Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
Konten dari Pengguna
Perempuan Tak Pandai Bersolek
24 September 2024 8:28 WIB
·
waktu baca 3 menitTulisan dari ewia ejha putri tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Akhir-akhir ini, kita semakin sering menyaksikan fenomena di mana hidup seakan hanya berputar pada pencarian kesenangan, popularitas, dan pengakuan dari orang lain. Tren kecantikan, gaya hidup mewah, percintaan, dan eksistensi menjadi standar utama yang dikejar oleh banyak orang, terutama kaum perempuan. Baik di dunia nyata maupun di media sosial, kita disuguhkan pemandangan yang berulang: perempuan-perempuan yang seolah-olah hanya fokus pada dua hal, hati dan rupa. Ironisnya, keduanya sering kali menyisakan kehampaan.
ADVERTISEMENT
Isu kecantikan fisik kini bukan sekadar masalah pribadi, melainkan sesuatu yang dilombakan demi eksistensi dan validasi dari lingkungan sekitar. Standar kecantikan massal yang diciptakan oleh media dan industri sering kali membuat perempuan merasa perlu untuk menyesuaikan diri, bahkan jika itu berarti mengorbankan kenyamanan dan identitas diri mereka. Kegelisahan tentang penampilan, mulai dari makeup hingga bentuk tubuh, menjadi topik utama yang diangkat.
Sisi lain yang tak kalah miris adalah fenomena romansa yang selalu digembar-gemborkan. Banyak perempuan lebih fokus membicarakan cinta, galau, hubungan tanpa status, dan pernikahan. Seolah-olah, hidup ini hanya tentang hal-hal tersebut. Pertanyaannya, mau sampai kapan kita berputar-putar di ranah ini? Apakah hidup sebatas percintaan dan rupa?
Apa yang kita bicarakan sering kali mencerminkan kedalaman diri kita. Jika seorang perempuan hanya membicarakan hal-hal seperti percintaan dan galau, maka hidupnya cenderung hanya berputar pada lingkaran itu. Namun berbeda dengan perempuan yang berbicara tentang peradaban, perubahan, kemanusiaan, atau pendidikan. Mereka adalah perempuan yang sudah selesai dengan dirinya sendiri dan memiliki pandangan yang lebih luas. Mereka yang menyadari bahwa kehidupan bukan hanya tentang kesenangan pribadi, tapi tentang kontribusi bagi masyarakat.
ADVERTISEMENT
Kehilangan makna peran perempuan dalam peradaban ini adalah masalah besar. Sejarah dan agama menunjukkan betapa pentingnya peran perempuan dalam membentuk peradaban. Dalam Al-Quran, Allah dengan jelas menjelaskan bahwa perempuan diciptakan dengan peran mulia, yakni sebagai perantara lahirnya manusia di bumi. Bukan hanya melahirkan, tetapi juga mendidik generasi penerus, sebuah tugas yang tidak ringan. Sayangnya, banyak perempuan yang belum menyadari hakikat ini, terjebak dalam pencarian pengakuan duniawi yang sementara.
Perempuan memang memiliki hak untuk bekerja dan berkarir, asalkan pekerjaan itu benar-benar dibutuhkan, baik untuk dirinya atau masyarakat. Namun, penting bagi perempuan untuk tetap menjaga kehormatan dan tidak melanggar nilai-nilai agama dan budaya. Kita tidak boleh terlelap dalam hingar-bingar kesenangan semu yang ditawarkan peradaban modern.
ADVERTISEMENT
Kecantikan fisik adalah sesuatu yang akan memudar seiring berjalannya waktu. Sanjungan atas penampilan adalah hal yang fana. Maka, jangan biarkan hal ini membutakan kita dari peran sejati kita sebagai perempuan yang berkontribusi untuk kebaikan masyarakat dan peradaban. Karena sejatinya, kemuliaan seorang perempuan terletak pada bagaimana ia memandang hidupnya dalam kerangka yang lebih luas dan bermakna.
Wallahu a'lam bishawab.