Sinisme: Merusak Kesejahteraan Jiwa

ewia ejha putri
1. Pimpinan Lembaga PKBM Pahlawan kerinci. 2. Anggota LHKP Muhammadiyah Jambi 3. Pengamat Sosial
Konten dari Pengguna
10 September 2023 5:43 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari ewia ejha putri tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Penghargaan dan Pengakuan
Manusia adalah makhluk sosial yang unik. Sejak lahir, kita membawa hasrat mendalam untuk diperhatikan, diakui, dan dihargai oleh sesama. Penghargaan dan pengakuan bukanlah sekadar keinginan, melainkan kebutuhan psikologis yang fundamental bagi perkembangan dan kesejahteraan individu. Namun, dalam perjalanan hidupnya, ada fenomena yang seringkali menghalangi kita untuk meraih kebutuhan ini, yaitu sinisme.
ADVERTISEMENT
Sinisme: Rasa Dengki dan Kekurangan
Sinisme adalah wujud nyata dari rasa dengki terhadap pencapaian orang lain. Ini adalah perasaan negatif yang muncul ketika seseorang merasa bahwa mereka tidak mendapatkan penghargaan dan pengakuan yang seharusnya mereka terima dari lingkungan sekitarnya. Sinisme cenderung mengapungkan kelemahan orang lain demi mempertahankan citra diri yang salah. Bagi seorang yang hatinya lemah, menutupi kekurangan adalah prioritas, bahkan jika itu berarti menyalahkan orang lain.
Mengapa Sinisme Muncul?
Sinisme tidak muncul begitu saja. Ini adalah respons terhadap perasaan ketidakpuasan diri. Orang yang merasa tidak dihargai atau merasa kurang dari orang lain cenderung mengembangkan sikap sinis. Mereka mungkin merasa bahwa dengan merendahkan orang lain, mereka dapat merasa lebih baik tentang diri mereka sendiri. Namun, ini adalah penutupan diri yang tidak produktif dan merugikan.
ADVERTISEMENT
Sinisme menimbulkan keburukan
Terlebih lagi, meskipun sinisme terkadang bisa menghasilkan tindakan positif, seperti kritik konstruktif, kebaikan yang dibangun di atas dasar sinis seringkali rapuh. Ini seperti membangun gedung bertingkat tinggi dengan pondasi dari pasir basah. Pada akhirnya, akan ada ketidakstabilan dan kerapuhan yang mengancam untuk meruntuhkan konstruksi tersebut.
Kekayaan Hati
Sebaliknya, menghargai sesama manusia adalah kunci menuju kekayaan hati yang sejati. Ketika kita mampu memberikan penghargaan dan pengakuan kepada orang lain, kita tidak hanya membantu mereka merasa dihargai, tetapi juga membuktikan kekayaan hati kita sendiri. Kepedulian, empati, dan sikap positif akan merajut hubungan yang kuat dan membangun fondasi yang kokoh bagi pertumbuhan pribadi dan hubungan yang harmonis.
sumber: photo ewia