Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.87.1
Konten dari Pengguna
Refleksi Kemerdekaan di Tengah Pandemi
18 Agustus 2021 11:37 WIB
·
waktu baca 2 menitTulisan dari Fadhilah Permata Nira tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Tahun ini, negara kita tercinta Indonesia berhasil sampai di usia yang ke 76. Usia ini bukan berarti muda pun bukan berarti mudah. Di usia yang ke 76 Indonesia berada di masa-masa sulit. Kesulitan ini sudah menjadi dampak yang timbul akibat mewabahnya pandemi COVID-19. Sudah lebih dari satu tahun kita berada dalam kehidupan yang katanya new normal. Kebebasan dan kemerdekaan kita seakan dirampas. Kehidupan yang penuh dengan mobilitas, kreativitas dan tatap muka dipaksa bergerak lambat bahkan dalam keadaan yang hampir diam.
ADVERTISEMENT
Pandemi COVID-19 yang bergerak cepat, cukup mematikan dan berbahaya membuat mayoritas kita hidup dalam bayang-bayang kematian. Di masa ini kematian tidak saja timbul dari Virus Corona melainkan timbul dari kemiskinan dan kelaparan. Negara-negara di dunia seakan dipaksa untuk memilih antara ekonomi atau kesehatan. Namun, bukankah keduanya seharusnya tidak boleh dipisahkan? Dari segala mayoritas hal yang buruk akibat Pandemi ini ternyata masih ada hal yang bisa dijadikan refleksi bagi Indonesia.
Virus Corona yang tidak kasat mata mengajarkan pada kita bahwa musuh yang kita hadapi saat ini tidak bisa dilihat dengan kasat mata. Perlu adanya analisis lebih jauh dalam menentukan keberadaannya bahkan musuh itu bisa saja berasal dari diri kita sendiri. Maka mulailah melihat sejauh mana kita telah melakukan hal-hal baik yang mendukung langgengnya kemerdekaan Indonesia.
ADVERTISEMENT
Najwa Shihab beberapa kali pernah menyinggung tentang gejala anosmia pada penderita COVID-19. Kondisi anosmia atau hilang rasa yaitu kondisi tidak dapat mengecap dan mencium aroma. Digunakan sebagai penggambaran kondisi beberapa pejabat yang seperti mati rasa dengan kondisi yang serba sulit dan bertindak sebagai pencuri hak-hak rakyat.
Jika dulu musuh kita adalah para penjajah maka hari ini musuh kita bisa berasal dari kelompok kita sendiri, berasal dari pemimpin kita sendiri, berasal dari rakyat kita sendiri. Ini menjadi suatu fenomena menyedihkan yang seharusnya dilawan secara bersama-sama.
Refleksi kemerdekaan yang paling pasti untuk saat ini adalah bergerak bersama, gotong royong, saling percaya karena Indonesia sejatinya ada lewat gerakan kolektif yang humanis. Oleh karena itu, solusi dari setiap permasalahan yang timbul di Indonesia harus diselesaikan secara humanis dan kolektif. Kita adalah satu maka bergerak harus mengarah pada titik persatuan. Kita adalah satu maka merampas adalah suatu kejahatan. Kita adalah merdeka jika mampu memaknainya dengan pikir, langkah, dan ucap yang mengarah kepada kebebasan.
ADVERTISEMENT
Indonesia pasti mampu mengatasi berbagai tantangan, masalah dan dampak yang timbul di tengah pandemi karena kita adalah besar jika bersatu, kita adalah solusi jika mampu saling mendengarkan. Dirgahayu Indonesiaku.