news-card-video
Jakarta
imsak
subuh
terbit
dzuhur
ashar
maghrib
isya

Alunan Merdu Gamelan di Kantor PBB di Jenewa

Dira Fabrian
Seorang perempuan dengan mimpi besar
Konten dari Pengguna
18 November 2020 2:18 WIB
comment
9
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Dira Fabrian tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Place des Nations (sumber: dokumentasi pribadi)
zoom-in-whitePerbesar
Place des Nations (sumber: dokumentasi pribadi)
ADVERTISEMENT
Perpustakaan Kantor PBB di Jenewa (United Nations Office in Geneva/ UNOG) cukup unik karena tidak hanya berfungsi sebagai tempat mencari berbagai referensi dan arsip. Sejak sekitar dua tahun lalu, perpustakaan ini berkolaborasi dengan UN Geneva Centre for Learning and Multilingualism untuk membuat inisiatif baru yang dinamakan The Knowledge & Learning Commons, atau yang lebih sering disebut sebagai The Commons.
Salah satu sudut ruang baca di Perpustakaan UNOG (sumber: dokumentasi pribadi)
Berbagai kegiatan menarik diselenggarakan oleh The Commons untuk memfasilitasi proses pembelajaran kolaboratif bagi para diplomat serta staf dan pegawai magang UNOG.
ADVERTISEMENT
Di antara kegiatan tersebut adalah webinar dan dialog mengenai kesehatan mental di tengah pandemi, pembelajaran mengenai negosiasi multilateral, dan bahkan meditasi.
The Commons juga memiliki podcast rutin yang dapat diakses melalui Spotify dan Apple Podcasts. Podcast ini menghadirkan duta besar dan berbagai tokoh inspiratif lainnya seperti young leaders, profesor, dan para ahli di bidangnya. Informasi lebih lanjut mengenai kegiatan-kegiatan The Commons dapat dilihat di sini.
Indonesia patut berbangga karena Indonesia adalah negara pertama yang diajak berkolaborasi dalam program The Commons. Pada tanggal 5 April 2019, diselenggarakan sebuah lokakarya gamelan yang berjudul "The Gamelan: A Collaborative Musical Workshop."
Lokakarya gamelan ini juga melibatkan Université de Genève dan Haute École de Musique de Genève di Jenewa serta sekolah musik Un, Deux, Trois, Musiques di Sion, yang memang mengajarkan kelas gamelan. Instruktur lokakarya ini berasal dari sekolah musik Un, Deux, Trois, Musiques.
Wakil Tetap RI untuk PBB, WTO, dan Organisasi Internasional Lainnya di Jenewa, Duta Besar Hasan Kleib, menyampaikan kata sambutan.
Lokakarya dihadiri oleh sekitar 70 orang, yang terdiri dari staf dan pegawai magang UNOG, diplomat, serta murid sekolah musik di Jenewa. Kepala Perpustakaan UNOG pun ikut bermain gamelan!
Sebagian peserta lokakarya gamelan. Lokakarya dibagi ke dalam beberapa sesi untuk memberikan kesempatan kepada sebanyak mungkin peserta untuk belajar bermain gamelan. (sumber: dokumentasi pribadi)
Memasuki Perpustakaan UNOG di hari itu benar-benar terasa seperti berada di Indonesia. Tidak hanya terdengar alunan musik gamelan, tetapi juga tercium aroma kudapan khas Indonesia, yaitu arem-arem, klepon, dan risoles.
Kudapan khas Indonesia yang digemari oleh para peserta lokakarya (sumber: dokumentasi pribadi)
Bagi mayoritas peserta, lokakarya tersebut adalah pertama kalinya mereka mengenal dan bermain gamelan. Namun, setelah 20 menit, mereka sudah dapat memainkan lagu yang sederhana. Sungguh mengejutkan!
ADVERTISEMENT
Yang paling membuat bahagia adalah melihat senyuman gembira di wajah para peserta di akhir lokakarya. Beberapa dari mereka mengatakan tertarik untuk mendalami gamelan lebih lanjut.

Gamelan dan multilateralisme

Gamelan memiliki filosofi yang mendalam, yang selaras dengan multilateralisme yang dimajukan di PBB. Ketika bermain gamelan, semua harus saling mendengarkan dan saling memperhatikan.
Tidak boleh ada alat musik yang lebih keras daripada alat musik lainnya. Tujuan utamanya, tak lain dan tak bukan, adalah agar tercipta keselarasan dan keindahan harmoni.
Begitu pula dalam kerja sama internasional. Berbagai permasalahan global yang tengah dihadapi dunia hanya dapat dihadapi dengan baik jika semua aktor saling mendengarkan dan berkolaborasi untuk mencapai tujuan utama bersama, yaitu perdamaian internasional.
ADVERTISEMENT
Hanya dengan perdamaian internasional semua negara dan seluruh penduduk dunia dapat melaksanakan pembangunan secara maksimal dan mencapai kesejahteraan sosial.
Gedung Kantor PBB di Jenewa/ UNOG (sumber: dokumentasi pribadi)
Hal itu pula lah yang mendasari semangat multilateralisme di PBB. Tidak mengejutkan apabila Perpustakaan UNOG menjadikan Indonesia sebagai mitra pertama dalam melaksanakan program The Commons.