Konten dari Pengguna

Revitalisasi Hijrah

ewia ejha putri
1. Pimpinan Lembaga PKBM Pahlawan kerinci. 2. Anggota LHKP Muhammadiyah Jambi 3. Pengamat Sosial
1 September 2023 15:12 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari ewia ejha putri tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Ilustrasi hijrah. Foto: Dok. Pribadi Ewia Putri
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi hijrah. Foto: Dok. Pribadi Ewia Putri
ADVERTISEMENT
Kemanusiaan dan kesetaraan gender adalah landasan moral yang mendasari setiap masyarakat yang beradab. Saat kita berbicara tentang perempuan yang berusaha maju tanpa mengalami hambatan dan diskriminasi.
ADVERTISEMENT
Terutama dalam konteks wacana keislaman, kita harus mempertimbangkan bagaimana nilai-nilai agama, budaya, dan pandangan sosial yang berperan dalam menentukan status perempuan.

Kesetaraan Gender dalam Islam

Kesetaraan gender dalam Islam bukanlah konsep baru. Sebaliknya, ia merupakan bagian integral dari ajaran agama. Islam mengakui bahwa perempuan dan laki-laki memiliki martabat yang sama di mata Allah, dan keduanya memiliki hak dan tanggung jawab yang setara dalam menjalani kehidupan.
Ini termasuk hak atas pendidikan, bekerja, berpartisipasi dalam masyarakat, serta berperan dalam pengambilan keputusan. Oleh karena itu, segala bentuk diskriminasi yang didasarkan pada nilai-nilai agama harus dihindari.

Dominasi Kelompok dalam Wacana Keislaman

Masalah muncul ketika wacana keislaman di beberapa masyarakat mulai didominasi oleh kelompok tertentu. Kelompok-kelompok ini seringkali menerjemahkan nilai-nilai agama sesuai dengan agenda mereka sendiri, yang bisa saja membatasi peran perempuan dalam masyarakat.
ADVERTISEMENT
Media sosial, dengan kemampuannya menyebarluaskan pesan tanpa batas ruang dan waktu, menjadi alat yang kuat untuk menyebarkan pandangan ini. Oleh karena itu, penting bagi masyarakat untuk tetap berpikir kritis dan mempertahankan pandangan yang inklusif terhadap perempuan dalam Islam.

Simbolisme dalam Fenomena Hijrah

Ilustrasi perempuan berhijab. Foto: Shutterstock
Fenomena hijrah sering kali hanya diartikan secara instrumentatif melalui simbolisme fisik seperti busana atau penampilan tertentu. Ini adalah pemandangan yang sempit dan dangkal. Seharusnya, hijrah bukan hanya tentang penampilan luar, tetapi juga transformasi batiniah.
Memahami agama secara “kaffah” atau menyeluruh berarti mengerjakan kebajikan dalam semua aspek kehidupan, termasuk hubungan gender. Jadi, penampilan fisik seharusnya tidak menjadi penentu dalam menilai amal saleh yang dilakukan oleh individu.
Dalam hal ini, kita harus mengingatkan diri sendiri bahwa kesetaraan gender dalam Islam adalah nilai yang tidak dapat dikesampingkan. Kita harus menentang dominasi kelompok dalam wacana keislaman yang merendahkan perempuan dan mengakui bahwa fenomena hijrah seharusnya lebih dalam dari sekadar simbolisme fisik.
ADVERTISEMENT
Dengan mengedepankan pemahaman yang kaffah tentang agama dan kesetaraan gender, perempuan dapat bergerak maju tanpa mengalami hambatan dan diskriminasi, sesuai dengan nilai-nilai mendasar kemanusiaan dan Islam yang sebenar-benarnya.