Konten dari Pengguna

Film Bumi Manusia: Film Sejarah yang Tidak Membosankan

Fadhilah Ahlan Efendi
Mahasiswa Sastra Indonesia 2021, Universitas Padjadjaran. Gemar menulis, membaca dan berdiskusi. Memiliki kecenderungan dalam bidang sastra, budaya dan sejarah.
7 Juni 2022 21:44 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Fadhilah Ahlan Efendi tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Bumi Manusia merupakan salah satu novel Pramoedya Ananta Toer yang berhasil difilmkan.
zoom-in-whitePerbesar
Bumi Manusia merupakan salah satu novel Pramoedya Ananta Toer yang berhasil difilmkan.

"Duniaku bukan jabatan, pangkat, gaji dan kecurangan. Duniaku Bumi Manusia dan segala persoalannya" -Minke

ADVERTISEMENT
Novel Bumi Manusia merupakan salah satu karya terbaik dari Pramoedya Ananta Toer. Novel ini cukup populer dan diminati oleh berbagai kalangan pembaca. Bumi Manusia adalah buku pertama dari rangkaian Tetralogi Pulau Buru. Bumi Manusia pertama kali diterbitkan pada tahun 1980. Kemudian sempat dilarang beredar oleh pemerintah orde baru pada tahun 1989, karena Pram disinyalir menyelipkan unsur komunis dalam novel tersebut.
ADVERTISEMENT
Pada tahun 2002 Bumi Manusia mendapat lampu hijau untuk kembali diterbitkan dan kembali mendapatkan eksistensi di belantika sastra Indonesia. Bumi Manusia diterbitkan ulang oleh penerbit Hasta Mitra, Yogyakarta. Dalam edisi pembebasan Tetralogi Pulau Buru. Bumi Manusia pun dicetak ulang bersama buku-buku Pram dalam Tetralogi Pulau Buru lainnya seperti Anak Semua Bangsa, Jejak Langkah dan Rumah Kaca.
Pada tahun 2019 Bumi Manusia diangkat ke dalam film dengan judul yang sama. Disutradarai oleh Hanung Bramantyo, yang merupakan sutradara kawakan Indonesia, membuat Bumi Manusia dinanti-nantikan. Sebab Hanung Bramantyo dianggap tak pernah gagal dalam menggarap sebuah film. Film bergendre fiksi-sejarah ini berdurasi kurang lebih 3 jam.
Diliris pada tanggal 9 Agustus 2019 secara eksklusif di Surabaya dan 15 Agustus 2019 serentak, nasional. Rasa nasionalisme masyarakat turut meningkat ketika Indonesia Raya bergema di awal film. Kesuluruhan film ini bercerita tentang masa muda Minke yang merupakan sosok keturunan bangsawan kecil pribumi bergelar Raden Mas.
ADVERTISEMENT
Minke hidup di masa peralihan abad ke-19. Dalam film diceritakan bahwa Minke berada di tengah Hindia Belanda (nama Indonesia sebelum merdeka) yang mulai mengenal kata "modern" dan Minke diceritakan sebagai sosok pribumi yang berpikiran modern. Minke mendapatkan pendidikan Eropa di HBS (Hoogere Burgerschool) yang merupakan sekolah menengah umum bagi kalangan Belanda, Eropa, Indo (keturuanan Belanda-Pribumi), Timur Asing (Tionghoa dan Arab) serta elite pribumi dengan menggunakan bahasa Belanda sebagai bahasa wajib.
Minke dikenal sebagai pribumi yang memiliki kemampuan intelektual yang setara dengan Indo dan Eropa dalam berpikir. Hal itu membuat Minke fasih membaca dan menulis dalam bahasa Belanda. Perjalanan Minke sebagai Pribumi berubah ketika ia mengenal keluarga Mellema yang memiliki Boerderij Buitenzorg (bld. perusahaan pertanian) di Wonokromo, Surabaya.
ADVERTISEMENT
Minke jatuh cinta pada Annelis mellema, yang merupakan anak dari Herman Mellema dan Nyai Ontosoroh (Sanikem). Nyai merupakan sebutan bagi istri simpanan atau istri tidak sah dari orang Belanda, disebut juga gundik. Hidup dekat dengan keluarga Nyai jelas memberi banyak pengaruh dalam kehidupan minke sebagai seorang pribumi terpelajar, terlebih lagi ayahanda Minke telah diangkat menjadi bupati oleh gubermen. Ayahnya tidak menerima kedekatan Minke dengan keluarga Mellema, karena dianggap merendahkan martabat keluarganya sebagai golongan Priyayi (bangsawan Jawa).
