Benarkah COVID-19 adalah Konspirasi?

Fadhel Yafie
Pemikir bebas, penulis lepas
Konten dari Pengguna
29 April 2020 9:00 WIB
comment
1
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Fadhel Yafie tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Ilustrasi virus corona. Foto: Maulana Saputra/kumparan
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi virus corona. Foto: Maulana Saputra/kumparan
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Ketidakpercayaan masyarakat terhadap informasi resmi yang diberikan pemerintah mulai membuncah. Orang-orang tidak lagi tunduk pada imbauan pemerintah. Puluhan ribu orang tetap mudik, mengabaikan apa kata pemerintah. Jutaan orang mulai gerah terhadap imbauan pemerintah untuk tetap di rumah. Ini adalah wujud kebosanan yang kawin silang dengan ketidakpercayaan terhadap pemerintah.
ADVERTISEMENT
Puncak ketidakpercayaan adalah munculnya teori-teori konspirasi. Narasi alternatif untuk melawan narasi tunggal pemerintah. Sebenarnya, teori konspirasi ini sudah ada sejak lama. Saat SMP, saya pernah terbawa arus narasi soal tatanan dunia baru (New World Order) yang biasanya dilekatkan ke organisasi rahasia seperti Freemason dan Illuminati.
Teori konspirasi tentang pandemi COVID-19 semakin liar. Makin banyak yang mengkonsumsi teori konspirasi. Teori itu mengatakan bahwa COVID-19 adalah virus yang sengaja dibuat oleh elite global untuk menjalankan skenario New World Order.
Mari kita mulai teori konspirasi yang berkenaan dengan COVID-19 ini:
Pertama, virus corona adalah buatan manusia! Sengaja dibuat untuk melayani kepentingan elite global.
Riset yang dipublikasi di The Pediatric Infectious Disease Journal mencatat bahwa virus corona yang menyerang manusia ini sudah ada sejak tahun 1965. Journal of Virology yang menjadi rujukan utama dalam ilmu virus, mengidentifikasi ratusan spesies virus yang tergabung dalam keluarga virus corona. Tidak semua virus corona ini berbahaya. Tujuh di antaranya dapat menular ke manusia, termasuk penyebab SARS tahun 2002 dan MERS tahun 2013.
ADVERTISEMENT
COVID-19 yang berasal dari virus corona yang dinamakan sars-cov2 adalah spesimen baru. Beberapa pakar dari berbagai universitas yang mendalami ilmu tentang virus menyatakan bahwa virus corona terbaru yang menyebabkan COVID-19 ini bukan buatan manusia!
Kedua, Beberapa elite seperti Bill Gates sudah meramalkan di 2020 akan ada pandemi besar. Dia mengucapkannya pada tahun 2015!
Berdasarkan analisisnya terhadap sejarah pandemi, benar Bill Gates pernah memprediksi akan ada "outbreak" dalam beberapa dekade ke depan. Disampaikannya dalam acara TED Talk 2015. Tetapi, ia tidak menyebut tahun 2020.
Jauh sebelum ramalan Bill Gates, tahun 2006, seorang epidemiologis bernama Larry Brilliant sudah memperingatkan kita akan adanya ancaman “outbreak”. Prediksinya akan ada ratusan juta orang yang mati. Begitu pula resesi ekonomi besar-besaran yang ujung-ujungnya membuat orang sekarat. Pernah nonton film Contagion? Larry Brilliant adalah salah satu orang yang ikut memproduksi film itu.
ADVERTISEMENT
Ketiga, Bill Gates bersama yayasan yang dibuatnya adalah donatur terbesar untuk penemuan vaksin COVID-19. Sebuah kebetulan? Apakah Bill Gates ingin memonopoli vaksin?
Bill Gates memang punya dosa saat membesarkan Microsoft. Tonton saja American Genius di Netflix yang menayangkan persaingan Bill Gates dan Steve Jobs. Konon, Gates Foundation adalah salah satu cara Bill Gates membayar dosa-dosanya.
Bill Gates adalah donatur terbesar di dunia. Sejak tahun 1994, dia sudah mengeluarkan uang 35 miliar usd! Dia banyak menjual sahamnya di Microsoft untuk didonasikan. Saat ini, sisa sahamnya di Microsoft tinggal 1,3% dari 24% di tahun 1996.
Tidak ada yang tahu motif Bill Gates apa, yang jelas Gates Foundation adalah donatur terbesar dalam dunia kesehatan. Mulai dari pembuatan sanitasi yang baik di Afrika, donasi untuk obat kanker dan donasi-donasi lainnya di bidang kesehatan. Pengaruhnya cukup besar.
ADVERTISEMENT
Saya sendiri heran kalau Bill Gates mau memonopoli vaksin. Untuk apa? Uang? Lah, terus ngapain dia jual saham Microsoft buat donasi ke dunia kesehatan? Tidak logis menurut saya.
