Konten dari Pengguna

Mendulang Sampah, Menimbun Laba

Fajar Herlambang
ASN, Pranata Humas Ahli Muda, Penulis Buku Fiksi Non Fiksi, Fotografer, Content Creator
23 Februari 2022 10:33 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Fajar Herlambang tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
foto : pixabay
zoom-in-whitePerbesar
foto : pixabay
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Siang itu, usai melaksanakan vaksinasi ketiga di salah satu bilangan Jakarta Barat, saya dan keluarga menyempatkan mampir di salah satu akuarium terbesar di Jakarta.
ADVERTISEMENT
Ternyata, selain menyuguhkan pengetahuan terkait dunia satwa laut, reptil juga ada yang membuat saya penasaran pada tempat tersebut. Ya, itu sebuah gambar dengan bukti fisik dari berbagai bentuk sampah. Mulai dari organik, plastik, kertas maupun kaca.
Terlihat bagan tersebut memberikan informasi, bagaimana sampah tersebut dapat susut dalam beberapa bulan bahkan puluhan tahun. Seperti sampah plastik yang dapat terurai di tanah selama 1.000 tahun, botol plastik yang terurai sekitar 450 tahun. Bahkan sampah kertas diperlukan 6 minggu untuk terurai.
Persoalan sampah memang menjadi bumerang bagi anak cucu kita selanjutnya. Hal ini juga menjadi tanggung jawab mulai dari kita sendiri, karena ada pepatah yang mengatakan bahwa Kebersihan Sebagian Dari Iman.
Seperti yang dijelaskan pada Indonesia.go.id bahwa Indonesia merupakan penghasil sampah plastik terbesar ketiga di dunia. Tahun 2020, Indonesia menghasilkan 67,8 juta ton sampah plastik, atau 185.753 ton sampah per hari untuk 270 juta orang.
ADVERTISEMENT
Sebenarnya ini yang harus dipikirkan oleh pemangku kepentingan agar limbah sampah dapat digunakan dan mengubah perekonomian masyarakat.
Saya juga pernah berkunjung ke salah satu lapak teman saya di bilangan Ciracas - Jakarta Timur. Terbesit paham saya akan wangi sampah yang khas. Tetapi saat tiba, hanya tampak kertas-kertas yang disusun rapi.
Saya bertanya, ini akan disulap jadi apa?". Lalu dia menjawab, "akan saya jadikan cuan," jawabnya. Wah, keren sekali dari sampah bisa raih untung.
Sebenarnya, cara ini sangat bermanfaat sekali. Tidak hanya mendapatkan pendapatan tetapi mengurangi jumlah sampah yang ada di TPA (Tempat Proses Akhir). Juga membantu menjaga keseimbangan alam dan mencegah pemanasan global.
Sebetulnya, jika semua orang berpikir yang sama dengan dia, tempat sampah atau TPA tidak terjadi penumpukan yang semakin tahun, bak gunung yang akan meletus.
ADVERTISEMENT
Solusi Limbah Kertas
Daur ulang limbah kertas adalah solusi yang tepat untuk menanggulangi masalah sampah kertas. Melalui itu, kertas yang terhantar dan menjadi sampah dapat menjadi berguna. Sehingga akan menghemat penggunaan kertas dan penyusutan sampah yang memenuhi bumi serta mengurangi efek pemanasan global.
Hampir 85 persen manusia di planet ini menggunakan kertas untuk berbagai kehidupan, baik di rumah maupun kantor. Sehingga kertas merupakan kebutuhan dasar bagi hampir semua orang.
Sebenarnya, dengan proses daur ulang akan terjadi peluang untuk bisnis. Dengan bahan yang mudah didapatkan maka hasil daur ulang tersebut banyak diminati oleh masyarakat.
Menggunakan kertas daur ulang sebagai bahan baku, juga dibutuhkan tangan kreatif dan berjiwa seni. Hasilnya, dapat digunakan untuk dekorasi rumah, alat tulis dan peralatan kantor. Jadi, bahan dari kita dan hasilnya ke kita kembali.
ADVERTISEMENT
Selain melakukan daur ulang ada tindakan praktis yang kita lakukan demi menjaga iklim global, yaitu membawa tas belanja yang tahan lama atau hanya digunakan sekali. Selanjutnya, menggunakan produk tanpa kemasan nonorganik ketimbang produk industri yang ada di pasaran.
Kegiatan pemilahan sampah sebelum sampai ke TPA (Tempat Proses Akhir) dapat mengubah perekonomian masyarakat jika dilakukan dan dikelola dengan tepat. Dan perlunya peran aktif masyarakat untuk menangani permasalahan sampah. Juga diperlukan suatu program maupun sosialisasi terkait penanganan sampah yang ada di masyarakat maupun perusahaan. Sehingga akan mengubah langit kita menjadi biru.
Sebagaimana yang diungkapkan Schubeler (1996) bahwa pengelolaan sampah berkelanjutan harus mencakup aspek politik, sosial budaya, ekonomi dan lingkungan dan tiga prinsip yang harus dipenuhi adalah menguntungkan secara ekonomi, ekologis (ramah lingkungan) dan dapat diterima oleh sistem norma dan tata sosial.
ADVERTISEMENT