Konten dari Pengguna

Ini Tugasnya yang Berat atau Akunya Sih yang Lemah

Fadhil Rusadi
Mahasiswa Informatika Sebelas Maret
24 Desember 2024 16:10 WIB
·
waktu baca 4 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Fadhil Rusadi tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Dari judulnya saja sudah ketahuan, ya, ini curhatan mahasiswa yang sedang dalam fase “gini amat ya”. Sebelum masuk kuliah, aku udah semangat banget. Rencana dah tersusun rapih, bahkan sampai tiga tahun ke depan. Mau ngapain, kapan belajar, kapan ikut organisasi, semua sudah kususun rapi. Tapi apa yang terjadi? Yap, rencana berantakan. Setiap malam aku mikir: ini aku yang nggak bisa ngatur waktu, atau tugas kuliah emang nggak manusiawi?
ADVERTISEMENT
Ekspektasi pertamaku saat masuk kuliah adalah jadi pribadi yang mandiri. Dan, jujur, ini agak berhasil, meski ada catatan besar. Ya, aku jadi lebih mandiri karena harus ngekos jauh dari orang tua. Tapi sayangnya, rasa malas juga ikut tumbuh subur. Rasanya pulang dari kampus habis kuliah, praktikum, plus tugas yang numpuk bikin energi mental dan fisik terkuras habis. Rasa malasnya itu semacam efek samping dari lelah fisik yang nggak pernah aku bayangin sebelumnya.
Kalau dulu di rumah, rapihin tempat tidur itu pekerjaan yang sering aku pasrahin ke ibuku. Di kosan? Aku bisa biarin tempat tidur berantakan selama beberapa hari sampai akhirnya nyerah juga dan membereskan dengan setengah hati. Mandiri, sih, tapi ya gitulah
ADVERTISEMENT
Ekspektasi kedua? Aku kira, kuliah bakal jadi ajang eksplorasi pengetahuan baru. Pikiranku saat itu, aku bakal belajar banyak hal seru yang belum pernah aku tahu sebelumnya. Tapi kenyataannya, kebanyakan waktu malah dipakai buat ngejar deadline tugas dan mempelajari konsep-konsep dasar yang ternyata butuh waktu lebih lama buat paham. Rasanya kaya stuck dalam rutinitas yang monoton. Padahal, banyak hal yang pengin aku pelajari di luar kurikulum. Eksplorasi pengetahuan baru? Bisa, tapi aku juga pengin main game buat sekedar hiburan singkatlah.
Dan ekspektasi ketigaku, ini yang paling konyol sih kalua aku nginget: aku bakal produktif! Aku membayangkan diriku bakal jadi mahasiswa yang aktif, ikut berbagai kegiatan, organisasi, dan tetap bisa menjaga nilai akademis. Tapi realitanya? Produktivitas itu kayak angin yang lewat, sebentar semangat, lalu hilang ditelan rasa cape. Jadwal kuliah yang kadang nggak jelas, tugas tambahan yang tiba-tiba muncul, dan praktikum yang menyita waktu bikin semua rencana produktif jadi wacana. Malah, aku ngerasa kaya mesin yang hanya beroperasi cuma buat menyelesaikan tugas-tugas yang ada
ADVERTISEMENT
Parahnya lagi, aku kadang terjebak dalam lingkaran setan antara lelah dan malas. Setiap kali selesai kuliah, bukannya lanjut ngerjain hal produktif, aku malah ingin tidur seharian. Ternyata, Jujur, rasa capek sering bikin aku ngerasa nggak berdaya buat ngejar mimpi yang produktif. Apalagi kalau ditambah tuntutan untuk ikut kegiatan luar kelas seperti organisasi atau volunteer. Alih-alih aktif di sana-sini, aku lebih sering pasang mode auto-pilot dan sibuk cari alasan buat menghindari tugas tambahan.
Sebenarnya, aku sadar, kesempatan belajar selama kuliah ini luas banget. Banyak peluang yang bisa dijadikan batu loncatan buat karier masa depan, entah itu ikut proyek, magang, atau organisasi. Tapi saat dihadapkan dengan kenyataan, beban akademis sering kali menyita seluruh waktu dan energi. Aku merasa, setiap semester, ekspektasi-ekspektasi itu harus direvisi. Bukannya makin produktif, aku malah merasa stuck, dan itu ganggu sih.
ADVERTISEMENT
Di akhir hari, pertanyaan yang sering muncul: ini salahku yang nggak bisa ngatur waktu, atau memang sistem kuliah yang begitu menuntut? Kadang aku mikir, kalau saja aku bisa lebih disiplin, mungkin rencana awal yang sudah disusun rapi itu bisa berjalan sesuai rencana. Tapi, kenyataan berkata lain. Tugas dan rutinitas sering kali mengalahkan ambisi yang aku bawa sejak awal masuk kuliah.
Pada akhirnya, kuliah itu memang nggak seperti yang dibayangkan. Banyak kejutan, banyak hal yang harus dihadapi dengan lebih fleksibel. Meskipun realita nggak seindah ekspektasi, aku belajar untuk nggak terlalu kaku dengan rencana, dan mencoba lebih realistis menghadapi tantangan. Aku sadar, mungkin aku perlu belajar lebih disiplin. Atau setidaknya, kasih waktu buat istirahat tanpa rasa bersalah. Ya, meskipun kadang masih suka bingung sendiri, tapi itulah bagian dari proses belajar, kan ya?
sumber : illustrasi by AI
ADVERTISEMENT