Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.97.0
Konten dari Pengguna
Dampak Wibu bagi Milenial
23 Desember 2021 21:09 WIB
Tulisan dari Fadhly Fadhlullah El-Masyri tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Apakah kalian pernah mendengar sebutan wibu? lalu, dampaknya bagi milenial apa saja sih? simak penjelasannya!
ADVERTISEMENT
Ketika seseorang menyebut kata "wibu" pasti yang kita pikirkan pertama kali adalah seorang penggila atau fanatik terhadap budaya Jepang.
Masuknya budaya Jepang sendiri merupakan dampak yang baik, tapi juga buruk bagi Indonesia. Hal ini terjadi jika kita sebagai milenial lebih memilih memakai kebiasaan budaya lain dibanding dengan negaranya sendiri.
Dan dengan berkembangnya teknologi, informasi kebudayaan dari berbagai negara kini kian melesat. Seperti yang kita ketahui, bahwasanya kepopuleran budaya Jepang di Indonesia berkembang cukup tinggi. Mulai dari anime, manga, hingga game berhasil mencuri perhatian banyak kalangan. Wibu sendiri menjadi istilah populer yang digunakan banyak orang, khususnya untuk para pecinta anime.
Lalu, apa sih wibu itu?
Penulis akan menjelaskan secara singkat yaitu, Weeboo (wibu) adalah ungkapan yang ditujukan kepada seseorang atau perkumpulan yang terobsesi dengan budaya Jepang secara berlebihan atau bertingkah laku seakan-akan mereka tinggal disana, padahal mereka bukanlah warga negara Jepang dan tidak tinggal di sana.
ADVERTISEMENT
Terus dampaknya bagi kita (milenial) apa saja sih?
Ketika kita menjadi wibu, kita akan sering menghabiskan waktu di dalam kamar untuk menonton anime atau membaca manga favorit. Bahkan kita bisa saja menghabiskan waktu berhari-hari hanya untuk menamatkan serial anime dan membaca manga kesukaan kita.
Namun, menghabiskan waktu di dalam kamar juga bisa menjadikan diri kita antisosial atau sebutan yang terkenal di kalangan para wibu adalah "no life" atau "nolep" dalam pelesetan bahasa Indonesia. Nolep adalah salah satu kebiasaan yang sangat erat kaitannya dengan para wibu. Kebanyakan para wibu ini kerjaannya hanya bermalas-malasan di rumah menghabiskan waktu berjam-jam bahkan berhari-hari hanya menonton serial anime favoritnya atau sekedar online di berbagai media sosial untuk menghabiskan waktu tanpa melakukan kegiatan yang bermanfaat.
ADVERTISEMENT
Namun, menjadi seorang wibu tidak selamanya buruk, karena secara tidak langsung ketika kita menghabiskan waktu untuk menonton anime, kita bisa memanfaatkan hal tesrsebut sebagai sarana untuk belajar bahasa Jepang. Dengan menonton anime, akan membuat telinga kita terbiasa dengan percakapan berbahasa Jepang sehingga sudah tidak bingung lagi dalam menyimak percakapan bahasa tersebut. Kita juga bisa menyelipkan penggunaan bahasa Jepang dalam percakapan sehari-hari. Seperti contohnya yaitu, ketika kita bangun di pagi hari, kita mengucapkan "Ohayo Gozaimasu" yang artinya "selamat pagi", atau pun ketika ingin memulai makan yaitu "Ittadakimasu" yang artinya "selamat makan" dan lain sebagainya.
Seperti yang terlihat pada gambar, Penulis sendiri menyaksikan secara langsung bagaimana para milenial bekerjasama dalam merayakan kebudayaan Jepang, yaitu Festival Ennichisai beberapa tahun yang lalu. Ennichisai sendiri merupakan festival Seni dan Kuliner Jepang yang diadakan tiap tahun di kawasan Blok M, Jakarta sejak Tahun 2010. Acara ini di selenggarakan oleh komunitas orang Jepang yang berada di Indonesia.
ADVERTISEMENT
Lalu dengan diadakannya festival kebudayaan Jepang, para milenial pun jadi tahu tentang apa saja kebudayaan Jepang dan bagaimana cara melaksanakannya. Dan bisa dikatakan kebudayaan Jepang juga merupakan sarana untuk menambah kegiatan sekaligus relasi antar individu serta hiburan bagi kita.
Kebanyakan orang menonton anime hanya untuk sekedar hiburan, bahkan banyak juga milenial Indonesia yang belajar bahasa dan budaya Jepang secara autodidak dari anime dan itu merupakan hal yang hebat.
Saya sebagai penulis berpesan kepada para pembaca bahwasanya kita boleh saja untuk untuk mengikuti kebudayaan dari negara lain, tapi jangan sampai itu menghilangkan jati diri budaya Indonesia dalam keseharian kita, karena bagaimanapun kita sebagai milenial harus selalu melestarikan budaya negara kita sendiri.
ADVERTISEMENT
Tetap lakukan hal kesukaanmu dan lestarikan budaya!