpartisipasi dalam diskusi dan kolaborasi online, kita dapat mengisi waktu ngabuburit dengan cara yang lebih bermakna dan berdampak. Dukungan dari pemikiran-pemikiran filosofis seperti yang diajarkan oleh Al-Ghazali memberikan landasan yang kuat bagi praktik ngabuburit yang lebih relevan dengan zaman dan mengakar dalam nilai-nilai keagamaan serta kebaikan sosial.