Masalah semakin mencuat ketika Minke harus menikahi Annelis yang mengalami trauma, karena perlakuan tidak menyenangkan yang dilakukan oleh kakak kandung Annelis sendiri, Robbert Mellema. Robbert memperkosa Annelis di kandang sapi, yang mengakibatkan Annelis mengalami trauma berkepanjangan. Hanya rasa cinta Annelis kepada Minke yang membuat Annelis tetap bertahan. Hal itu berujung pada pernikahan antara Minke dan Annelis.
ADVERTISEMENT
Pernikahan Minke dan Annelis tidak membuat masalah dalam keluarga tersebut hilang. Masalah bertambah ketika Herman Mellema ditemukan meninggal di rumah plesiran Baba Ah Cong. Hal itu membuat Minke dan ibu mertuanya, Nyai Ontosoroh tertuduh sebagai dalang di balik kematian Herman Mellema. Pengadilan pribumi yang dipimpin oleh orang Eropa, menyudutkan Minke dan Nyai Ontosoroh dalam perkara kematian Herman Mellema.
Minke melawan sekuat tenaga dengan "pena". Tulisan-tulisannya tentang ketidakadilan bangsa kulit putih terhadap pribumi berhasil membangkitkan semangat perlawanan dari kalangan pribumi. Minke berhasil menggerakan pribumi yang turut memberikan dukungan terhadap kasus yang menyeret namanya di peradilan pribumi. Pada akhirnya Minke dan Nyai Ontosoroh lepas dari gugatan. Namun bukan karena perlawanan dari pribumi, tetapi pengakuan dari pelaku pembunuhan itu sendiri. Maiko (pelacur) yang bekerja pada Baba Ah Cong mengakui perbuatannya. Maiko bersaksi bahwa Baba Ah Cong menyuruhnya untuk meracuni Herman Mellema agar mendapatkan hak waris dari tagihan-tagiahan rumah plesiran yang sudah menumpuk.
ADVERTISEMENT
Tak sampai di situ, setelah bebas dari gugatan Minke dan Nyai Ontosoroh mendapat masalah baru. Maurist Mellema, anak sah Herman Mellema datang kembali, setelah sebelumnya mendatangi Herman Mellema dan Nyai Ontosoroh pada saat Annelis masih kecil. Maurist datang bersama tuntutan yang sama seperti sebelumnya. Maurist mengklaim bahwa Herman Mellema meninggalkan Amelia Mellema (ibu Maurist) secara tidak bertanggung jawab. Maurist menuntut agar segala harta kekayaan dari Herman Mellema dialihkan kepadanya, sebagai bentuk tanggung jawab terhadap Amelia Mellema yang ditinggalkan tanpa kepastian olehnya.
Sejak saat itu Herman Mellema berubah 180 derajat menjadi "Eropa gila" sampai tiba ajalnya. Maurist menuntut Nyai Ontosoroh yang telah menjalankan Boerderij Buitenzorg selama bertahun-tahun untuk menyerahkan segala aset dan kekayaannya, karena masih bertanda tangan atas nama Herman Mellema. Maurist mengaku sebagai pewaris tunggal dari Herman Mellema. Sementara itu Annelis dianggap sebagai kecelakan dan kekhilafan dari Tuan Herman Mellema. Keberadaan Nyai Ontosoroh tidak dianggap sama sekali. Begitu juga Minke sebagai suaminya tidak dianggap. Annelis masih berstatus gadis dan harus pulang ke Belanda, karena memiliki wali di sana.
ADVERTISEMENT
Cerita berakhir pada keputusan peradilan Eropa yang mengambil paksa semua hal yang Nyai Ontosoroh miliki atas nama Boerderij Buitenzorg dan Herman Mellema. Bersamaan dengan itu Minke harus mengikhlaskan kepergian Annelis. Annelis dijemput secara paksa dan akan diserahkan kepada wali sahnya di Belanda.
Meski bukan merupakan sumber sejarah resmi (karena berbentuk novel fiksi-sejarah), yang kemudian diadaptasi ke dalam film. Bumi Manusia tidak membosankan. Dari awal sampai akhir Bumi Manusia berhasil memainkan perasaan dan emosi penonton, melalui serangkaian konflik yang begitu menarik. Bumi Manusia juga cukup banyak memuat fakta sejarah yang tidak diajarkan di sekolah. (FAE)