Keempat, vaksinasi akan dibarengi dengan penanaman microchip. Microchip ini dijadikan sertifikat digital bahwa orang tersebut sudah divaksin. Katanya, microchip ini juga akan memantau dan mengontrol semua gerak dalam tubuh manusia.
Bill Gates sama sekali tidak pernah menyebut vaksin yang akan dipasang microchip. Isu ini berasal dari pernyataannya yang dipelintir oleh situs konspirasi "abal-abal", Biohackinfo. Isu tersebut diciptakan setelah Gates berpartisipasi dalam forum Reddit 18 Maret yang lalu, "Reddit Ask Me Anything session on COVID-19".
Dia hanya mengatakan bahwa saat vaksin sudah ada, orang-orang butuh sertifikat digital sebagai tanda sudah divaksinasi. Ini diperlukan agar virus tidak menyebar lagi. Bukan dalam bentuk microchip yang bisa memantau dan mengontrol manusia.
ADVERTISEMENT
Keempat, vaksin akan dimonopoli oleh salah satu perusahaan farmasi. Sehingga satu dunia harus membeli dari mereka. Meraup keuntungan sebesar-besarnya.
Ini jelas salah. LBM Eijkman, salah satu lembaga riset di Indonesia menargetkan vaksin corona buatan dalam negeri akan mulai produksi tahun 2021. Lagi pula, setiap negara saat ini sedang berupaya mengembangkan vaksin. Jerman, China, AS dan lain sebagainya. Ada lebih dari 40 tim yang bekerja untuk menemukan vaksin. Bagaimana bisa dimonopoli kalau semua negara berlomba-lomba menemukan vaksin? Bukan hanya satu farmasi.
Tetapi, para ilmuwan ini kan hanya bekerja. Ujung-ujungnya industri farmasi lah yang menentukan. Bisnis tetap bisnis. Kemungkinan monopoli dari perusahaan farmasi raksasa tetap ada. Bukan berarti ada konspirasi. Ini hanya persaingan bisnis.
ADVERTISEMENT
Kelima, teknologi 5G diprediksi menjadi langkah awal untuk memungkinkan kecepatan transfer data pada microchip yang nantinya akan ditanam pada tubuh manusia. Teknologi 5G dianggap dapat mengurangi kekebalan tubuh dan membuat virus corona lebih mudah untuk menyerang manusia. Di Inggris, 20 tower 5G jadi sasaran amuk massa.
Australian Radiation Protection dan Nuclear Safety Agency menyatakan bahwa radiasi yang dihasilkan 5G tidak berbahaya untuk kesehatan. Lagi pula, kita sudah membahas tentang hoaks microchip. Secara logika, argumen tentang 5G untuk memungkinkan transfer data dari microchip juga gugur.
Keenam, skenario yang dijalankan adalah untuk memusnahkan beberapa orang yang dianggap tidak berguna. De-populasi. Kurang lebih mirip visi Thanos dalam film The Avengers. Beberapa orang menganggap bahwa Hollywood adalah alat propaganda elite global untuk memasarkan visi mereka, sehingga saat terjadi betulan, mereka menganggap itu sebagai hal yang biasa. Eh, bukan cuma Hollywood, para pecandu teori konspirasi menganggap semua media adalah kaki tangan elite global.
ADVERTISEMENT
Serba salah juga berdiskusi dengan pecandu teori konspirasi. Mereka merasa bahwa satu-satunya sumber yang benar adalah keran berita versi mereka saja. Contoh Boss Darling dari FE 101. Media yang memberikan pandangan berbeda dianggap sebagai kaki tangan elite global atau paling tidak dikuasai oleh elite global demi memperlancar propagandanya.
Begini saja, media yang menurut saya bisa dipercaya adalah media yang transparansi soal tim redaksi. Dengan adanya nama-nama keredaksian, artinya mereka bertanggung jawab atas kebenaran semua berita yang dipublikasikan. Memang bukan suatu hal yang mustahil kalau media memelintir fakta. Tetapi, setidaknya media yang mencantumkan nama redaksinya lebih bisa dipercaya daripada media abal-abal yang sama sekali tidak ada nama keredaksian.
Itu seleksi pertama saya.
ADVERTISEMENT
Informasi yang kredibel datang dari jurnal-jurnal ilmiah yang terakreditasi dengan baik. Ini adalah otoritas dalam dunia sains. Untuk dapat terbit di jurnal ilmiah, seleksinya sangat ketat dan melalui beberapa tahapan.
Apakah semua informasi yang terbit di jurnal ilmiah pasti benar? Belum tentu. Sains bisa, boleh, dan mungkin salah. Namanya juga usaha manusia. Tetapi, sains tidak boleh berbohong.